ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.N DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015
Pengarang : Sasa Arfina, Nina Zuhana, Nur Chabib
Kata Kunci   :Asuhan Kebidanan Komprehensif
A. Latar BelakangrnKehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologis. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah (Kusmiyati 2008, h. 1). Sedangkan menurut Bartini (2012, hh. 16-17) salah satu kriteria kondisi kehamilan normal yaitu tidak ada faktor risiko yang menyebabkan komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Beberapa faktor risiko yang terjadi pada ibu selama hamil merupakan penyebab timbulnya penyulit saat kehamilan dan persalinan, bahkan mengancam keselamatan ibu dan janin. rnIbu hamil dengan faktor risiko di antaranya adalah ibu dengan umur <20 tahun atau >35 tahun, primigravida tua primer atau sekunder, grande multigravida, jarak persalinan terakhir dengan kehamilan sekarang <2 tahun, tinggi badan ibu <145 cm, lila <23,5 cm, memiliki penyakit seperti asma, TBC, jantung, ginjal, hati, kencing manis, penyakit infeksi dan gangguan jiwa, anemia, polyhidramnion, riwayat hipertensi, riwayat persalinan bedah sesar, riwayat komplikasi pada masa persalinan dan nifas (Bartini 2012, hh. 17-20). rnUsia >35 tahun termasuk salah satu dari faktor risiko kehamilan. Pada proses pembuahan, kualitas sel telur perempuan pada usia ini telah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi sehat (25-30 tahun). Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga menyebabkan terjadinya gangguan perkemihan dan perkembangan buah kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) yang berakibat bayi berat lahir rendah (BBLR) (Marmi 2014, h. 108). Selain itu menurut Widiutami (2013) usia ibu <20 tahun dan >35 tahun mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami anemia.rnGrande multipara termasuk dalam kehamilan risiko tinggi. Berdasarkan hasil penelitian D’Souza (dalam Okto, 2012) di Rumah Sakit Bagian Selatan Karnataka India diketahui bahwa ibu grande multipara yang mengalami komplikasi anemia 59%, perdarahan 11%, malpresentasi 4%, prolapse 3%, pregnancy induced 21%, preeklamsi 2%. Menurut Fransiska (2014) komplikasi yang dapat terjadi oleh grande multipara dalam kehamilan, intrapartum dan pasca partum seperti kelainan letak, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin, kelainan letak plasenta, dan anemia dalam kehamilan.rnAnemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai kondisi dimana ibu hamil dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester I dan III atau < 10,5% pada trimester II (Prawirohardjo 2010, h. 281). Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika hanya 6% (Prawirohardjo 2010, h. 281). Handayani (2008, h. 38) melaporkan bahwa penelitian Husaeni tahun 2008 perkiraan prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah sebanyak 50-70%. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Prawirohardjo 2010, h. 281).rnKejadian anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti persalinan maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), gangguan his (kekuatan mengejan), kala satu lama, perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri, subinvolusi uteri, perdarahan post partum dan infeksi puerperium (Manuaba 2010, h.240)rnSalah satu komplikasi yang timbul dari anemia dalam kehamilan ini adalah ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum mulainya tanda persalinan (Manuaba 2010, h. 281). Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo 2009, h. 677). Insidensi ketuban pecah dini pada usia kehamilan cukup bulan adalah 8-10%, sedangkan 2-4% terjadi pada ketuban pecah dini saat preterm dan 7-10% ketuban pecah dini pada kehamilan kembar (Norwitz 2007, h. 119). rnMenurut Sujiyatini (2009, h. 13) penyebab ketuban pecah dini pada sebagian besar kasus masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah, faktor multi graviditas, merokok, dan perdarahan antepartum. Selain itu menurut Prawirohardjo (2009, h. 678) ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. rnKejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun janinnya. Risiko kecacatan dan kematian janin juga tinggi pada kejadian ketuban pecah dini preterm (Sujiyatini 2009, h. 17). Penatalaksanaan KPD adalah klien dirawat di rumah sakit dengan diberikan antibiotik. Jika usia kehamilan sudah lebih dari 37 minggu dilakukan terminasi kehamilan, salah satunya dengan cara seksio caesarea (Prawirohardjo 2009, h. 680). rnSeksio caesarea adalah tindakan yang bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Kasdu 2005, h. 8). Komplikasi utamanya dengan operasi seksio sesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli (Rasjidi, 2009). rnMenurut Khosim dalam bukunya Saputra (2007) bayi baru lahir adalah bayi dengan barat lahir antara 2.500-4.000 gram cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Saputra 2014, h. 46). Kemungkinan yang yang dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan riwayat ketuban pecah dini diantaranya infeksi neonatal, hipoksia karena kompresi tali pusat, syndrome deformitas janin (Prawirohardjo 2009, h. 679). Sehingga asuhan pada neonatus sama pentingnya seperti menjaga kehangatan agar tetap hangat, membersihkan jalan napas, mengeringkan tubuh bayi, memotong dan merawat tali puasat, melakukan IMD, memberikan Identitas diri, memberikan suntikan Vit.K (Saputra 2014, hh. 47-54) . rnBerdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2014, dari seluruh sasaran ibu hamil sebanyak 16.310, ibu hamil yang mengalami anemia 13,70%. Puskesmas Wonopringgo merupakan salah satu puskesmas di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan dengan sasaran ibu hamil tahun 2014 berjumlah 780. Ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 7,31%, sedangkan ibu hamil dengan riwayat KPD sebanyak 0,32% .rnBerdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil kasus asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan Tahun 2015.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |