ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA An. N DI RUANG FLAMBOYAN RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
Pengarang : Monica Andriyani, Siti Rofiqoh
Kata Kunci   :keperawatan anak
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam (Ngastiyah, 2005).rnKejang demam (febris convulsion) adalah perubahan aktifitas motorik atau behavior yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kejang demam sederhana (simple febris convulsion) biasanya berlangsung beberapa detik dan jarang sampai 15 menit, serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks (complex febris convulsion)adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi kembali dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks dan kelainan struktural otak berkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya epilepsi (Widagdo, 2008).rnKejang demam terjadi pada 2-4 % anak berumur 6 bulan- 5 tahun. Kejang demam di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat diperkirakan 2-4%. Dalam 25 tahun terakhir terjadi pada anak berusia kurang lebih 2 tahun (17-23 bulan) (Kadafi, 2013). Menurut Dewanti dkk, 2012 angka kejadian kejang demam di Asia dilaporkan lebih tinggi, kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umum nya kejang demam timbul pada usia 17-23 bulan dan kebanyakan terjadi pada anak laki-laki. Di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6bulan- 5 tahun pada tahun 2012-2013 (Depkes, Jateng, 2013). rnAngka rekurensi untuk kejang demam dilaporkan sebesar 25-50%. Anak yang mengalami kejang pada usia 1 tahun atau kurang memiliki kemungkinan 65% menderita kejang demam rekuren. Berbeda pada usia antara 1 dan 2,5 tahun kemungkinan 35% dan 20% setelah usia 2,5 tahun. Sekitar 2/3 rekurensi berlangsung dalam 1 tahun setelah kejang pertama, dan lebih dari 85% berlangsung dalam 2,5 tahun setelah awitan (Rudolph dan Hoffman 2006).rnKejang demam juga dapat menjadi proses pencetus timbulnya status epileptikus dan mungkin merupakan faktor kausatif pada sekitar 25% status epileptikus pada anak. Seorang anak yang normal dan mengalami kejang demam jinak memiliki peningkatan risiko 2x lipat mengalami epilepsi dibandingkan dengan insidiensi 0,5% pada populasi kontrol. Apabila kejang pertamanya kompleks, risiko meningkat 3-5x lipat. Apabila terdapat kedua faktor tersebut, terjadi peningkatan risiko 18x lipat, dan insidiensi epilepsi mendekati 10% dalam kelompok ini (Rudolp dan Hoffman, 2006). Angka kejadian epilepsi menurut Ngastiyah (2005) berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya.rnBerdasarkan data yang diperoleh dari RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan dari bulan Januari sampai Desember 2014 didapatkan kasus kejang demam sebanyak 107 anak, dan pada bulan Januari sampai Desember 2015 sebanyak 110 anak. Berdasarkan data diatas dari tahun 2014 sampai tahun 2015 mengalami kenaikan dalam angka penyakit kejang demam pertahunnya. Hal tersebut menunjukan bahwa kasus kejang demam masih tinggi dan kasus ini tidak dapat di anggap kasus yang ringan melainkan sebagai kasus yang harus di tangani untuk menekan angka kejadian kejang demam. Maka dari itu penulis tertarik menggali penyakit tentang kejang demam untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Kejang Demam pada Anakâ€.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2016 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |