Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORAGIK FEVER PADA Tn. R DIRUANG KENANGA RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN


Pengarang : Deni Hendra Pratama, Nuniek Nizmah F, Nur Izza Priyo


Kata Kunci   :

BAB IrnPENDAHULUANrnA. Latar Belakangrn Demam berdarah menjadi masalah global pada dekade terakhir dengan meningkatnya kasus demam berdarah di dunia. Whord Health Organinization (WHO) melaporkan lebih dari 2,5 miliar orang dari dua perlima populasi di dunia saat ini beresiko terinfeksi virus dengue. Tahun 2007 ada 86 negara yang melaporkan kasus ini. Jumlah ini meningkat dari tahun 1999 dimana hanya 29 negara. Saat ini lebih dari 100 negara yang melaporkan peningkatan demam berdarah (Kementrian BUMN, 2013).rn Demam dengue banyak terjangkit didaerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang tidak bagus. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan ada sekitar 50.000- 100.000 kasus demam berdarah setiap tahunnya, namun penelitian baru pada tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah kematian akibat penyakit demam berdarah hampir sekitar 390.000 penderita setiap tahunnya. Angka kematian biasanya dibawah 1 persen jika pasien ditangani dengan cepat, tapi bisa naik 10 persen jika pasien terlambat mendapatkan penanganan medis (Ratna, 2013).rn Pada tahun 2013 Ratna mengemukakan insiden Dengue Haemoragic Fever di Indonesia cukup banyak pada tahun 2009 tercatat 117.830 kasus dengan 953 kematian. Tahun 2010 tercatat 156.086 kasus dengan 1.358 kematian. Kemudian pada tahun 2011 tercatat 65.725 kasus.rn Dinas kesehatan (DinKes) kabupaten pekalongan menghimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit demam berdarah. Selama januari hingga desember tahun 2012 tercatat penderita demam berdarah mencapai 130 orang. Jumlah itu diperkirakan meningkat selama musim peralihan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan (DinKes) berupaya menekan tingkat serangan dengan mencanangkan pemberantasan sarang nyamuk. Pencanangan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan setiap tahun dan akan dilakukan secara bergilir ditiap kecamatan yang ada di kabupaten Pekalongan. Pada tahun 2013 periode januari-maret tercatat 49 kasus. Sementara delapan dari sembilan belas kecamatan yang ada dinilai endemis penyakit demam berdarah yaitu kecamatan Kedungwuni, Buaran, Tirto, Bojong, Wiradesa, Kesesi, Sragi, dan Kajen (Dinas Kesehatan kabupaten pekalongan, 2012).rn Data yang didapat dari catatan rekam medik RSUD Kraton kabupaten Pekalongan kasus Dengue Haemoragic Fever pada periode januari sampai desember 2012 sebanyak 138 kasus (Rekam Medik RSUD Kraton Pekalongan, 2012).rn Penderita DHF harus segera mendapatakan asuhan keperawatan secepatnya. Asuhan keperawatan ini bertujuan untuk meminimalisasi komplikasi yang terjadi. Dari data-data diatas angka kejadian DHF dari tahun ketahun masih cukup tinggi, hal ini mendorong penulis untuk membuat Karya Tulis Ilmia dengan judul Asuhan keperawatan pada Tn. R dengan Dengue Heamoragi fever di Ruang Kenanga RSUD Kraton Pekalongan.rnB. Tujuan penulisanrn1. Tujuan umum rn Tujuan umum penulis KTI ini adalah dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan demam berdarah dengue dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan.rn2. Tujuan khusus rnTujuan khusus penulis menulis KTI ini adalah agar dapat :rna. Melakukan pengkaji klien dengan kasus demam berdarah denguernb. Menganalisa masalah-masalah yang muncul pada klien dengan demam berdarahrnc. Memprioritaskan masalah dan merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan demam berdarahrnd. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada klien dengan demam berdarahrne. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien demam berdarahrnf. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan demam berdarahrng. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan demam berdarah.rnrnC. Manfaatrn1. Bagi ilmu pengetahuan rn Ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang menjadi lebih kompleks, sehingga diharapkan KTI asuhan keperawatan pada dengue haemoragic fever dapat menutupi kekurangan ilmu tentang asuhan keperawatan pada pasien dengue haemoragic fever yang ada sebelumnya agar menjadi lebih baik lagi mengikuti perkembangan jaman.rn2. Bagi penulisrn Diharapkan dapat menambahkan pengalaman bagi penulis tentang penanganaan kasus demam berdarah.rn3. Bagi institusi pendidikanrn Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan meningkatnya mutu pelayanaan pada klien demam berdarah sehingga mengurangi terjadinya komplikasi.rnrnrnrnrnrnrnrnrnrnBAB IIrnKONSEP DASARrnrnA. Pengertian.rn Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Soegeng, 2006 h 45).rn Demam berdarah dengue adalah penyakit yang ditandai dengan : (1) demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, berlangsung secara terus menerus selama 2-7 hari, (2) manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtivita, epitaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemsis, melena, hematuri, termasuk uji tourniquet (Rumple Leede) positif), (3) trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl), (4) hemokonsentrasi (peningkatan hematrokit ≥ 20%, (5) disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Departemen Kesehatan RI, 2005).rn Demam Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leucopenia dengan atau tanpa ruam dan limfa denopati. Demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa pengecap, trombositopenia ringan, dan petekie spontan (Mansjoer, 2000).rn Simpulan yang penulis ambil dari data diatas Deunge Haemoragic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang di tandai dengan demam tinggi dan berlangsung dalam kurun waktu 2-7 hari.rnB. Etiologirn Etiologi demam dengue menurut Soegeng (2006, h 45) penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat disebabkan oleh virus dengue termasuk familia flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang disebabkan virus japanese enephalitis dan yellow fever (demam kuning). Ditemukan 4 (empat) serotipe virus dengue dan dapat dibedakan dengan sifat biotipe. Semua kelompok famili flavivi dapat menunjukkan bentuknya yang karakteristik meliputi genome dan sifat untuk melipatgandakan dirinya.rn Partikel virus dengue yang makro terdiri dari satu pita genome asam ribonuklei yang dikelilingi satu eosehedral capsul nulei dibungkus dengan lemak yang berasal dari selaput dindingnya. Genom virus setebal 11 kb sangat infeksius, memiliki bahan serupa perantara dengan polarisasi positif yang dapat dicetak ulang pada hewan percobaan. Pada ujung 5 RNA memiki satu tipe struktur ekor pola A pada ujung akhir 3. Stuktur ini terdiri dari satu bentukan yang terbuka dan dapat dibaca, terdiri dari 10.000 nukleotida yang dikoding menjadi 3 struktur dan 7 nonstruktur protein. Gen yang diupayakan adalah 5-C-pr M (M)-E-NS1- NS2-NS3-NS4A-NS4B-NS5 (Soegijanto, 2006 h 46).rn Protein yang disintesis adalah poliprotein yang terdiri dari 3000 asam amino yang diproses oleh virus secara contranslation dan postranslation dengan bahan enzim protease hospes. Protein yang terstruktur meliputi kapsul protein yang kaya arginin dan lisin yang tersusun dari nonglukose protein M, protein yang dibuat dari prekusor glukosilat pada saat akhir maturasi virus. Sebagian besar struktur selubung protein berperan dalam fungsi utama biologis dari partikel virus seperti menarik sel, mengkatalisator fusi membran yang asam, mengiduksi uji hambatan aglutinasi menetralisasi dan melindungi terhadap antibodi (Soegijanto, 2006 h 46).rn NS1 adalah protein nonstruktur 1, merupakan glukoprotein yang berfungsi dalam siklus kehidupan virus yang belum jelas diketahui. NS1 dideteksi dengan kadar yang tinggi pada penderita infeksi virus dengue dengan reaksi imun sekunder, tetapi jarang dijumpai pada penderita yang menunjukkan reaksi imun primer. NS2 memiliki 2 protein (NS2A dan NS2B) yang berperan dalam proses poliprotein sedangkan NS3 memiliki sebagian proteinase yang berfungsi sebagai sitosol. Gen NS2 memiliki 2 protein hidrofob yang berperan pada komplek replikasi membra RNA (Soegijanto, 2006 h 47).rn NS5 memiki berat molekul 105,000 dan merupakan petanda protein flavivirus. Berdasarkan sequene asam amino, protein ini dapat dipercaya untuk mewujudkan RNA encoded virus yang tergantung pada polymerase RNA. Virus dengue termasuk famili flaviviridae, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotip, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotip virus ini terdapat di indonesia dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3 sering menimbulkan wabah demam dengue (Soegijanto, 2006 h 47).rnC. Patofisiologirn Patofisiologi dengue haemoragic fever menurut Arita (2011, h 139) setelah virus masuk kedalam tubuh, penderita akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegel diseluruh badan hyperemi di tenggorokan, timbul ruam serta kelainan sistem retikuloendotellial seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa. Cairan intravasikuler ke ekstravasikuler akibatnya akan berkurang volume plasma sehingga terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinema, efusi dan rejatan. Selama perjalan penyakit perembesan plasma ini dapat menurunkan volume plasma sampai kurang 30% (Arita, 2011 h 139).rn Kebocoran plasma ke ekstavasikuler ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya aliran dalam rongga peritonium, pleura, dan perikarol, rejatan hipovilemik yang terjadi akibat kehilangan plasma ini kalau tidak segera diatasi akan berakibat anoresia jaringan, asidosis metabolik, serta kematian. Adapun penyebab lain dari kematian pada demam dengue adalah perdarahan yanag hebat biasanya terjadi setelah terjadi rejatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan ini biasanya dihubungkan dengan trombositopenia. Gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi (Arita, 2011 h 139).rnDerajat demam dengue dikelompokan dalam 4 (empat) derajat yaitu :rn1. Derajat 1rnDerajat 1 ditandai dengan demam, mual muntah, anorexia, sakit kepala terus menerus, nyeri diperputaran bola mata.rn2. Derajat 2rnDerajat 2 tanda-tanda seperti derajat 1 di tambah dengan perdarahan spontan pada kulit (petehie, echimosis, purpur, ) dan perdarahan yang lainnya seperti epitaxis.rn3. Derajat 3rnDerajat 3 pasien pre syok dengan ditandai adanya gagalansirkulasi darah, hipotensi, pucat, kulit dingin, gelisah, denyut nadi lembut.rn4. Derajat 4rnDerajat 4 disebut juga DSS (Dengue Shcok Sindrom)rnPada tingkatan ini pasien sudah keadaan shock tekanan darah tidak teraba (Arita, 2011 h 140).rnD. Gambaran Klinisrn Gambaran klinis dengue haemoragic fever menurut Soegeng (2006, h 48) adalah virus dengue masuk kedalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti atau albopitus. Organ sasaran dari virus adalah organ hepar, nodus limfatius, sumsum tulang serta paru-paru. Data dari penelitian menunjukan bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer.rn Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel tersebut. Infeksi virus dengue dimulai dengan melempelnya virum genomnya masul kedalam sel bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponen, baik komponen antara maupum komponen struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangbiakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel (Soegeng, 2006 h 45-46).rn Semua flavivirus meliki kelompok epitop pada selubung protein yang menimbulkan cross reation reaksi silang pada uji serologi, hal ini menyebabkan diagnosis pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini dapat terjadi di antara keempat serotip virus DEN. Infeksi oleh satu serotip virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap sertipe virus tersebut, tetap tidak ada cross protektif terhadap serotipe virus yang lain (Soegeng, 2006 h 48).rnE. Penatalaksanaan.rnPenatalaksanaan dengue haemoragic fever menurut Soegeng (2006, h 134) adalah:rn1. Penatalaksanaan Kasus DBD derajat I dan IIrn Pada hari ke-3, 4 dan 5 panas dianjurkan dirawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita ini dianjurkan diinfus cairan kristaloid dengan tetesan berdasarkan tatanan 7, 5, 3. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam.rn Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin, nyeri perut, dan produksi air kemih yang kurang sebaiknya dianjurkan rawat inap. Penderita dengan tanda-tanda perdarahan dari hematokrit yang tinggi harus dirawat dirumah sakit untuk memperoleh cairan pengganti segera (Soegeng, 2006 h134).rn2. Penatalaksanaan DBD (Derajat III dan Derajat IV ).rn Dengue Shock Syndrome (syndrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Biasanya dijumpai kemungkinan terfdapat DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan habit dan renjatan yang sukar diatasi (Soegeng, 2006 h137).rn Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonic (ringer laktat, 5% dextrose dalam larutan ringer laktat atau 5% dextrose dalam larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali) dengan jummlah 10-20 ml/kg/1 jam (Soegeng, 2006 h137).rn Pada kasus yang sangat berat (derajat V) dapat diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2x). Jika syok berlangsung terus dengan hematoktit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam faal ataun plasma) dapat diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/1jam. (Soegeng, 2006 h138)rnF. Komplikasi.rn Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien DHF antara lain shock atau renjatan, efusi pleura dan penurunan kesadaran (Arita, 2011 h144)rnG. Pengkajian rnPemeriksaan pada dengue haemoragic fever menurut Mentri Kesehatan (2010 h 10) adalah sebagai berikut :rn1. Anamnesis (wawancara) dengan penderita atau keluarga penderita tentang keluhan yang dirasakan, sehubungan dengan gejala demam berdarah.rn2. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda perdarahanrn3. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital (kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu).rn4. Penekanan pada ulu hati (epigastrium).rn5. Perabaan hati.rn6. Uji tourniquet (Rumple Leede).rn7. Pemeriksaan laboratoriumrna. Pemeriksaan trombositrna) Semi kuantitatif (tidak secara langsung)rnb) Langsung (Rees-Ecker)rnrnb. Pemeriksaan hematokritrnNilai normal hematokrit :rna) Anak-anak : 33-38 vol%rnb) Dewasa laki-laki : 40-48 vol%rnc) Dewasa perempuan : 37-43 vol%rnUntuk puskesmas yang misalnya tidak ada alat untuk pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkan estimasi Ht = 3 x kadar Hb.rnc. Pemeriksaan kadar hemoglobinrnPemeriksaan hemoglobin antara lain :rna) Pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan kalorimeter foto elektrik (Kleet-Summerson).rnb) Pemeriksaan kadar hemoglobinmetode sahlirnc) Cara lain sesuai dengan kemajuan teknologirnContoh nilai normal hemoglobin :rnAnak-anak : 11,5-12,5 gr/100 ml darahrnPria dewasa : 13-16 gr/ 100 ml darahrn Wanita dewasa : 12-14 gr/100 ml darahrnd. Pemeriksaan serologirnSaat uji serologi yang biasa digunakan untuk menentukan adanya infeksi virus dengue yaitu uji Hemaglutinasi Inbihisi (HI) dan ELISA (lgM/lgG).rnrnrnH. Fokus Intervensi.rn Diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000 h 875) yang mungkin terdapat pada pasien DHF, akan dijelaskan secara terperinci berikut ini :rn1. Diagnosa keperawatan : peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi (viremia).rn Hasil yang diharapkan dari diagnose di atas adalah suhu tubuh normal (36-37°C, pasien bebas dari demam)rnIntervensi :rn1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan minggil/diaforesis.rnRasionalnya : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.rn2) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering.rnRasionalnya : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.rn3) Berikan kompres air hangat.rnRasionalnya : dapat membantu mengurangi demam rn4) Anjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 1/24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.rnRasionalnya : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.rn5) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter (masalah kolaborasi).rnRasionalnya : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhutinggi. pemberian cairan merupakan wewenang dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi dalam hal ini.rn2. Diagnosa keperawatan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.rn Hasil yang diharapkan adalah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai porsi yang diberikan/dibutuhkan.rnIntervensi :rn1) Kaji penyebab kehilangan/ peningkatan beratrnRasional : membantu menciptakan rencana perawatan intervensirn2) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.rn Rasionalnya : untuk memenuhu kebutuhan nutrisi.rn3) Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.rnRasionalnya : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.rn4) Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.rn Rasionalnya : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.rn3. Diagnosa keperawatan: resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan dari intra vaskuler ke ekstra vaskuler.rn Hasil yang diharapkan adalah Resiko kurangnya volume cairan dalam tubuh pasien akan berkurang.rnIntervensi :rn1) Anjurkan pasien untuk banyak minum rnRasional : Volume cairan dalam tubuh bertambah.rn2) Pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis urine.rnRasional : Memberikan perkiraankebutuhan akan cairan penggantifungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.rn3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infus.rnRasional : meningkatkan intake cairanrn4. Diagnosa keperawatan : Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia.rn Hasil yang diharapkan adalah tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut (secara klinis), jumlah trombosit meningkat.rnIntervensi :rn1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.rnRasionalnya : Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (nyata) seperti epistaksis, petikie.rn2. Berikan penjelasan tentang pengertian trommbositopenia pada pasien.rnRasionalnya : agar pasien/keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien dan dapat membantu mmengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositpenia.rn3. Monitor jumlah trombosit setiap hari.rnRasionalnya : dengan jumlah trombosit yang dipantau seetiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan tingkat kebocoran pembuluh darahdan kemungkinan perdarahan yang dapat dialami pasien.rn4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.rnRasionalnya : aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.rn5. Diagnosa keperawatan : Potensial terjadinya syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan hebat.rnHasil yang diharapkan adalah tidak terjadi syok hipovolemik, tanda-tanda vital dalam batas normal, keadaan umum baik.rnIntervensi :rn1) Monitor keadan umum pasienrnRasionalnya : untuk memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama saat terjadi perdarahan. Dengan memonitor keadaan umum pasien, perawat dapat segera mengetahui jika terjadi tanda-tanda presyok/syok shingga dapat ditangani secara dini.rn2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.rnRasionalnya : tanda-tanda vital ddalam batas normal menanndakan keadaan umum pasien baik, sehingga perawat perlu melakukan observasi tanda-tanda vital secara terus-menerus selama pasien mengalami perdarahan untuk memastikan tidak terjadinya presyok/syok pada pasien.rn3) Monitor tanda-tanda perdarahan.rnRasionalnya : perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi, sehingga pasien tidak sampai pada tahap shok hipovolemik akibat perdarahan hebat.rn4) Jelaskan pada pasien atau keluarga tentang tanda-tanda perdarahan yang mungkin dialami pasien.rnRasionalnya : Dengan member penjelasan dan melibatkan keluarga diharapkan tanda-tanda perdarahan dapat diketahui lebih cepat dan pasien/keluarga menjadi kooperatif selama pasien dirawatan.rnrnrnrnrnrnBAB IIIrnRESUME KASUSrnrnA. Pengkajianrn Penulis peroleh data-data pada tanggal 5 april 2013 di Rumah Sakit Kraton kabupaten Pekalongan di Ruang Kenanga adalah sebagai berikut : Data klien bernama Tn. R berumur 20 tahun, berjenis kelamin laki- laki, beragama islam, suku bangsa jawa Indonesia. Penanggung jawab klien adalah Tn. S sebagai ayah dari Tn. R yang juga beragama Islam. Tn. S bekerja sebagai pedagang, dengan alamat di Yosorejo Rt 01 Rw 07 kabupaten Pekalongan. Pada saat pengkajian di peroleh data : Tn. R mengatakan badannya terasa hangat sudah 6 hari suhu 380C. Klien mengatakan dahulu hanya sakit batuk, pilek biasa. Pada saat pengkajian di peroleh data keadaan umum klien : klien lemah, kesadaran composmentis, TD : 110/80 mmHg, Suhu : 380C, Nadi : 90x/ menit, Rr : 28/ menit, terpasang infus Rl 20 tetes per menit.rnRiwayat kesehatan keluarga sebelumnya : klien menyatakan didalam keluarganya tidak ada yang riwayat keturunan. Kemudian dari riwayat kesehatan lingkungan, klien mengatakan bahwa lingkungan rumahnya bersih, terdapat jendela yang di buka setiap hari. Riwayat nutrisi metabolik : klien mengalami masalah, makan pagi habis 1/4 porsi, makan siang 1/3 porsi, makan malam 1/3 porsi dan minum 8 gelas per hari.rnRiwayat keperawatan untuk pola eliminasi : selama sakit klien BAB 1 kali per hari, warna kuning, konsistensi padat. Riwayat keperawatan untuk pola istirahat-tidur, selama sakit klien tidur siang 3 jam, tidur malam 7 jam. Riwayat untuk pola peran/ hubungan : klien bekerja sebagai buruh, hubungan klien dengan keluarga baik, klien di dalam keluarga berperan sebagai anak dan karena sakit dan di rawat di rumah sakit klien tidak bekerja. Riwayat keperawatan untuk nilai/ kepercayaan : klien beragama islam, selama sakit dan dirawat di rumah sakit klien tidak sholat 5 waktu.rn Pemeriksaan fisik di peroleh data, klien kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 90 kali/ menit, Rr 28 kali/ menit. Kemudian pada ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus Rl 20 tetes per menit. Pada ekstremitas kanan dapat bergerak bebas. Data penunjang yang didapat ditemukan pada tangga 5 april 2013 pemeriksaan laboratorium tanggal 5 april 2013, Hb : 14,2 mg/100ml, leukosit : 5.400/mm3, trombosit: 130.0000/mm3. therapy tanggal 5 april 2013: infus RL 20 tetes per menit, injeksi cefotaxine 2x1 gram, injeksi ketorolak 3x 1 ampul, injksi ranitidin 2 x 1 ampul, oral : paracetamol 3x1 @500 mg, antasida 3 x 1 tab, curcuma 3x 1tab.rnrnB. Diagnosa, tujuan, intervensi, implementasi, dan evaluasirnBerdasarkan hasil pengkajian tanggal 5 april 2013 data di atas penulis memprioritaskan masalah keperawatan sebagai berikut : rn1. Peningkatan suhu tubuh (hiperthermia) berhubungan dengan proses infeksi viremia ditandai dengan data subjektif menurut keterangan klien merasakan tubuhnya panas. Data objektif badan teraba hangat, klien tampak pucat, TD: 110/80 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 28x/menit, S : 380C.rnTujuan dan kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari klien merasakan suhu tubuh menurun S :360C-370C, pasien bebas dari demam.rnRencana intervensi keperawatan dengan kaji suhu pasien, observasi tanda-tanda vital, berikan kompres, kolaborasi dengan pemberian antipiretik.rn2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia. Ditandai dengan klien tidak nafsu makan. Data objektif A: TB: 165 cm, BBI: 58,5 kg, BB sebelum sakit 59 kg, BB sekarang 57 kg , BB minimal 52,65 kg, BB maksimal 64,35 kg, B: Hb : 14,2 mg/100 ml, leukosit : 5.400/mm3, trombosit: 130.0000/mm3, C: TD: 110/80 mmHg, N:90 x/menit, RR: 28 x/menit, S: 380C, klien tampak lemah, wajah pucat, makan habis 1/3 porsi.rnTujuan dan kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari klien merasakan perbaikan pemenuhan nutrisi merupakan sesuatu hal yang penting, makan secara bertahap habis sesuai dengan porsi penyajian, rnRencana intervensi keperawatan kaji penyebab kehilangan berat, instruksikan pada keluarga untuk memberi makanan porsi kecil tapi sering dalam keadaan hangat, catat jumlah porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien.rn3. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trobositopenia. Ditandai dengan data objektif : klien mengatakan tubuhnya terasa lemas, data objektif klien Hb : 14,2 mg/100ml, leukosit : 5.400/mm3, trombosit: 130.0000/mm3rnTujuan dan kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari klien tidak terjadi trombositopenia.rnIntervensi keperawatan dengan mengkaji keluhan klien, memonitor tanda-tanda penurunan trombosit, memberi penjelasan tentang pengertian trobositopenia, dan memonitor trombosit setiap harirnImplementasi :rnPenulis mengimplementasikan tindakan keperawatan pada tanggal 6 april 2013 :rnMengobservasi tanda-tanda vital, respon klien S : klien mengatakan mau di kaji, O : TD: 110/80 mmHg, N:90 x/menit, RR: 28 x/menit, S: 380C, melakukan kompres air hangat, respon klien S : klin mengatakan bersedia untuk di kompres air hangat, O : tubuh klien teraba hangat TD: 110/80 mmHg, N:90 x/menit, RR: 28 x/menit, S: 380C, menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, respon klien S : klien mengatakan mau untuk minum air putih, O : klien minun air putih 1 gelas blimbing, berikan cairan dan obat parasetamol, respon klien S : klien mengatakan mau meminum obat, O : klien meminum obatnya, mengkaji penyebab peningkatan atau kehilangan berat, respon klien S : klien mengatakan masih tidak nafsu makan, O : klien makan habis ¼ porsi, beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering, respon klien S : klien mengatakan mau diberi porsi makan kecil tetapi sering, O : klien tampak memakan makanannya, catat jumlah porsi makanan yang dihabiskan oleh klien setiap hari, respon klien S : klien mengatakan bersedia, O : klien makan habis ¼ porsi, monitor tanda-tanda penurunan trombosit, respon klien S : klien mengatakan mau dicek trombositnya, O : klien tampak pucat, lemas, monitor jumlah trombosit setiap hari, respon klien S : klien mengtakan mau di cek trombositnya, O : trombosit 130.000, anjurkan klien banyak istirahat, respon klien S : klien mengatakan mau beristirahat, O : klien tampak tiduran di ranjang. rnEvaluasi :rnPenulis mengevaluasi semua tindakan pada tanggal 8 april 2013 :rna. Peningkatan suhu tubuh (hiperthermia) berhubungan dengan proses infeksi viremia. S : klien mengatakan badahnya sudah tidak merasa panas, O : 37,2 0C, A : masalah hipertermi teratasi, P : lnjutkan intervensi : mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan cairan dan obat parasetamol.rnb. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia. S : klien mengatakan sudah ada nafsu untuk makan, O : klien habis ½ porsi, A : masalah teratasi, P : lamjutkan intervensi :mencatat porsi makan yang dihabiskan klien.rnc. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.S : klien mengatakan masih lemas, O : muka klien masih tampak pucat, A : masalah belum teratasi, P : lanjutkan intervensi monitor penurunan trombosit rnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnBAB IVrnPEMBAHASANrn Pada bab ini penulis akan membahas tentang masalah masalah yang muncul dalam Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever pada Tn. R di ruang Kenanga RSUD Kraton Pekalongan serta kesenjangan antara kasus dengan konsep dasar yang terdapat dalam BAB III. Pembahasan yang penulis lakukan terhadap semua komponen asuhan keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. rnA. Pengkajianrn Dalam melakukan pengkajian pada Tn. R dengan dengue haemoragic fever, penulis menggunakan metode pendekatan fungsional gordon, pola ini mencakup seluruh aspek yang dikaji bio-psiko-sosial-spiritual dan kultur yang didalamnya dapat membantu dalam memperoleh data fokus yang menunjang pada kasus dengu haemoragic fever. Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 5 april 2013 didapat data sebagai berikut :rn Data subjektif meliputi klien mengatakan tubuhnya terasa panas, lemes, klien mengatakan tidak nafsu makan, sedangkan data objektifnya meliputi klien tubuh klien teraba hangat suhu 380C, kesadaran composmentis, klien makan tidak habis 1/3 porsi makannya, trombosit 130.000 mm3, haematokrit 31,2 %. Dalam melakukan pengkajian tidak ada hambatan karena pasien dan keluarga kooperatif terhadap penulis sehingga penulis dapat dengan mudah mendapatkan data.rnrnrnB. Diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasirnBerdasarkan pengkajian pada kasus dengue haemoragic fever diatas, penulis mengemukakan ada diagnosa keperawatan yaitu :rn1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi (viremia)rn2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.rn3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan dari intra vaskuler ke ekstra vaskuler.rn4. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.rn5. Potensial terjadinya syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan hebat.rnAdapun diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian antara lain:rn1. Hipertermia berhubungan dengan Proses infeksi (Viremia). Peningkatan suhu tubuhrna. Pengertian rn Hipertermia adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan suhu tubuh yang terus menerus lebih tinggi dari 37,8 °C secara oral atau 38,8°C secara rektal yang disebabkan oleh berbagai faktor eksternal (Carpenito, 2009 h 152).rnrnb. Alasan diagnosa ditegakan rn Penulis menegakkan diagnosa ini, berdasarkan data subjektif yaitu klien mengatakan tubuhnya sudah 6 hari merasakan panas. Data objektif kulit teraba hangat suhu 38°C. Oleh karena itu penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas utama, sehingga tindakan pengurangan suhu badan harus segera dilakukan.rnc. Cara prioritas masalahrn Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena saat pengkajian keluhan utama adalah suhu badan panas. Masalah ini muncul karena proses peradangan yang berespon terjadinya infeksi. Masalah ini miuncul karena ditemukan data yang mendukung tegaknya diagnosa seperti klien tubuhnya terasa panas, gelisah, dengan tubuh 38°C.rnd. Tujuan dan rasional dari rencana tindakanrn Adapun dari rencana tindakan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan klien merasakan suhu tubuh menurun S :360C-370C, pasien bebas dari demam.rnIntervensi :rn1. Mengobservasi tanda-tanda vitalrn2. Memberikan kompres hangat pada kepala.rn3. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik.rn4. Menganjurkan pasien banyak minum.rnrnrne. Implementasirn Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka tindakan yang teleh dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, melakukan kompres air hangat, memberikan obat antipiretik.rnf. Evaluasirn Evaluasi pada tanggal 8 april 2013 dari diagnosa ini adalah masalah teratasi suhu 37,2°C, nadi 80, Rr 24 tekanan darah 110/80 mmHg.rn2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. rna. Pengertian rn Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2007 h 299).rnb. Alasan diagnosa ditegakan rn Penulis menegakkan diagnosa ini, berdasarkan data subjektif yaitu klien mengatakan tidak nafsu makan (anoreksia). Dan data objektifnya. Data objektif A: TB: 165 cm, BBI: 58,5 kg, BB sebelum sakit 59 kg, BB sekarang 57 kg , BB minimal 52,65 kg, BB maksimal 64,35 kg, B: Hb : 14,2 mg/100 ml, leukosit : 5.400/mm3, trombosit: 130.0000/mm3, C: TD: 110/80 mmHg, N:90 x/menit, RR: 28 x/menit, S: 380C, klien mengatakan setiap makan tidak habis porsinya habis ¼ porsi.rnc. Cara prioritas masalahrn Diagnosa ini menjadi prioritas kedua karena pada saat pengkajian klien tidak nafsu makan, makan habis ¼ porsi. Selain itu merupakan kebutuhan fisiologis dan rencana perawatan harus mempertimbangkan kebutuhan cairan, pencegahan infeksi, tindakan kewaspadaan penggunaan obat potensial gangguan perdarahan dan perbaikan neurology kemungkinan kebutuhan pembersihan usus.rnd. Tujuan dan rasional dari rencana tindakanrn Adapun tujuan dari rencana tindakan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan, hasil yang diharapkan adalah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai porsi yang diberikan/dibutuhkan.rnIntervensi :rn1. Mengkaji keluaran mual, muntahrn2. Memberi makanan dalam porsi kecil dan frekuensi seringrn3. Menacatat jumlah porsi yang dihabiskan oleh klien setiap harirne. Implementasirn Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji pemenuhan nutrisi, memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering, mencatat jumlah porsi yang dihabiskan oleh klien setiap hari.rnf. Evaluasirn Evaluasi pada tanggal 8 april 2013 dari diagnosa ini masalah teratasi karena klien waktu makan habis ½ porsinya.rn3. Resiko terjadi perdarah berhubungan dengan trobositopeniarna. Pengertian rnPerdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah, biasanya akibat cidera (Arita, 2006) .rnb. Alasan diagnosa ini ditegakkanrn Alasan menegakan diagnosa ini adalah karena ditemukan data objektif trombosit 130.00 mm3, haematokrit 31,2 %.rnc. Prioritasrn Diagnosa ini menjadi prioritas ke tiga karena diagnosa ini bukan masalah utama namun apabila tidak dilakukan intervensi maka akan menyababkan hipotensi sehingga dapat menyebabkan syok hipovolemi.rnd. Tujuan dan rasional dari rencana tindakanrn Adapun tujuan dari rencana tindakan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan proses keperawatan klien tidak terjidi trombositopenia.rnIntervensi :rn1. Monitor tanda-tanda vital penurunan trobositrn2. Beri penjelasaan mengenai trombositopeniarn3. Monitor jumlah trombosit setiap harirn4. Anjurkan kilen untuk banyak istirahatrne. Implementasi rn Implementasi yang dilakukan adalah monitor tanda-tanda vital penurunan trombosit, beri penjelasan mengenai trobositopenia, monitor trombosit setip hari.rnf. Evaluasirn Evaluasi tanggal 8 april 2013dari diagnosa ini masalah belum teratas ditandai dengan klien masih pucat, lemas.rn Menurut konsep dasar diagnosa untuk DBD sebenarnya ada 5 diagnosa, akan tetapi penulis hanya mengemukakan 3 diagnosa untuk kasus DBD pada kasus Tn. R Untuk diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah sebagai berikut :rn1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan dari intra vasikuler ke ekstravasikuler.rn Pada tinjauan kasus ini tidak muncul karena tidak ada data yang mendukung dimunculkanya diagnosa keperawatan ini, di tandai dengan klien tidak mengalami mual, muntah dan diare.rn2. Potensial terjadinya syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan hebat.rn Pada tinjauan kasus ini tidak muncul karena tidak ada yang mendukung diagnosa tersebut, ditandai dengan pada saat pengkajian klien tekanan darah 110/80 mmHg. rnBAB VrnPENUTUPrnrn Pelaksanaan asuhan keperawatan komperhensif yang dilakukan pada asuhan keperawatan Dengue Haemoragic Fiver pada Tn. R di ruang Kenanga RSUD Kraton Pekalongan, maka penulis mengemukakan hal-hal yang penulis peroleh pada waktu melakukan asuhan keperawatan dengan membuat simpulan dan saran.rnA. Simpulanrn1. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap Tn. R benar-benar menderita menderita DBD karena data pada pengkajian menunjukkan gejala-gejala penyakit DBD yang diantaranya : panas, TD : 110/80 mmHg, Suhu : 380C, Nadi : 90x/ menit, Rr : 28/ menit, klien makan habis ¼ porsi dan pada pemeriksa laborat tanggal 5 april didapatkan Hb : 14,0mg/100ml, leukosit : 5400/mm³, trombosit : 130.000/mm³, Dengue Blood igG (+), igm (+).rn2. Diagnosa keperawatan yang biasanya ditemukan pada klien dengan dengue haemoragi fever tidak semua penulis dapatkan pada Tn.R Pada saat pengkajian penulis hanya mendapat 3 diagnosa yaitu : hiperternia, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari kebutuhan tubuh dan resiko terjadi perdarahan. Sedangkan diagnosa yang tidak muncul adalah : resiko kurang volume cairan, dan potensi terjadi syok hipovolemik.rn3. Perencana dirumuskan berdasarkan prioritas masalah sekaligus memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama.rn4. Dalam melakukan perawatan pada Tn. R penulis telah berusaha melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana dan perawatan ditujukan untuk memecahkan masalah yang dialami klien.rn5. Evaluasi akhir pada diagnosa berdasarkan tujuan dan kriteria hasil, diagnosa keperawatan yang sudah teratasi adalah hipertermia berhubungan dengan proses infeksi viremia dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, sedangkan diagnosa yang belum teratasi adalah Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trobositopenia dikarenakan pasien masih lemas dan muka masih pucat.rnB. Saranrn1. Institusi pendidikanrn Institusi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa terutama dalam melakukan pemeriksaan dan menganalisa klien dengan dengue haemoragic fever baik didalam laboratorium maupun lahan praktik.rn2. Lahan praktikrn Lahan praktik diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada klien dengan dengue haemoragic fever. Penulis juga berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai bahan auan untuk pengololaan kilen dengan dengue haemoragic fever di rumah sakit. Kelengkapan fasilitas perawatan yang ada diruangan perlu dilengkapi guna menunjang dalam memberikan asuhan keperawatan yang akan membantu proses penyembuhan penyakit klien.rn3. Bagi perawatrn Bagi perawat hendaknya mampu menerapkan asuhan keperawatan seara biopsikososial, spiritual, cultural sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi klien secara profesional. Koordinasi baik antar tim kesehatan laindengan klien dan keluarga klien, hendaklah terus kita jaga agar terjadi suatu kesatuan langkah dalam proses perawatan terhadap klien.rn4. Bagi masyarakatrn Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang masalah kesehatan khususnya tentang dengue haemoragic fever, sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan penanganan awal dengan membawa penderita dengue haemoragic fever tersebut ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.rnrnrnrnrnrnrnDAFTAR PUSTAKArnAndi. 2007. Demam Berdarah Dengue. http//www. Blogdokter. Net/2008/06/27. Diperoleh pada tanggal 23 april 2013 jam 20.30 WIBrnCarpenito, Lynda juall. 2006. Buku Saku Keperawatan. Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGCrnDepartemen Kesehatan RI. 2005. Penemuan dan Tatalaksanan Penderita Demam Berdarah. JakartarnDoenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGCrnKandun, I Nyoman. 2008. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku/ KPP (Communication For Behafior Impact/ Combi). Direktur Jendral PP dan PL. JakartarnKementrian BUMN. Demam Berdarah Dengue. http//www. BUMN. Go. Id / biofarma/puplikasi/berita kasus-dbd-di-dunia-meningkat. Diperoleh pada tanggal 23 april 2013 jam 20.30 WIBrnMansjoer. 2000. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : EGCrnMurwani, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Surabaya : Gosyen PuslishingrnPurnama, Ratna. 2013. Tiap tahun jumlah penderita DBD meningkat. Sindonew.com.Diperoleh pada tanggal 23 april 2013 jam 20.30 WIBrnSoegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University PressrnSudoyo, Aru, Bambang Setiyohadi dan Idrus Almi. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 3. Jakarta : Internal Publishingrn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2013
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia