ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.F DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Cushartimi, Suparni, Lia Dwi Prafit
Kata Kunci   :Komprehensif
A. Latar BelakangrnMenurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Melengkapi data tersebut, data laporan dari daerah yang diterima kementrian RI menunjukan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan pada tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang (Kemenkes RI, 2014). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan kabupaten/kota AKI sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sbesar 116,1/100.000 kelahiran hidup. Terdapat kematian ibu sebesar 24,74% terjadi pada ibu hamil, pada ibu persalinan sebesar 17,33% dan waktu nifas sebesar 57,93% (Dinkes Profil Jawa Tengah 2012 hh13-14).rnPenyebab kematian ibu dibagi menjadi langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Prawirohardjo 2009, h.54)rnSelain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu kriteria 4 “terlaluâ€, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Sebesar 57,93% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,74% pada waktu persalinan sebesar 17,33%. Sementara berdasarkan kelompok umur ≥ 35 tahun sebesar 26,67% dan pada kelompok umur ≤20 tahun sebesar 6,37% (Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012, hh.12-14).rn Grande multigravida merupakan ibu yang pernah hamil lima kali atau lebih secara berturut-turut. Wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. Bila seorang ibu terlalu sering hamil, mereka memiliki resiko tinggi, apalagi pada seorang ibu hamil dimana anak sebelumnya masih disusui maka ibu tersebut termasuk ke dalam ibu hamil beresiko tinggi (Wikbjosastro 2007, h.77).rnPada wanita usia diatas 35 tahun dapat mempengaruhi keadaan kehamilannya seperti kodisi fisik ibu hamil, penurunan kondisi rahim, dan penurunan kondisi otot-otot panggul. Kehamilan usia 35 keatas memiliki tingkat risiko yang lebih berat dari pada kehamilan muda. Pada usia tersebut, ibu juga mengalami risiko tinggi keguguran yang lebih besar (Proverawati 2009, h.46). Ibu hamil diatas 35 tahun menjadi masalah karena dengan bertambahnya umur dan adanya kehamilan membuat ibu memerlukan ekstra energi untuk kehidupannya dan juga kehidupan janin yang sedang dikandung. Selain itu pada proses kelahiran dibutuhkan tenaga yang lebih besar lagi ditambah dengan adanya kelenturan dari jalan lahir dan keelastisannya juga semakin berkurang serta dapat mempengaruhi subinvolusi pada masa nifas sehingga tidak normal (Proverawati 2009, h.47).rnRisiko yang dapat terjadi pada ibu hamil usia diatas 35 tahun salah satunya yaitu perdarahan yang dapat membahayakan ibu dan bayinya. Perdarahan dalam kehamilan ada beberapa macam seperti abortus, kehamilan ektopik terganggu, molahidatidosa, plasenta previa, solusio plasenta. Sedangkan perdarahan pada persalinan dan setelah bayi lahir bisa dikarenakan ruptur uteri, atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan dinding rahim (Saifuddin 2009, h.145).rnFrekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika hanya 6% (Saifuddin 2008, hh237-238). handayani dan Hariwibowo (2008, h.38) melaporkan bahwa penelitian Husaini tahun 2008 perkiraan prevelensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah sebanyak 50-70%. kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinterkasi (Saifudin 2008, h.281).rnMenurut (Proverawati 2009, h.54) akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan adalah pada kehamilan muda (trimester pertama) : abortus, missed abortus, dan kelainan kongenital, pada trimester kedua terjadi persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, berat badan lahir rendah, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ (Intelektual) rendah, dekompensasi kordis, kematian ibu.rnBahaya lain anemia saat persalinan yaitu gangguan his (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus lama, kala kedua berlangsung lama sehingga melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum karen atonia uteri. Dasar asuhan persalinan yang normal adalah asuhan yang bersih dan aman setelah persalinan dan bayi baru lahir, upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu fokus utamanya mencegah terjadinya komplikasi sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan pasca persalinan (Saifuddin 2011, h334). Sedangkan untuk bahaya saat nifas sendiri mungkin terjadi subinvolusi yang akan menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae. Bahaya anemia terhadap janin yaitu kematian intra uteri, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensia rendah (Manuaba 2010, h.240).rnData Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan pada bulan Januari – November tahun 2015 dari 27 puskesmas diperoleh jumlah ibu hamil sebanyak 121.872 ibu hamil dan yang terdeteksi risiko tinggi oleh tenaga kesehatan sebanyak 3.957 ibu hamil. Sedangkan kejadian AKI dan AKB sebanyak 22 jiwa dan 126 bayi pada tahun 2015. Pravelensi ibu hamil> 35 tahun sebanyak 864 kasus dimana angka kejadian terbesar berada di puskesmas Kedungwuni II sebanyak 98 kasus atau 11,3 %. Sedangkan angka kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah Kabupaten Pekalongan sebesar 614 kasus dimana sebanyak 28,5 % atau 175 kasus terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II.rnData diatas menyebutkan bahwa kejadian AKI dan AKB masih tinggi . Pravelensi ibu hamil > 35 tahun dengan resiko tinggi kehamilan juga masih tinggi di wilayah puskesmas Kedungwuni II. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. F di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan 2016.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2016 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |