ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T DENGAN DEMAM TIFOID DI RUANG FLAMBOYAN RSI PEKAJANGAN KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Ari Yulianti, Siti Rofiqoh
Kata Kunci   :ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H dengan DEMAM TIFOID DI RUANG FLAMBOYAN RSI PEKAJANGAN KABUPATEN PEKALONGAN
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Hidayat, 2008, hal: 120). Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per 100.000 (Widagdo, 2011, hal: 218).rnMenurut data World Health Organization(WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam thypoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus. Secara keseluruhan, demam thypoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan 216.500 kematian pada tahun 2000. Insidens demam thypoid tinggi (>100 kasus per100.000 populasi per tahun) dicatat di AsiaTengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan yang tergolong sedang (10 – 100 kasus per 100.000 populasi pertahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru), serta yang termasuk rendah (<10 kasus per100.000 populasi per tahun) di bagian dunia lainnya.rnKejadian demam thypoid di dunia sekitar 21,6 juta kasus dan terbanyak di Asia, Afrika dan Amerika Latin dengan angka kematian sebesar 200.000. Setiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000 orang. Hingga saat ini penyakit demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis termasuk Indonesia dengan angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus pertahun, dan angka kematian 3,1 sampai 10,4% (WHO, 2004). Sedangkan data World Health Organization (WHO) tahun (2009), memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.rnDemam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang (Maharani, 2012).rnIndonesia merupakan negara endemik demam typhoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan insiden yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan penyakit lebih bersifat sporadis dan bukan epidemik. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang berpencar-pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada satu keluarga pada saat yang bersamaan (Widoyono, 2011, hal: 144).rnDalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 demam tifoid termasuk dalam kejadian luar biasa (KLB) dengan attack rate sebesar 0,37% yang menyerang 4 kecamatan dengan jumlah 4 desa dan jumlah penderita 51 jiwa. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah penderita demam tifoid sebesar 150 jiwa yang menyerang 3 kecamatan dan jumlah 3 desa dengan attack rate sebesar 2,69%. Tahun 2010 kasus KLB demam Tifoid kembali terjadi dengan attack rate sebesar 1,36% yang menyerang 1 kecamatan dengan 1 desa dan jumlah penderita 26 jiwa (Dinkes Prop Jateng, 2010).rnBerdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).rnDemam tifoid adalah penyakit infeksi yang lazim didapatkan di daerah tropis dan subtropis dan sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat. Penularan penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi di negara yang sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air minum bersih belum terpenuhi dan oleh karena itu penyakit demam tifoid mudah menyebar melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan serangga. Sumber utamanya hanyalah manusia. Penularan terjadi melalui air atau makanan yang tercemar kuman salmonella secara langsung maupun tidak langsung (dari orang yang sakit maupun dari ‘’carrier’’) yang erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan perorangan. Demikian juga cara mencuci bahan makanan (segala macam makanan) dengan air yang tercemar akan mempermudah penularan demam tifoid apabila tidak dimasak dengan baik (Ranuh, 2013, hal: 182). rnKomplikasi yang dapat muncul akibat demam tifoid tidak segera ditangani adalah dapat terjadi perdarahan dan perforasi usus, yaitu sebanyak 0,5 – 3% yang terjadi setelah minggu pertama sakit. Komplikasi tersebut dapat ditengarai apabila suhu badan dan tekanan darah mendadak turun dan kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat ditunjukkan lokasinya dengan jelas, yaitu di daerah distal ileum disertai dengan nyeri perut, tumpah-tumpah dan adanya gejala peritonitis. Selanjutnya gejala sepsis sering kali timbul. Sekitar 10% pneumonia dan bronchitis ditemukan pada anak-anak dan komplikasi yang lebih berat dengan akibat fatal adalah apabila mengenai jantung (myocarditis) dengan arrhytmiasis, blok sinoarterial, perubahan ST-T pada elektrokardiogram atau cardiogenic shock. Prognosa tergantung dari pengobatan yang tepat dan cepat (Ranuh, 2013, hal: 184).rnPeran perawat yang lebih optimal sangat diharapkan dalam menangani pasien dengan masalah demam tifoid. Diantaranya peran perawat dari aspek preventif adalah pencegahan terjadinya demam tifoid atapun penularan penyakit demam tifoid dengan cara memelihara kebersihan perorangan, pemberia vaksin atau imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Peran perawat dari aspek kuratif adalah dengan cara memberikan perawatan secara maksimal kepada pasien, menganjurkan kepada pasien atau keluarga yang menemani untuk menjaga kebersihan, pemberian nutrisi yang sesuai dan adekuat, menganjurkan istirahat total atau tirah baring bila terjadi peningkatan suhu tubuh, serta menempatkan pasien di ruangan khusus, atau isolasi. Peran perawat ditinjau dari aspek promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan tentang penyakit terhadap pasien atau keluarga tentang penyebab, gejala, perawatan, pengobatan serta pencegahannya. Dari aspek rehabilitatif peran perawat yaitu dengan pemulihan keadaan pasien yang mengalami penyakit demam tifoid, seperti menjaga kebersihan makanan dan minuman serta pengawasan makanan, jajanan yang bersih dari orang tua yang ketat kepada anaknya.rnBerdasarkan data yang diperoleh dari RSI Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014 didapatkan kasus demam tifoid sebanyak 295 anak, dari 302 anak yang dirawat selama 1 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kasus demam tifoid masih sangat tinggi. Salah satu yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian demam tifoid pada anak adalah peran promotif perawat dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan tentang penyakit terhadap klien atau keluarga tentang penyebab, gejala, perawatan, pengobatan serta pencegahannya sangatlah penting. Berdasarkan keterangan data di atas, maka penulis tertarik untuk menggali permasalahan tentang penyakit demam tifoid dan membuat karya tulis ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Demam Tifoid pada Anakâ€rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |