ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL TRIMESTER III PADA NY.S G1P0A0 HAMIL 29 MINGGU DI DESA WATUSALAM KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Desi Risqiani, Siti Rofiqoh, Nurul Aktif
Kata Kunci   :ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL TRIMESTER III PADA NY.S G1P0A0 HAMIL 29 MINGGU DI DESA WATUSALAM KABUPATEN PEKALONGAN
BAB IrnPENDAHULUANrnrnA. Latar BelakangrnKusmiyati, dkk (2009) mendefinisikan masa kehamilan adalah sebagai pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio didalam uterus.Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi tiga trimester: trimester pertama (0-12 minggu), trimester kedua (13-20 minggu), trimester tiga (20-40 minggu) (Manuaba, 2009).rnDinkes Jateng (2012) mendifinisikan Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang normal pun mempunyai resiko kehamilan,namun tidak secara langsung meningkatkan resiko kematian ibu.rnOrganisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian tiap tahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang (WHO, 2011). Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat kehamilan, persalinan atau dalam 24 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung dari kehamilan atau persalinannya. Penurunan angka kematian ibu (AKI) secara global masih rendah. Di Indonesia, angka kematian ibu melahirkan (MMR/Maternal Mortality Rate) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDGs yang ke 5 yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu mempunyai target menurunkan angka kematian ibu sebesartiga perempatnya antara tahun 1990-2015, sehingga diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Angka kematian ibu (AKI) di Jawa Tengah tahun 2016 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota Pekalongan sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup. AKI tahun 2012 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup. AKI di kota Pekalongan yaitu sebesar 17 kasus dan angka kematian bayi sebesar 9,66 %. (Pofil kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2011).rnMenurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa AKB di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup,ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi. AKB di provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 10,25 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ini meningkat bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 9,17 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2011).rnMenurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) (2001) penyebab kematian neonatal (bayi baru lahir) yaitu: Berat badan lahir rendah (30,3 %), Asfiksia (27 %), Tetanus (9,5%), Masalah gangguan pewmberian ASI (5,6 %), Masalah infeksi (5,4 %), Lain-lain (12,7 %) dan penyebab kematian bayi diantaranya : Gangguan Perinatal (34,7%), infeksi saluran nafas (27,6%), Diare(9,4%), kelainan saluran cerna (4,3%), tetanus (3,4%), kelainan syaraf (3,2%), lain-lain 17,4%. rnKebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis empat pilar yaitu “Safe Mother Hood†yaitu (1) keluarga berencana (KB), (2) pelayanan Antenatal Care (ANC), (3) persalinan yang normal, (4) pelayanan yang sama, (5) pelayanan obstetic essensialâ€. Tujuan utama ANC adalah mencegah adanya obstretri dan memastikan bahwa komplikasi dapat dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saefudin, 2009). ANC merupakan pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya reproduksi secara wajar. ANC sebagai salah satu upaya pencegahan awal faktor resiko kematian. Menurut WHO menyatakan bahwa ANC untuk mendeteksi secara dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Pemeriksaan ANC ditujukan untuk pemeriksaan ibu hamil untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada saat kehamilan yaitu pre eklamsia, anemia, dan Ketuban Pecah Dini (KPD). Kelainan-kelainan tersebut segera dapat diketahui sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan (Winkjosastro, 2006). rn Pre eklamsia merupakan kelainan yang ditemukan pada waktu kehamilan yang ditandai dengan berbagai gejala klinis seperti Hipertensi, proteinuria, dan edema yang biasanya terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai 48 jam pertama setelah persalinan. Menurut WHO (2001) angka kejadian preeklamsia berkisar antara 0.51 % -38,4%. Preeklamsia di seluruh dunia diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 14 % (50.000-75.000) kematian maternal setiap tahunnya (Hak lim,2009). Tahun 2006, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah mencatat angka kematian ibu akibat preeklamsi/eklamsi sebesar 31,57 %. Cacatan statistik seluruh dunia menunjukkan dari insidensi 5%-8% preeklamsi dari semua kehamilan,terdapat 12% lebih diantaranya dikarenakan primigravida. Menurut data The New England Journal Of Medicine pada kehamilan pertama resiko terjadi preeklamsi sebanyak 3,9%, kehamilan kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8% ( Dinkes Jateng, 2012).rnAnemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester 1dan 3atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan(Mardiyani,2006).Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 , prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%. Pemberian tablet fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentasi ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet fe pada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil,tetapi kejadian anemia masih tinggi (Kementrian Kesehatan, 2013).rnKetuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu, karena itu penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, penting untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin menyebabkan ketuban pecah dini pada ibu hamil sejak dini agar dapat dilakukan upaya antisipasi dan mencegah terjadinya ketuban pecah dini sekaligus menurunkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal maupun infeksi maternal (Manuaba, 2009). rnMenurut Manuaba (2010) KPD merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Kejadian KPD mendekati 10% dari semua persalinan.Pada umur kehamilan 34 minggu sekitar 4%. Menurut Wahyuni (2009) kejadian KPD di Indonesia sebanyak 35,70 %-55,30% dari 17.665 kelahiran. rnBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan , hal ini terlihat adanya fakta bahwa angka kejadian dan angka kematian BBLR akibat komplikasi seperti Asfiksia, infeksi hipotermia, dan hiperbilirubbinemia masih tinggi di indonesia. Sampai saat ini masih banyak ditemukan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan berbagai penyebab. Dimana bayi BBLR akan mengalami banyak masalah yang akhirnya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Indikator kesehatan suatu bangsa masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi dan anak. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan individu manusia yang karena berat badan,usia kehamilan ,dan faktor penyebab kelahirannya kurang dari standar kelahiran bayi normal. Di indonesia , BBLR bersama prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi.rnPrevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% -38 % dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR di dapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (WHO, 2007). Angka kejadian di indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain,yaitu berkisar antara 9% -30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2 %. rnSalah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi, maka menjadi tanggung jawab para petugas kesehatan yang ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi, yaitu dengan pemantauan ibu dan janin selama kehamilan. Pelayanan selama kehamilan meliputi: Deteksi atau pengkajian masalah ibu hamil dan janin, melakukan tindakan untuk pencegahan untuk mengatasi masalah yang dialami. Upaya itu menjadi tanggung jawab petugas kesehatan sehingga petugas kesehatan harus ikut berpartisipasi dalam kesehatan ibu dan bayi. Oleh Karena itu Penulis tertarik untuk mengangkat kasus Persiapan ibu hamil Timerter III dalam pemberian ASI Ekslusif pada ibu hamil primigravida.Hal ini di buktikan dari hasil data prevalensi angka kematian dan angka kelahiran bayi pada data laporan cakupan ASI Ekslusif kabupaten Pekalongan tahun 2016. Selain karena prevalensi angka kematian dan kelahiran bayi yang cukup tinggi penulis juga tertarik untuk mengangkat kasus ini karena penulis ingin melakukan peran perawat dengan mendukung dan memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil trimester III.rnrnrnrnB. Tujuan Penelitianrn1. Tujuan Umum rnTujuan umum yang ingin dicapai dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memahami dan menerapkan Asuhan Keperawatan ibu hamil Trimester III dalam pemberian ASI Ekslusif .rn2. Tujuan Khusus rnTujuan khusus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu:rna. Melakukan pengkajian baik dengan anamnesa maupun melakukan pemeriksaan fisik pada Ibu hamil Trimester III rnb. Menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan pada Ibu hamil Trimester III rnc. Menyusun rencana keperawatan pada Ibu hamil Trimester III rnd. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul pada Ibu hamil Trimester III rne. Melakukan evaluasi keperawatan yang telah dilaksanakan pada Ibu hamil Trimester III rnf. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ibu hamil Trimester III rnrnC. Manfaat penelitianrn1. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu PengetahuanrnKarya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam asuhan keperawatan pada Ibu hamil Trimester III bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan.rnrnrnrnrnrnrnrn2. Manfaat Bagi Profesi KeperawatanrnKarya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada Ibu hamil trimester III sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi.rn3. Manfaat Bagi PenulisrnKarya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman bagi penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Ibu hamil trimmester III.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2017 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |