ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PM. S DENGAN ARTHRITIS RHEUMATOID DI UNIT PELAYANAN SOSIAL PURBO YUWONO BREBES
Pengarang : Farikh Maris Lutfi, Siska Yuliana
Kata Kunci   :keperawatan gerontik
Menurut Un-Population Division, Department of Economic and Sosial Affairs (1999) jumlah lanjut usia (lansia) ≥ 60 tahun memperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050. Saat ini lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun), pertama kali dalam sejarah umat manusia ( Darmojo dan Martono, 2009, h. 35)rnBerdasarkan data World Healt Organization (WHO) dalam Depkes RI (2013) di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar (8%) atau sekitar 14,2 juta jiwa. pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 15,3, sedangkan pada tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 (±9%) juta jiwa dari total populasi. Dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) dari total populasi. Di Indonesia akan menduduki peringkat Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India dan Amerika serikat dengan harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008, bab 1 pdf, diperoleh 18 Juni 2016)rnPertambahan jumlah lansia dibeberapa Negara, salah satunya Indonesia telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa pertahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa. (Badan Pusat Statistik 2010, http://respiratory D3 PER 1004575 Chpter1.pdf, diperoleh 18 Juni 2016)rnPerubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinana timbulnya beberapa Reumatik. Salah satu golongan penyakit Reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan musculoskeletal terutama adalah osteoarthritis. Kejadian penyakit tersebut akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya uisa manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua (menua) fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita Reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian Reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti ( Darmojo dan Martono, 2009, h. 432) rn Pada lansia mengalami proses degenerasi yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bemacam penyakit yang menyertai proses menua. Salah satu penyakit yang sering di derita pada lansia adalah Rematik. Rematik atau artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah disekitarnya. Remisi spontan dan eksaserbasi yang tidak dapat diperkirakan menandai jalannya penyakit yang mengakibatkan kecacatan ini (Jaime L Stocklager, 2007, h. 46) rnRematik dapat menyerang semua sendi, tetapi yang paling sering diserang adalah sendi dipergelangan tangan , kuku-kuku jari, lutut dan engkel kaki. Sendi-sendi yang lain mungkin diserang termasuk sendi ditulang belakang, pinggul, leher, bahu, dan bahkan sampai ke sambungan antara tulang kecil dibagian telinga dalam. Reumatik juga mempengaruhi organ tubuh bagian dalam seperti jantung, pembuluh darah, kulit, dan paru-paru. Serangan Reumatik biasanya simetris yaitu menyerang sendi yang sama di kedua sisi tubuh (Haryono,dan Sulis, 2013, h. 08)rnMenurut penelitian terakhir WHO mencatat angka kejadian Rematik di Dunia mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang penyakit Rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010, angka kejadian Rematik, http;//www.jtpp unimus.no/Its-pdf/pdf, diperoleh 18 Juni 2016)rnHasil riset kesahatan dasar (Rikesda) Indonesia tahun 2013 prevalensi penyakit sendi adalah 11,9% dan kecenderungan prevalensi penyakit sendi/Rematik 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi adalah di Bali 19,3%, diikuti di Aceh 18,3%, Jawa barat 17,5% dan Papua 15,4%. Sedangkan prevalensi sendi berdasarkan diagnosis nakesatau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1%, Bali 30%. Tertinggi pada umur ≥75tahun 33% dan 54,8%. Prevalensi yang didiagnosa nakes lebih tinggi pada perempuan 13,4% di bandingkan dengan laki-laki 10,3% demikian juga yang didiagnosa pada nakes atau gejala pada perempuan 27,5% lebih tinggi dari laki-laki 21,8% (http: eprints.ung.ac.id/12184/2/2/2015-bab1.pdf, diperoleh 18 Juni 2016). rnHasil survey di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Purbo Yuwono Brebes tahun 2016 terdapat 90 lansia. Peringkat lansia dengan diagnosa Rematik menepati urutan yang ke-2 dengan rincian sebagai berikut : Dari 90 lansia diagnose medis sebagian besar adalah Hipertensi dengan 28,6% lansia, kemudian 26,4% penderita Rematik, 19,8% penderita Asam Urat, 13,2 pendrita Diabetes Mellitus, 12% penderita Stroke ( Arsip Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Purbo Yuwono Brebes, 2016)rnBerdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2016 oleh penulis didapatkan hasil observasi dengan 3 lansia penderita Rematik di Unit Pelayanan Sosial Purbo Yuwono Brebes mengeluh nyeri pada kaki, kekuan pada sendi, nyeri yang di rasakan seperti ditusuk-tusuk, bertambah nyeri saat beraktivitas, tiga orang lansia tersebut merasa kelelahan setelah beraktivitas meskipun hanya beraktivitas ringan. Mereka semua mengatakan tidak mengkonsumsi obat secara rutin untuk menghilangkan rasa nyerinya karena keterbatasan obat. Jika meraka merasakan sakit hanya meminta obat kepada petugas Unit Pelayanan Sosial Purbo Yuwono Brebes. Mereka hanya mengolesi balsam pada sendi yang sakit dan itu pun tidak dilakukan setiap hari rnPenyakit Rematik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, gaya hidup kurang sehat, kurang gerak dan olahraga, serta pengetahuan mengenai pencegahan Rematik yang kurang. Self care lansia yang menderita Rematik di identifikasikan sebagai tindakan yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan lansia untuk memberbaiki dan meningkatkan kesehatannya , seperti perbaikan nutrisi dan olahraga teratur, istirahat cukup, obat-obatan untuk meningkatkan dan memulihkan penyakitnya. Dalam pemulihan penyakit Rematik diperlukan tindakan keperawatan mandiri. Untuk mencapai itu di perlukan peran perawat gerontik yaitu memberikan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada lansia dan dengan pemberian nasehat, dengan memberikan bantuan terhadap PMrnBerdasarkan data diatas, serta masih banyaknya angka angka kejadian Arthitis Reumatoid maka penulis tertarik untuk mengelola pasien dengan Rematik sebagai asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Rematik (Athritis Reumatoid) pada Ny. S di Unit Pelayanan Sosial Purbo Yuwono Brebesrn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2016 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |