Publikasi

Kata Kunci   :Antibakteri, Biji Matoa, Daya hambat, Ekstrak, Partisi

Infeksi kulit umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Tanaman Matoa (Pometia pinnata J.R.Forst. & G.Forst) dari spesies sapindaceae sekarang sudah digunakan untuk pengobatan tradisional sebagai dermatitis, diuretik, ekspektoran, stimulan dan melawan sakit perut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol, partisi metanol dan kloroform biji Matoa (Pometia pinnata J.R.Forst. & G.Forst) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode difusi sumuran. Hasil uji ekstrak etanol, partisi metanol, dan kloroform biji Matoa dengan menggunakan konsentrasi 20%, 35%, 40%, dan 50%. Ekstrak etanol biji Matoa mempunyai hambatan berturut-turut 5,07 mm, 6,08 mm, 7,06 mm, dan 8,01 mm. Partisi metanol biji Matoa mempunyai hambatan berturut-turut 5,05 mm, 6,04 mm, 7,04 mm, dan 8 mm. Sedangkan partisi kloroform biji Matoa mempunyai hambatan berturut-turut 6,04 mm, 7,04 mm, 8,06 mm, dan 9,05 mm. Analisis data menggunakan uji One Way ANOVA menunjukkan perbedaan signifikan dimana signifikasi p < 0,05 antara ekstrak etanol, partisi metanol, dan kloroform biji Matoa terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol, partisi metanol, dan kloroform biji Matoa memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Partisi kloroform biji Matoa merupakan partisi yang paling aktif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus dikarenakan pada konsentrasi tersebut yang paling tinggi.