Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. Y DI DESA GONDANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015


Pengarang : Reni Vermila, Suparni, Sandi Ary Susiat


Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

BAB IrnPENDAHULUANrnrnA. Latar BelakangrnKematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara berkembang sekitar 25-50% kematian terjadi pada wanita usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu merupakan tolok ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri di suatu negara (Ambarwati 2009, h. 9). rnAngka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri (Departemen Kesehatan 2012, h. 12).rnKematian ibu atau maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Prawirohardjo 2009, hh. 53-54).rnLima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK (Departemen Kesehatan 2013, h. 82). rnAngka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup.rnKematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun) (Departemen Kesehatan 2012, hh.12-13).rnFaktor Risiko merupakan suatu kedaan atau ciri tertentu pada seseorang atau suatu kelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan risiko/bahaya kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Dapat merupakan mata rantai dalam proses yang merugikan. Kelompok Faktor Risiko I: Ada-Potensi-Gawat-Obstetrik/APGO dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah. Tujuh terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur ≥35 tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah ≤ 145 cm dan 3 Pernah adalah riwayat obstetri jelek, persalinan lalu mengalami perdarahan pascapersalinan dengan infus/transfusi, uri manual, tindakan pervaginam, bekas operasi sesar. Kelompok Faktor Risiko II: Ada-Gawat-Obstetrik/AGO-penyakit ibu, preeklampsia ringan, hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak lintang. Kelompok Faktor Risiko III Ada-Gawat-Darurat-Obstetrik/AGDO: perdarahan antepartum dan preeklampsia berat/eklampsia (Prawirohardjo 2009, hh. 29-30).rnPersalinan dengan interval kurang dari 2 tahun sejak kelahiran terakhir merupakan salah satu faktor risiko. Risiko terjadi karena ketidakcukupan waktu penyembuhan sejak kelahiran terakhir (WHO 2011, h. 60). Dalam sebuah studi meta-analisis tahun 2006 ditemukan, jarak kehamilan yang kurang dari 18 bulan terkait erat dengan berat badan bayi rendah, persalinan kurang bulan, dan ukuran bayi tidak sesuai dengan usia kehamilan. Selain alasan medis, kehamilan yang terlalu dekat juga bisa membuat si kecil jadi kurang diperhatikan oleh ibu yang sedang mengandung (Anna, 2014). Sedangkan akibat yang ditimbulkan kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat antara lain: anemia karena waktu penyembuhan sejak kehamilan terakhir, persalinan preterm karena kekurangan protein sehingga protein tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan usia kecukupan kehamilan, gangguan kesehatan karena hamil sekaligus merawat bayi sehingga menyita energi (Bappeda Kota Pekalongan 2011, h. 85).rnAnemia dalam kehamilan menurut WHO didefinisikan sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl. Meskipun hanya 15% dari ibu hamil di negara maju yang mengalami anemia, namun prevalensi di negara berkembang relatif tinggi yaitu 33% sampai 75% (Irianti 2014, h. 158). Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia (Saifuddin 2009, h. 281).rnAnemia memiliki banyak komplikasi terhadap ibu termasuk gejala kardiovaskuler, menurunnya kinerja fisik dan mental, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan kelelahan. Dampak terhadap janin termasuk gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, prematuritas, kematian janin dalam rahim, pecahnya ketuban, cacat pada persarafan dan berat badan lahir rendah. Anemia akibat defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan anenchepal (Irianti 2014, h. 114).rnSelama persalinan anemia menjadi masalah kesehatan utama pada negara berkembang dan berhubungan dengan meningkatnya angka kematian ibu dan bayi yaitu dapat menyebabkan persalinan prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah dan efek merugikan lainnya (Husin 2014, h. 158). Sedangkan pasca partus anemia dapat menyebabkan perdarahan, retensio, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris peurperalis, gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi (perdarahan, infeksi peurperalis, gestosis) (Proverawati 2009, h. 78). rnPengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba 2010, hh. 109-110).rnBerdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Pekalongan dari bulan Januari hingga bulan Desember 2014 terdapat 2.234 atau sekitar 13,70% ibu hamil dengan anemia dari seluruh jumlah ibu hamil di Kabupaten Pekalongan sebanyak 16.310 ibu hamil. Di Puskesmas Wonopringgo terdapat 57 ibu hamil (7,31%) dengan anemia dari jumlah seluruh ibu hamil di Wonopringgo yaitu 780 ibu hamil.rnBerdasarkan hal tersebut, maka dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.Y di Desa Gondang Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan Tahun 2015.”rn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2015
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia