Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. Y DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOYONTAAN KOTA PEKALONGAN TAHUN 2012


Pengarang : Tri Murti, Nina Zuhana, Fitriya


Kata Kunci   :

A. LATAR BELAKANG MASALAHrnUkuran yang dipakai untuk menilai baik – buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal mortality). Menurut definisi World Health Organization (WHO) “kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan, dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan” (Prawirohardjo 2010, h.7) . rn1rnAngka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, bahkan tergolong tinggi di dunia. Berdasarkan data dari dinas kesehatan pada tahun 2011 tercatat, angka kematian ibu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Jawa Tengah merupakan satu dari enam provinsi dengan angka kematian ibu yang paling tinggi. Angka kematian ibu di Jawa Tengah mencapai 668 kasus pada tahun 2011. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Pekalongan tahun 2011, dari 6799 ibu hamil di kota Pekalongan, terdapat 346 ibu hamil dengan umur lebih dari 35 tahun (5,08%). Kasus kematian ibu di tahun 2011 meningkat dari tahun sebelumnya, 2010. Pada tahun 2010 kasus kematian ibu di Kota Pekalongan sebanyak 5 orang. Tahun 2011 meningkat menjadi 9 orang.rnMasalah kematian maternal merupakan masalah yang kompleks karena menyangkut banyak hal,yakni derajat kesehatan termasuk status kesehatan reproduksi & status gizi ibu sebelum & selama kehamilan. Beberapa faktor penyebab angka kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sebab – sebab kematian maternal dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi – komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, dan sebab – sebab lain seperti penyakit jantung, kanker, pre eklampsia dan eklampsia, perdarahan, sepsis (Prawirohardjo 2010 h.7).rnTerjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi, sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 4 terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi, Ini terbukti berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil di Indonesia dengan faktor risiko, yaitu diantaranya terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%, terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%, terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun). Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah, karena posisi perempuan juga masih relatif kurang menguntungkan sebagai pengambil keputusan dalam mencari pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya. Ada budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus kematian ibu hamil diatas usia 35 (Kesehatan Ibu, 2012).rnMenurut Rahmadian tahun 2012, ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun (terlalu tua) mempunyai beberapa resiko baik bagi ibu sendiri maupun bagi janin yang dikandungnya. Resiko untuk ibu sendiri adalah kemungkinan terkena diabetes gestasional, tekanan darah meningkat, kemungkinan lahir melalui operasi caesar, pre eklampsia dan eklampsia, anemia. Sedangkan resiko bagi bayi sendiri menurut Retnowati, pada tahun 2012, adalah kelainan kongenital, kecacatan pada bayi, dan juga resiko terjadinya stillbirth yaitu meninggalnya bayi didalam kandungan.rnPada kehamilan diatas usia 35 tahun, akan terjadi penurunan pada beberapa keadaan didalam tubuh seorang wanita. Diantaranya penurunan kesuburan, penurunan kondisi rahim, penurunan hormon – hormon reproduksi, penurunan kondisi rongga dan otot – otot panggul, penurunan kondisi fisik. rnJumlah sel telur yang diproduksi ovarium atau indung telur akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia 30-an prosentasenya menurun menjadi 90%. Bertambahnya usia juga mempengaruhi kemampuan rahim untuk menerima bakal janin. Penurunan kemampuan rahim ini terutama terjadi pada wanita diatas usia 35 tahun. Faktor penuaan juga bisa membuat embrio yang akan dihasilkan akan sulit melekat pada endometrium. Kondisi ini bisa menyebabkan keguguran, atau memunculkan kecenderungan terjadinya plasenta tidak menempel di tempat mestinya. Disamping itu juga akan menyebabkan resiko hamil di luar kandungan (Detiana 2010, hh. 54 – 56).rnProduksi hormon akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Hormon – hormon tersebut paling banyak dihasilkan selama masa produktif wanita, mulai dari usia diatas 14 tahun dan mulai menurun ketika memasuki usia 40 tahun, hingga wanita memasuki masa menopause. Pertambahan usia juga mengakibatkan penurunan kualitas rongga dan otot – otot panggul. Hal ini membuat rongga panggul tidak mudah lagi menghadapi dan mengatasi komplikasi yang berat, seperti perdarahan. Kondisi fisik yang tidak lagi prima, membuat ibu hamil di usia 30-an menjadikan wanita lebih cepat lelah dan cenderung tidak tahan terhadap serangan morning sicknes (Detiana, 2010 hh.59 – 60). rnMenurut Grandfa tahun 2007, kehamilan dengan usia lebih dari 35 tahun sebaiknya diawasi dan ditangani oleh dokter ahli kandungan sejak dini. Para ahli bahkan menyarankan agar konsultasi dilakukan sebelum kehamilan, yaitu saat pasangan suami istri merencanakan kehamilan. Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh calon ibu hamil yang berusia 35 tahun atau lebih ini, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium seperti gula darah untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus, atau pemeriksaan darah ibu untuk mendeteksi kelainan kromosom pada janin. Calon ibu hamil juga perlu menjalani upaya medis untuk mencegah hipertensi, dan cacat bawaan. Asupan asam folat yang cukup pada ibu hamil diketahui dapat mengurang resiko bayi lahir dengan cacat bawaan pada otak dan tulang belakang. Defisiensi asam folat biasanya berdampingan dengan defisiensi besi sehingga menyebabkan anemia. rnPada kehamilan relatif terjadi anemia karena hemodilusi dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin sebelum hamil sekitar 11 gr% dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis (Manuaba 2010, hh.238).rnAnemia dalam kehamilan ialah kondisi dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2 (saifuddin 2009, h.281). anemia hamil disebut “potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba 2010, hh.237).rnPuskesmas Noyontaan merupakan Puskesmas dengan jumlah sasaran ibu hamil yaitu 409 dan terdapat 30 ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun. Pada tahun 2011, di Puskesmas Noyontaan terdapat kasus kematian ibu sebanyak 1 orang dengan usia 35 tahun karena kasus perdarahan.rnHal tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk membuat Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.Y Dengan Faktor Resiko Usia Lebih Dari 35 Tahun Di Wilayah Puskesmas Noyontaan Kota Pekalongan Tahun 2012”.rn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2013
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia