Asuhan Keperawatan pada Tn.S Pasca Operasi Debridement Ulkus Diabetes Melitus di Ruang Dahlia RSUD Batang Kabupaten Batang
Pengarang : Novi Septianingsih, Tri Sakti Wirotomo, Firman Faradi
Kata Kunci   :KTI BEDAH DM DENGAN ULKUS
Perubahan gaya hidup pada zaman ini sudah menjadi tren dalam kehidupan, tetapi tanpa disadari dari pola ini membawa dampak negatif. Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel rusak, disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang dimakan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak, dan protein (Margareth & Clevo 2012, h iii). rnPenyakit Diabetes Melitus (DM) sudah sejak lama dikenal, orang Mesir pada tahun 1552 sebelum masehi (SM) sudah mengenal penyakit yang ditandai dengan sering kencing dalam jumlah yang banyak, penurunan berat badan cepat dan rasa sakit. Pada tahun 400 SM seorang India Sushrutha, menamai penyakit ini kencing madu dan tahun 200 SM penyakit ini pertama kali disebut Diabetes Melitus (diabetes = mengalir terus, melitus = manis). DM merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto et al 2012, hh 150-151).rnKurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air pada keadaan normal, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa ke dalam sel dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Penyakit Diabetes Melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemia ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180mg sehingga apabila terjadi hiperglikemia maka ginjal tidak dapat menyaring dan mengabsorpsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urin (Margareth & Clevo 2012, h iii).rnInsulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pada pangkreas, merupakan hormon peptida yang tersusun oleh dua rantai asam amino yaitu rantai A dan rantai B dan dihubungkan melalui jembatan disulfida. Insulin dibentuk di retikulum endoplasma sel B, kemudian dipindahkan ke apparatus golgi selanjutnya ke membran plasma dan akan melintasi lamina basalis sel B serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah. Insulin diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika makanan dicerna. Insulin pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit (Tarwoto et al 2012, h 158).rnInsulin berfungsi memfasilitasi dan mempromosikan transport glukosa melalui membran plasma sel dalam jaringan tertentu atau target seperti pada jaringan otot dan adipose. Tidak adanya insulin maka glukosa tidak dapat menembus sel. Glukosa sendiri digunakan sebagian untuk kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen.Insulin juga dapat berfungsi mendorong masuknya glukosa dalam sel lemak jaringan adipose untuk dijadikan gliserol. Gliserol bersama asam lemak membentuk trigliserida, suatu bentuk lemak untuk disimpan. Insulin juga berperan dalam menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi asam amino atau asam lemak menjadi glukosa. Peningkatan kadar insulin mempunyai efek pada penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia). Jika kadar insulin rendah mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) seperti yang terjadi pada penyakit Diabetes Melitus. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis (Tarwoto et al 2012, hh 145-146)rnSelain permasalahan pada pembuluh darah, hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan permasalahan pada sistem persarafan (neuropati) dan mengakibatkan perubahan struktur pembuluh darah perifer (angiopati). Neuropati yang terjadi meliputi neuropati sensori, motorik dan autonomi. Kondisi ini menyebabkan penderita DM mengalami penurunan dalam merasakan sensasi nyeri, suhu, kulit tampak kering karena tidak berkeringat (anhidrosis), perubahan struktur (deformitas). Angiopati yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke arah distal khususnya pada ekstremitas bawah sehingga akan didapatkan beberapa gejala claudicatio intermittens, jika diraba kaki terasa dingin, nadi teraba kecil atau hilang, perubahan warna kulit menjadi pucat atau kebiruan, jika mengalami luka sukar sembuh (Tarwoto et al 2012, h 148).rnKaki penderita DM memiliki resiko potensial patologi meliputi infeksi, ulserasi dan destruksi jaringan bagian dalam yang dikaitkan dengan abnormalitas neurologi, penyakit pembuluh darah perifer atau komplikasi metabolik DM pada tungkai bawah. Kaki diabetik adalah kelainan kaki bagian bawah akibat DM yang tidak terkendali. Adanya kedua permasalahan angiopati dan neuropati diatas penderita DM juga diperberat dengan penurunan sistem imunitas sehingga rentan terhadap infeksi, sehingga bila penderita DM mengalami luka sedikit saja akan mudah berkembang menjadi ulkus bahkan mengalami nekrosis jaringan yang berakhir pada amputasi bila tidak dilakukan penanganan dengan benar (Tarwoto et al 2012, hh 215-216).rnWorld Health Organization(WHO) menyatakan jumlah penderita DM di Negara Indonesia menepati urutan ke empat dunia setelah India, China dan Amerika Serika. Jumlah penderita DM di Indonesia diprediksikan akan terus meningkat, hal ini terkait dengan usia harapan hidup modern seperti kurangnya beraktivitas/berolahraga karena kesibukan dan tuntutan penyelesaian pekerjaan.WHO pada tahun 2001 menyebutkan jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 17 juta orang atau 8.6 % dari 220 juta populasi penduduk negeri ini. Tahun 2001 tercatat 7.5 % penduduk Jawa dan Bali baik pria maupun wanita menderita DM ( Tarwoto et al 2012, h 151).rnLaporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi penderita DM pada tahun 2007 yaitu 1,1% meningkat pada tahun2013 menjadi 2,4%, proporsi DM di Indonesia hasil Riskesdas tahun2013 sebesar 6,9% atau sebanyak 176.689.336 orang. Sementara itu prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensi yang tertinggi adalah pada Sulawesi Tengah 3,7% dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 menyebutkan prevalensi DM adalah 1,9% atau sebanyak 24.089.433 orang. Data Riskesdas tersebut menyebutkan bahwa prevalensi penderita DM cenderung meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dimana terjadi peningkatan prevalensi penyakit DM sesuai dengan pertambahan umur namun pada umur >65 tahun prevalensi DM cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi bagi penderita yang tinggal diperkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Ditinjau dari segi pendidikan menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi. Proporsi penderita DM meningkat seiring meningkatnya usia, proporsi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) meningkat seiring usia hingga tertinggi pada kelompok usia 65-74 tahun kemudian sedikit menurun. Sedangkan proporsi GDP (Gula Darah Puasa) terganggu meningkat seiring usia hingga tertinggi pada kelompok usia 55-64 tahun kemudian sedikit menurun pada kelompok usia selanjutnya. Menurut jenis kelamin, proporsi penderita DM dan TGT lebih tinggi pada wanita, sedangkan GDP terganggu lebih tinggi pada laki-laki.Sedangkan menurut pendidikan proporsi penderita DM, TGT dan GDP terganggu cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan lebih rendah. Menurut pekerjaan proporsi penderita DM terendah adalah pegawai diikuti petani/nelayan/buruh, wiraswasta, dan tidak bekerja. Proporsi tertinggi pada pekerjaan lainnya, sedangkan menurut kuintil indeks kepemilikan proporsi DM cenderung meningkat seiring meningkatnya indeks kepemilikan, sebaliknya proporsi GDP terganggu justru lebih tinggi pada indeks kepemilikan terbawah.rn Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Batang tentang data penyakit tidak menular di Puskesmas Kabupaten Batang pada bulan Januari sampai Desember tahun 2015 terdapat penderita DM sebanyak 1072 orang yang terbagi menjadi 162 orang DM bergantung insulin dan 910 kasus DM tidak tergantung insulin. DM bergantung insulin diantaranya, usia 15-44 tahun ada 15 kasus yang diantaranya 3 laki-laki dan 12 perempuan, usia 45-64 tahun ada 110 kasus 44 laki-laki dan 66 perempuan , dan usia >65 tahun ada 37 kasus 16 laki-laki dan 21 perempuan. DM tidak tergantung insulin diantaranya, usia 15-44 tahun ada 116 kasus 35 laki-laki dan 81 perempuan, usia 45-64 tahun ada 552 kasus 215 laki-laki dan 337 perempuan, dan usia >65 tahun ada 242 kasus yang diantaranya 103 laki-laki dan 139 perempuan.rn Berdasarkan data Rekam Medik (RM) RSUD Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 terdapat kasus DM yang bergantung insulin dan DM tidak bergantung insulin berdasarkan usia klien diperoleh data, yaitu DM bergantung insulin usia 15-24 tahun ada 1 kasus laki-laki, usia 25-44 tahun ada 20 kasus terdiri dari 11 laki-laki dan 9 perempuan, usia 45- 64 tahun ada 39 kasus 21 laki-laki 18 perempuan, usia >65 tahun ada 45 kasus 27 laki-laki 18 perempuan, dan yang meninggal ada 11 kasus. Sedangkan DM yang tidak bergantung insulin usia 15-24 tahun ada 9 kasus 5 laki-laki 4 perempuan, usia 25-44 tahun ada 112 kasus 31 laki-laki 81 perempuan, usia 45-64 tahun 366 kasus 152 laki-laki 213 perempuan, usia >65 tahun ada 134 kasus 62 laki-laki 72 perempuan, dan yang meningal ada 18 kasus.rnBerdasarkan pengkajian yang dilakukan penulis mendapatkan data yang sesuai dengan diagnosa prioritas nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik pembedahan dengan data yang penulis temukan pada saat pengkajian awal, data subjektif klien mengatakan nyeri. Diagnosa kedua kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: neuropati, perubahan sirkulasi, pada diagnosa ini penulis melakukan implementasi menurut Wijaya & Yessie (2013, hh 218-219) dengan melakukan rawat luka dan mengkaji keadaan luka agar tidak terjadi resiko infeksi. Diagnosa yang ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka, intervensi pada diagnosa ini dapat membatu klien dalam meningkatkan aktivitas dan memenuhu kebutuhannya. Penulis tertarik mengambil Karya Tulis Ilmiah dengan judul : â€Asuhan Keperawatan pada Tn.S Pasca Operasi Debridement Ulkus Diabetes Melitus di Ruang Dahlia RSUD Batang Kabupaten Batang Jawa Tengah†,
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2016 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |