ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PM.A DENGAN ARTHRITIS RHEMATOID DI WISMA MELATI UNIT REHABILITASI SOSIAL LANSIA PURBO YUWONO KABUPATEN BREBES
Pengarang : Teguh Sucipto, Siska Yuliana, Herni Reje
Kata Kunci   :KTI gerontik rematik
Sehat merupakan keadaan yang diinginkan setiap orang dan keadaan dimana terbebas dari penyakit. Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang berkompleks dan interpretasi. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit seseorang. Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis yang sifatnya terus menerus berubah. Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbatas dari penyakit dan kelemahan. Sedangkan sakit adalah keadaan tidak normal atau sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal (Asmadi, 2008, konsep sehat sakit, https://dentistdiary.wordpress.com).rnSehat merupakan hak dan keinginan setiap manusia dari berbagai usia. Mulai dari anak kecil hingga lansia. Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembang anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyakanya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit–sakitan. Lanjut usia harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional, dan spiritual, selain kebutuhan yang bersifat biologis, semakin tua seseorang, cenderung, seumakin berkurang daya tahan fisik mereka. (Nugroho, 2006, hal 1-2).rnLanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang pasti akan mengalami proses tua karena tua adalah proses terakhir dari kehidupan, dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap (Lilik Ma’rifatul,2011). Penggolongan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahu, lanjut usia (ederly) berusia anatara 60 tahun (WHO, 1999).rnPermasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan musculoskeletal kearah yang lebih buruk. Penurunan fungsi muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan secara degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri, kekakuuan, hilanganya gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan pembengkakan yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas (Christensen, 2006).rnSaat ini, di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju pertumbuhan populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad ke -20. Tidak heran kalau masyarakat di Negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantanganya. Namun, saat ini, Negara berkembangpun mulai menghadapi yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain tiimbulnya masalah fisik. Mental, sosial, serta kebutuhan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif.rnMenurut Arthritis Foundotion 2006, jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahun 1990 terdaopat 38 juta penderita dari sebelumnya 35 juta pada tahun 1985, data tahun 1988 memperlihatkan hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang di Amerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai arhritis dan 23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis.rnSecara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk, selanjutnya, pada tahun 1980, jumlah ini meningkat menjadi ±8 juta (5,5%) dari jumlah penduduk dan pada tahun 1990, jumlah ini meningkat menjadi ±11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan meningkatkan sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi ±18,3 juta (8,5%). Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 pendudukan lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak hingga ±33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk) pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun. rn(Nugroho 2006, h. 2).rnBerdasarkan hasil penelitian data terakhir dari Qing, Y.Z.,(2008) prevalensi nyeri rematik di beberapa negara ASEAN adalah, 26% Bangla-desh, 18.2% India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan 14.9% Vietnam. Dari data yang didapati ini, bisa dikatakan bahwa, negara Indonesia mempunyai prevalensi nyeri rematik yang cukup tinggi dimana keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas negara akibat daripada keterbatasan fungsi fisik penderita yang mengefek kualitas hidupnya (Eustice, 2007).rnMenurut hasil penelitian terakhir Zeng et.al. 2008 di Indonesia prevalensi nyeri rematik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia maka jumlah penderita penyakit rematik secara otomatis akan meningkat pula. Namun dengan pengetahuan masyarakat saat ini yang masih kurang mengenai rematik dikhawatirkan akibat dari penyakit kecacatanpun akan meningkat (Torich, 2011). rnHasil pengkajian tentang data dan penyakit yang sedang diderita selama satu tahun terakhirdi Unit Rehabilitasi Sosial lansia Purbo Yuwono Brebes, dari jumlah lansia 80, peringkat diagnosa lansia dengan rematik berada pada urutan ke-2 dengan rincian sebagai berikut: dari 80 lansia diagnosa medis untuk lansia sebagaian besar berdiagnosa medis hipertensi sebanyak 25 lansia (31%), kemudian artitis rheumatoid 18 lansia (22%), stroke 15 lansia (19%), sisanya hampir merata yakni dengan diagnosa gastritis 8 lansia (10%), diabetes mellitus 7 lansia (9%), dan kemudia sisanya 7 lansia (9%) lain-lain ( Arsip Unit Rehabilitasi Sosial Lansia Purboyuwono Kabupaten Brebes).rnHasil data diatasi menunjukan bahwa angka kejadian rematik cukup tinggi dari hasil praktik keperawatan, Praktik Klinik keperawatan gerontik STIKES Muhammadiyah Pekajangan-Pekalongan tahun 2015 di Unit Rehabilitasi Sosial Lansia Purbo Yuwono Kabupaten Brebes. Hal ini disebabkan karena untuk penanganan dan perawatan penyakit rematiknya sendiri belum sesuai, misalnya masih banyaknya PM yang menderita rematik mengkonsumsi obat-obatan bebas di warung, diit yang di sama kan dengan PM yang tidak menderita rematik dan kurangnya edukasi tentang rematik di Unit Rehabilitasi Sosial Lansia Purbo Yuwono Kabupaten Brebes.rnPelayanan keperawatan di Unit Rehabilitasi Sosial Lansia Purbo Yuwono Kabupaten Brebes, pemberian pelayanan kesehatan lebih di fokuskan pada pelayanan kebutuhan fisik, sehingga kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual lansia dalam persiapan menghadapi kematian terabaikan. Untuk memenuhi kebutuhan fisik lansia, perawat membantu lansia hanya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi itu pun diit PM yang menderita rematik sama dengan PM lainya, membantu pearawatan diri lansia dan lingkungan, membantu mobilisasi, dan membantu kebutuhan eliminasi, serta keterbatasan obat untuk penanganan apabila terjadi komplikasi terhadap rematik dan penyakit lainya.rnBerdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Gerontik Pada PM. A Dengan Artritis Reumatoid di Wisma Melati Unit Rehabilitasi Sosial Lansia Purbo Yuwono Kabupaten Brebesâ€.
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |