Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2018


Pengarang : Nurul Hayah Ayuni, Rini Kristiyanti


Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2018

Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Assosiation South East Asian Nation (ASEAN). AKI dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan AKI 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 35 per 1.000 kelahiran hidup. Namun, data ini belum signifikan dibandingkan salah satu target Sustainable Development Gals (SDGs) 2015-2030 yaitu dengan target penurunan AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup (KH), AKB sebesar 12 per 1.000 KH (Kemenkes RI, 2016).rnAngka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi disebabkan oleh beberapa hal yaitu penyebab kematian langsung dan penyebab kematian tidak langsung. Kematian langsung disebabkan karena perdarahan (25%), spsis (15%), hipertensi kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lainnya (8%). Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan, misalnya KEK (Saifuddin 2014, h.54).rnMasalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian, masalah tersebut antara lain anemia dan ibu hamil kurang energi kronik rn(KEK). Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun) sebesar 24,2%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada usia remaja (15-19 tahun) sebesar 38,5% dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24 tahun) sebesar 30,1%. rnKurang Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu penyebab kematian ibu secara tidak langsung. Ibu hamil dengan KEK berjumlah 22.7% pada tahun 2016, hal ini mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 24% (Kemenkes RI 2016, h.8).rnKurangnya asupan energi yang berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium dan iodium serta zat gizi miro lain pada wanita usia subur yang berkelanjutan (remaja sampai masa kehamilan), mengakibatkan terjadinya kurang energi kronik (KEK) pada masa kehamilan, yang diawali dengan kejadian ‘risiko’ KEK dan ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam jangka waktu cukup lama yang diukur dengan lingkar lengan atas (LiLA). rnIbu yang memiliki lingkar lengan atas kurang dari 23.5 cm mengindikasikan kekurangan energi kronis (KEK) atau kekurangan gizi yang lama. Kondisi ini dapat menyebabkan ibu melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram dapat mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan sehingga dapat mempengaruhi kecerdasan anak di masa depan. Kondisi ini rnmengharuskan ibu untuk memeriksakan diri dan kehamilan lebih sering dan persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan (mulyati 2011, h.64).rnPersalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN 2014, h.39). Persalinan dikatakan lama bila fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir dan dilatasi servik di kanan garis waspada pada persalinan fase aktif (Saifuddin 2014 h. 184).rnPeriode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarga secara fisiologis, emosional, dan sosial. Baik di negara maju maupun berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pasca persalinan (Saifuddin 2009, h.357).rnPerawatan masa nifas yang benar akan mengurangi adanya infeksi puerperium yang juga merupakan penyebab kematian tertinggi pada ibu, maka dari itu pemeriksaan postnatal perlu sekali dilakukan untuk memastikan keadaan ibu dan bayi secara berkala serta untuk mengetahui secara dini apabila ada penyimpangan atau kelainan yang ditemukan. Dengan tujuan agar ibu nifas dapat melalui masa nifas, dengan baik dan selamat.rnPemeriksaan nifas secara berkala yang diikuti secara teknis harus dikuasai oleh setiap pelaksana program KIA di lapangan agar kualitas pelayanan dapat terjamin. Pada ibu nifas dengan primigravida umumnya banyak masalah yang berhubungan dengan masa nifas karena kurangnya pengetahuan ibu tentang masa nifas. Oleh karena itu penting bagi ibu nifas primigravida untuk melakukan pemeriksaan yang memungkinan faktor resiko tinggi bisa ditemukan.rnPeriode neonatal merupakan suatu periode yang krisis nantinya akan memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi bahkan sampai dewasa. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kematian. (Mochtar , 2008, h.119). Ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, menjaga suhu tubuh bayi, terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah, pemberian air susu ibu (ASI) dalam rangka menurunkan angka kematian oleh karena diare. Pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak.rnData Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2017 diketahui dari 27 puskesmas menunjukan jumlah ibu hamil 17300 orang. Dari data Dinas Kesehatan ini, dapat dilihat bahwa ibu hamil dengan KEK di kabupaten pekalongan sebanyak 11,23% (1943 ibu hamil) dan jumlah ibu hamil dengan KEK di Puskesmas Kedungwuni II yaitu 9,9% dari 930 jumlah total ibu hamil.Untuk presentasi persalinan normal di RB puskesmas kedungwuni adalah sebanyak 123 ibu bersalin (14.5%) dari 845 ibu bersalin.rnBerdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.I Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan tahun 2018”.

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2018
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia