ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H DI DESA PACAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIRTO 1 KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Tansiamalia Ningrum, Risqi Dewi Aisyah, Supar
Kata Kunci   :KEK, Anemia, Plasenta Previa
Angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia merupakan indicator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu dan menilai derajat kesehatan Masyarakat karena berkaitan terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Pada tahun 2018 AKI di Indonesia mengalami penurunan dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dari tahun 2015 hingga tahun 2018. Namun penurunan tersebut masih jauh dengan target SDGs (Sustainable Development Goals) yang harus dicapai sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup. Target penurunan AKI di Indonesia pada tahun 2030 turun menjadi 131 per kelahiran hidup (Kemenkes RI Tahun 2018,h.111-112).
Kemudian untuk angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut SDGs bahwa target global SDGs 2030 AKB sebesar 12/1.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut SDKI tahun 2017 jumlah AKB sebesar 24/1.000 kelahiran hidup, bahwa jumah tersebut masih jauh dari target SDGs tahun 2030, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah berat badan lahir rendah (BBLR), penyebab kematian yang lain adalah asfiksi, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonatorum dan lainnya (Kemenkes RI tahun 2018). Dalam menaggulangi AKI, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, dimasa pandemi covid-19 pada ibu hamil normal minimal dilakukan antenatal care/ANC 6x dengan rincian 2x ditrimester 1, 1x ditrimester 2, dan 3x ditrimester . Minimal 2x dipriksa oleh dokter saat kunjungan ditrimester 1 dan saat kunjungan ke – 5 ditrimester 3 (Kementrian Kesehatan RI tahun 2020).
Sedangkan penyebab AKI menurut Kementrian Kesehatan tahun 2010 ada 3 yaitu perdarahan, tekanan darah tinggi (eklampsia), dan infeksi, perdarahan menempati presentasi tertinggi penyebab AKI (28%), anemia dan kekurangan energy kronik (KEK) yang merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi (Purwaningsih 2015, h.2). Penyebab perdarahan pada kehamilan lanjut biasanya disebabkan oleh plasenta previa, di Indonesia kasus plasenta dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4 – 3,56% seluruh kehamilan (Jurnal Ners dan Kebidanan 2018). Menurut hasil Riskesdas tahun 2018, ibu hamil dengan usia 26 – 29 tahun yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) sebanyak 16,7% dan ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun 2018 sebesar 48,9% (RISKESDAS 2018, h.16).
Ibu hamil dikatakan KEK jika LILA < 23,5 cm, penyebab KEK adalah kurang gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan BBLR, risiko dan komplikasi pada ibu hamil seperti perdarahan, infeksi, proses persalinan lama dan sulit, bayi premature, anemia, dan kematian neonatal (Winarsih 2018, h.116). Penyebab AKI selanjutnya ada anemia, anemia dalam kehamilan merupakan ibu hamil yang mengalami defisiensi zat besi dalam darah, dan dikatakan anemia jika kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr% (Astutik 2018, h.11). Anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga dapat menimbulkan gangguan pada janin, BBLR, kematian janin, meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas ibu (Ariani 2017, h. 176). Selain itu anemia juga dapat menyebabkan terjadinya plasenta pravia hal ini terjadi karena kekurangan darah dan oksigen pada fundus uteri dan kurang terpenuhinya kebutuhan plasenta sehingga plasenta berimplantasi pada segmen bawah Rahim, biasanya ditandai dengan keluarnya darah atau flek dari jalan lahir.
Penelitian yang dilakukan Syafitri dan Suwardi (2018) di RSUP Medan, didapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan plasenta previa tidak perdarahan sebanyak 13 orang (24,1%), sedangkan didapatkan bahwa ibu hamil dengan plasenta previa perdarahan sebanyak 19 orang (35,2%), hal ini dikarenakan pola aktivitas yang benar – benar dijaga selama. Penelitian yang dilakukan Dewi, Surya, dan Mahendra (2021) di RSUP Sanglah Denpasar, bahwa penyebab plasenta previa merupakan adanya pengaruh umur, paritas, jarak kehamilan seblumnya, riwayat kuretase, operasi Caesar dan riwayat plasenta previa, kehamilan ganda serta ada atau tidaknya tumor.
Plasenta previa merupakan salah satu Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persalinan dengan tindakan SC, selain plasenta previa, ada juga faktor lain yang mempengaruhi persalinan dengan tindakan SC diantaranya adalah, panggul sempit, disporposi sefaloselfik, infeksi herpesives, riwayat SC, partus lama, malpresentasi. Sekitar 15% persalinan didunia dilakukan dengan tindakan section cesarea (SC). Untuk Asia Tenggara persalinan dengan tindakan SC yaitu mencapai 27%. Data SKDI (2012) menyebutkan di Indonesia persalinan dengan tindakan SC mencapai 14,9% dengan proporsi di kota 11% dan di desa 3,9% Menurut WHO (2015).
Tujuan kelahiran dengan SC yaitu bahwa operasi SC dapat dilakukan secara terencana maupun segera dimana pada operasi SC terencana (elektif) operasi telah direncanakan jauh-jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin (Hartati,S, Maryunani, A, 2015,h.29). Risiko persalinan SC dapat menyebabkan nyeri dan penyembuhan luka lebih lama, persalinan SC dapat meningkatkan morbiditas pada ibu, biaya mahal, kesehatan ibu pulih lama, sulit melakukan laktasi atau menyusui (Sitorus, S, 2021, h.65-68).
Selain itu persalinan Secsio Cesarea juga dapat menyebabkan risiko pada ibu dan bayi, sehingga pada masa nifas, ibu perlu melakukan perawatan pada luka insisi yaitu dengan mengkonsumsi makanan bergizi menjaga kebersihan tujuannya agar ibu terhindar dari infeksi (Aritonang,2021,h.51), dan bidan juga melakukan skrining untuk mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu, yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada TFU, pengawasan PPV,kontraksi Rahim dan KU ibu (Rini,S, Kumala,F, 2016,h.1-5). Selama masa pandemi COVID-19 konseling pada ibu hamil, ibu nifas yang terkonfirmasi COVID-19 dilakukan secara online, begitu juga dengan kunjungan bayi baru lahir dan kunjungan neonatus, kunjungan secara langsung bisa dilakukan setelah isolasi mandiri selesai (Nurjasmi, 2020).
Pencegahan komplikasi atau kegawatdaruratan pada bayi baru lahir perlu dilakukan, perawatan bayi baru lahir yaitu menjaga kehangatan, memebersihkan saluran pernafasan dengan menghisap lender mulai dari mulut dan hidung, mengeringkan tubuh bayi, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan IMD, memberikan identitas, memberikan vitamin K, memberikan salep mata, memberikan imunisasi Hb.0 pertama, melakukan pemeriksaan fisik (Sondakh, 2014,h.48-54).
Dari data Dinas Kesehatan Kab. Pekalongan ada 109 ibu hamil yang mengalami KEK dan telah mendapatkan makanan tambahan, jumlah ibu hamil dengan factor risiko sekitar 4.647 orang, pada ibu hamil yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Tirto 1 sebanyak 327 orang. Hasil data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan ibu hamil dengan anemia yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Tirto 1 berjumlah 375 (29%) dari 1.115 ibu hamil (Dinas Kesehatan Kab. Pekalongan, 2019).
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2021 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |