ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R DI DESA JETAK LENGKONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015
Pengarang : Sri Barokah Puji Lestari, Nur Chabibah, Fitriya
Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Salah satu indikator penting dan yang menjadi acuan dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa adalah angka kematian ibu dan bayi (Sulistyawati 2009 h. vii). Angka kematian ibu adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung seperti perdarahan ( 25%, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) (Saifuddin 2010, h. 54), sedangkan penyebab tidak langsung antara lain anemia, kekurangan energi kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu (terlalu tua/muda, sering dan banyak) (Saifuddin 2002, h. 6).rnBerdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan (RISKESDAS) (2013), di Indonesia terdapat ibu hamil dengan anemia yaitu sebesar 37,1% dengan kadar hemoglobin kurang dari 11,0 gr/dl. Proporsi ibu hamil dengan anemia hampir sama antara daerah perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%). Anemia pada kehamilan merupakan salah satu resiko yang dapat meningkatkan resiko komplikasi berupa perdarahan yang merupakan penyebab terbesar kematian ibu (Manuaba 2010, h. 127). Angka kejadian anemia dilaporkan 6% dari seluruh kehamilan dan 12% pada kehamilan primigravida. Pada primigravida lebih banyak dijumpai dari pada multigravida, terutama primigravida lebih usia muda. Selain faktor paritas kejadian anemia dalam kehamilan juga dipengaruhi oleh usia kehamilan, Hoo Swie Tjong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I 13,6% pada trimester II, dan 24,8% pada trimester III (Manuaba 2010, hh. 237-238).rnAnemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehigga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan singkat (Saifuddin, 2011).rnPengaruh anemia selama kehamilan dapat mengakibatkan terjadinya abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin, infeksi, ancaman decompensasi cordis (Hb< 6 gr%), molahidatidosa, hiperemisis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (Manuaba 2010, h. 240). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta (Unud 2011, h. 1).rnInsufisiensi plasenta merupakan ketidaksanggupan plasenta mencakupi kebutuhan oksigenasi, zat-zat makanan, ekskresi dan hormon bagi janin. Insufisiensi plasenta disebabkan karena penurunan fungsi plasenta dalam mengantarkan oksigen. Penuaan plasenta diduga menyebabkan terjadinya komplikasi janin dan intrapartum dengan anggapan bahwa kebutuhan janin terhadap oksigen dan nutrisi melebihi suplai yang ada dan plasenta harus mengakhiri fungsinya. Namun demikian, perubahan morfologis yang berkaitan dengan penuaan dapat berupa proses pematangan yang meningkatkan, bukan menurunkan efisiensi vili. Plesenta terus tumbuh sampai lebih bulan. Kehamilan lebih bulan dapat dipersulit dengan adanya insufisiensi plasenta, tetapi hal ini biasanya sudah muncul sejak awal kehamilan, bukan karena kehamilan lebih bulan (Fraser 2009, hh. 520-521).rnInsufisiensi plasenta dapat menyebabkan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), BBLR dan hipoksia janin. Agar tidak terjadi komplikasi maka perlu penatalaksanaan yang tepat pada kasus. Proses kelahiran pada kasus insufisiensi plasenta harus segera dilaksanakan terutama pada kasus retradarsi pertumbuhan intrauterine atau kehamilan post mature. Apabila hal tersebut mengalami kegagalan sectio caesaria harus segera dilaksanakan (Oxorn dan Forte, 2010).rnProses persalinan dengan menggunakan metode sectio caesaria perlu diperhatikan dengan serius, karena proses persalinan ini memiliki risiko yang dapat membahayakan keadaan ibu dan janin yang dikandungnya. Teknik anastesi pada pasien sectio caesaria yaitu dengan anastesi umum dan anastesi regional (anastesi spinal/anastesi epidural) (Lahida, 2013). Anastesi spinal merupakan salah satu anastesi regional yang banyak digunakan dalam operasi sectio caesaria. Komplikasi yang tersering pada anastesi spinal adalah hipotensi yang terjadi karena blok simpatis. Hipotensi maternal menyebabkan hipoperfusi dari uteroplasenta dan penurunan perfusi intervillous yang mempengaruhi transfer oksigen dan nutrisi janin sehingga menyebabkan stres janin uterin (Lahida, 2013).rnPada ibu yang bersalin melalui tindakan sectio caesaria dapat berisiko infeksi pada rahim, alat-alat berkemih dan luka operasi, hal ini dikarenakan ibu tidak melakukan mobilisasi dini. Sehingga dapat mempengaruhi terhadap penyembuhan luka operasi (Netty, 2012). Semakin aktif bergerak akan mempercepat penurunan fisik ibu nifas pasca operasi caesar. Bila berbaring terus-menerus, peredaran darah tidak lancar dan pemulihan rahim menjadi terhambat, pengeluaran sisa darah kotor (lochea) tidak lancar. Selain itu sangat dianjurkan ibu nifas pasca caesar untuk tetap menyusui meskipun melahirkan dengan operasi caesar. Tidak perlu takut dan ragu, justru hisapan bayi akan merangsang kontraksi rahim dan pemulihan akan lebih cepat (Tari, 2012).rnSelain sectio caesaria berisiko pada kondisi nifas ibu, ini juga dapat mempengaruhi kondisi neonatal pada bayi karena neonatus tidak dilakukan rawat gabung. Manfaat rawat gabung pada ibu meliputi memberikan bantuan emosional, meningkatkan pemberian ASI, mencegah infeksi silang, memberikan pendidikan kesehatan dan memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi. Pada bayi antara lain bayi tidur dengan lebih nyeyak, bayi lebih jarang menangis, pemberian ASI lebih baik, berat badan bayi lebih baik, risiko ikterus lebih kecil, kesempatan yang lebih baik untuk saling mengenal, biaya untuk makanan bayi bisa ditekan (Saputra 2014, hh. 36-38).rnUntuk mencegah terjadinya komplikasi pada bayi dapat dilakukan dengan kesehatan bayi harus dipantau untuk memastikan kesehatan bayi meliputi pemeriksaan neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari) dan pelayanan kesehatan bayi. Kunjungan neonatal bertujuan untuk menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongn dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian (Depkes 2011, h. 7).rnBerdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2014, dari seluruh sasaran ibu hamil sebanyak 16.310, ibu hamil yang mengalami anemia 13,70%. Puskesmas Wonopringgo merupakan salah satu puskesmas di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan dengan sasaran ibu hamil tahun 2014 berjumlah 780, ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 7,31% (Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan 2014). Berdasarkan data dari RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2015 dari bulan Januari sampai Maret data ibu bersalin dengan serotinus sebanyak 7,8 % dari 402 yang bersalin.rnBerdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat Laporan Tugas Akhir “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.R di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |