ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.K DI DESA TANGKIL TENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Fitri Isnaeni, Milatun Khanifah, Supar
Kata Kunci   :Kehamilan dengan KEK
Angka Kematian Ibu yang masih tinggi disebabkan oleh beberapa hal yaitu penyebab kematian langsung dan penyebab kematian tidak langsung. Kematian langsung disebabkan karena perdarahan, infeksi, hipertensi kehamilan, partus macet, abortus, dan sebab-sebab lainnya. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh sewaktu kehamilannya, antara lain anemia, Kurang Energi Kronik (KEK) (Saifuddin 2014, h.54).
Kurang Energi Kronik (KEK) dan Anemia pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian. Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun) sebesar 17,3%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada usia remaja (15-19 tahun) sebesar 36,3% dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24 tahun) sebesar 23,3% (Riskesdas 2018, h. 17).
Menurut Simbolon (2018, h.27) penyebab Kurang Energi Kronik (KEK) yaitu pola kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi sehingga gizi ibu kurang. Menurut Noerpramana (2013, h.73) batas ambang LILA di Indonesia dengan resiko KEK yaitu kurang dari 23,5 cm atau kekurangan gizi yang lama. Akibat yang ditimbulkan pada ibu yang KEK yaitu terhadap ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi yaitu anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal, dan penyakit infeksi. Terhadap persalinan mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah melahirkan. Terhadap bayi dapat menyebabkan bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi dan BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan pertumbuhan anak.
Salah satu dampak dari kurangnya status gizi pada ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan. Riskesdar (2018. h 19) memperkirakan anemia pasa ibu hamil di Indonesi pada tahun 2018 yaitu 48,9%. Ibu hamil yang mengalami anemia tersebut diklsifikasikan lagi berdasarkan usia yaitu 84,6% (usia 15-24 tahun), 33,7% (usia 25-34 tahun), 33,6% (usia 35-44 tahun) dan 24% (usia 45-54 tahun). Menurut Pratami, E (2016, h.77) Anemia dalam kehamilan diketahui sebagai bahaya potensial bagi ibu dan anak. Anemia pada dasarnya merupakan masalah nasional dan juga terjadi di seluruh dunia. Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebgai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11 gr%, pada trimester I dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester II. Perbedaan nilai batas tersebut berkaitan dengan kejadian hemodilusi. Anemia pada kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian ibu tidak langsung yang disesbabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Manuaba 2010, hh.240-241).
Komplikasi yang dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada kehamilan selain anemia, bisa juga dikarenakan oligohidramnion. Penurunan volume cairan amnion atau oligohidramnion berhubungan dengan kondisi ibu atau janin seperti pada keadaan hipertensi, pertumbuhan janin terhambat atau kelainan bawaan. Berdasarkan hasil penelitian Lumentut, A dan Hermie, T. T. M (2015) di BLU RSUP Prof. Dr.R.D. Kandou insiden oligohidramnion terbanyak ditemukan pada primigravida sebanyak 55%. Dan morbiditas operatif juga kebanyakan ditemukan pada primigravida sebanyak 36 kasus. Penyebab terbanyak oligohidramnion adalah idiopatik sebanyak 42%.
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2019 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |