Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

Asuhan Kebidanan Komperhensif Pada Ny.N di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan 2018


Pengarang : Bella Nafadita Pangesti, Nur Chabibah


Kata Kunci   :Asuhan Kebidanan Komperhensif Pada Ny.N di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan 2018

BAB IrnPENDAHULUANrnA. Latar BelakangrnTarget SDGS (Sustainable Development Goals) pada tahun 2030 yaitu menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) hingga dibawah 70/100.000 kelahiran hidup dan menurunkan angka kematian bayi atau neonatal hingga 12/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemeskes RI 2015, h.24-25). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.rnBerdasarkan data dari Direktorat Kesehatan ibu 2010-2013 penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Menurut Saifudin (2009, h.6) Penyebab kematin ibu dibagi menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung, yaitu perdarahan (25% biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%). Penyebab tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, salah satunya adalah Kekurangan Energi Kronis (KEK), anemia dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda/tua, sering, dan banyak).rnMasa kehamilan merupakan masa yang sangat menetukan kualitas sumber daya manusia masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditetukan semasa janin dalam kandungan. Ibu hamil yang terlambat ditangani, misalnya kekurangan energi kronis, maka anaknya secara otomatis akan kekurangan energi kronis, sehingga lahir Stunting (Kemenkes RI 2010).rnKekurangan Energi Kronis (KEK) termasuk salah satu dari penyebab tidak langsung kematian ibu, salah satu tanda terjadinya KEK (Kekurangan Energi Kronis) adalah ukuran lingkar lengan ibu kurang dari 23,5 cm (Bartini 2012, h.19). ibu dengan status gizi kurang atau KEK dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi, pada persalinan dapat menimbulkan maslah seperti persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (Prematur) perdarahan setelah persalinan, sedangkan pada neonates dapat berakibat pertumbuhan neonates terganggu, neonates lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada neonates. Status gizi ibu hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan neonatur BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal) (Sukarni & Margareth, 2013, h.123).rnMenurut Kemenkes RI (2017) bahwa prevalansi ibu hamil risiko Kurang Energi Kronik (KEK) sebesar 24,2% ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronik (KEK) dapat berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan bayinya. Berdasarkan hal tersebut pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikto bagi ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan bayi berat lahir rendah (BBLR). Pemberian makanan tambahan ditunjukkan untuk ibu hamil risiko kurang energy kronik (KEK) yaitu ibu hamil dengan pengukuran Lingkat Lengan Atas (LILA) lebih kecil dari 23,5 cm.rnMenurut penelitian Wijianto, dkk, ada hubungan yang bermakna antara resiko KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil .Ibu hamil yang berisiko kekurangan energi kronis (KEK) berpeluang menderita anemia 2,76 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak beresiko, umur kehamilan trimester III berpeluang 1,92 kali lebih besar dibandingkan trisemester I dan II(Rahmaniar, 2013).rn Menurut WHO, Kejadian anemai kehamilan berkisar antar 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11 g% sebagai dasarnya (Manuaba 2010. h.237-238). Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan zat besi, penyebab lainnya infeksi, folat, dan vitamin B12.Anemia memiliki banyak komplikasi terhadap ibu, yaitu gejala kardiobaskular, menurunnya kinerja fisik dan mental, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan kelehan.Dampak terhadap janin yaitu gangguan pertumbuhan janin dalam Rahim, prematuritas, kematian janin dalam rahim, pecahnya ketuban, cacat pada persarafan dan berat badan lahir rendah.Anemia defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan ananchepal (Irianti 2013, h.139).rnAnemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.Anemia pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia, lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang dari pada negara yang sudah maju (Prawirohardjo, 2009).Menurut WHO sekitar 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh perdarahan akut dan status gizi yang buruk.Ibu yang hamil dengan status gizi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya kekurangan energi kronis (KEK).rnAsuhan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan asuhan pencegahan terjadinya anemia pada kehamilan melakukan penatalaksanaan pada anemia ringan serta melakukan upaya kolaborasi dan rujukan pada kasus anemia lanjut (Irianti 2014, hh.114-115).Selama persalinan berlangsung perlu pemantauan kondisi kesehatan ibu maupun bayinya (Saifuddin 2009, h.107).rnFokus utama dari asuhan persalinan adalah mencegah terjadinya komplikasi. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat (Sumarah 2008, h.9). Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Saifuddin 2009, h.101).Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang terampil dari seorang bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenangkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan (Sumarah 2008, h. 9).rnSetelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta, ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik dan psikologisnya. Yang diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua sistem dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil (Anggraini 2010, h.31). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. (Saifuddin, 2009. h. 121). Masa nifas merupakan masa yang paling efektif bagi bidan untuk menjalankan perannya sebagai pendidik, agar tidak timbul berbagai masalah yang mungkin saja akan berlanjut pada komplikasi masa nifas (Purwanti 2012, h.1). rnAsuhan tidak hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir. Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi karena proses tersebut merupakan pengeluarkan hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi optimal. Memberikan asuhan segera, aman, dan bersih untuk BBL merupakan bagian esensial asuhan BBL (Marmi 2012, h.1).Bayi baru lahir merupakan masa tahap pertama kehidupan seorang manusia setelah lahir dari Rahim seorang ibu samoai dengan 28 hari yang berlangsung secara normal.Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi sealu menjadi perhatian utama karena dapat terjadi komplikasi. Komplikasi dapat dicegah dengan pelayanan kebidanan yang berkualitas dari bayi baru lahir sampai 1 bulan (Putra, 2012, h,185). Menurut Muslihatun (2010, h.4).Tujuan asuhan pada bayi baru lahir ini adalah memberikan asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat masih di ruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua dan memberi motivasi agar menjadi orang tua yang percaya diri rn Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2016-2017 diketahui dari 27 Puskesmas menunjukkan jumlah ibu hamil di Puskesmas Kedungwuni II sebanyak 930 Sedangkan angka kejadian anemia dan KEK pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni II sebanyak 93,5% kasus anemia dan kasus 9,8% KEK.rn Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komperhensif Pada Ny.Ndi Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan 2018”.

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2018
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia