ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.N DI KELURAHAN PEKAJANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Fatkhiyatur Rohmah, Nina Zuhana
Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.N DI KELURAHAN PEKAJANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba 2010, h.75).Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Pudiastuti 2012, h.1).Pada proses kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang salah satunya adalah proses hemodilusi, proses hemodilusi adalah jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga teerjadi semacam pengenceran darah, sehingga ibu hamil bisa beresiko terjadinya anemia. Proses ini terjadi pada trimester pertama dan puncaknya pada usia kehamilan32 minggu (Andriani 2014,hh. 10-11).rnAnemia pada kehamilan merupakan masalahnasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child†(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba 2010, h.237). Menurut (Saifudin 2009, h.281) frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relative tinggi yaitu 63,5%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia.Angka kejadian anemia di Indonesia dalam kehamilan cukup tinggi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Datar (Riskesdas) tahun 2013, pravelansi anemia pada ibu hamil di Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 78,9%, angka ini masih lebih tinggi dari angka nasional yaitu 71,2% (Dinkes Jateng 2013).rnAngka kejadian letak lintang dibeberapa rumah sakit di Indonesia terjadi antara 0,5% - 2%. Sedangkan penyebab letak lintang biasanya merupakan kombinasi dari beberapa faktor antara lain fiksasi kepala tidak ada (karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor pelvis), janin mudah bergerak (karena hidramnion, multiparitas, janin kecil, janin mati), kehamilan ganda, ataupun karena ada kelainan uterus (Kemenkes RI, 2016). Apabila letak lintang ini tidak segera mendapatkan penanganan, dapat membahayakan ibu maupun janin. Antara lain cedera tali pusat, timbul sepsis setelah ketuban pecah dan leengan menumbung melalui vagina, kematian janin, dan rupture uteri (Sukarni 2014,h. 71).rnMenurut Kumar (2014,hh. 118-119) penatalaksanaan pasien dengan letak lintang adalah pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih harus dirawat dirumah sakit karena kemungkinan ketuban pecah dini dan tali pusat menumbung sangat besar, Versi sefalik luar (EVC) dapat dicoba pada kasus letak lintang dengan usia kehamilan 37 minggu atau lebih asalkan cairan ketuban cukup banyak, bayi memiliki besar rata-rata, uterus dalam keadaan relaksasi, dan tidak terdapat CPD/atau kontraindikasi lainnya untuk tindakan EVC, Pasien letak lintang yang tidak berhasil ditangani dengan tindakan EVC atau menolak tindakan EVC harus menjalani operasi selektif SC segmen bawah ketika usia kehamilan sudah mencapai 38 minggu dan biasanya dokter menganjurkan pasien agar sering dalam posisi menungging (kneechest position). Posisi ini biasa dilakukan 2-3 kali sehari selama 10-15 menit. Namun, jika pada minggu-minggu terakhir kehamilan letak bayi masih tetap, biasanya dokter mulai mengantisispasi kemungkinan persalinannya. (Dini Kasdu 2008, h.29)rnAsuhan ibu nifas pasca operasi adalah Ketika ibu keluar dari kamar operasi, terdapat periode observasi ketat atau pemulihan yang selama periode tersebut observasi teratur pernafasan, denyut jantung, dan tekanan darah dilakukan. Selain itu observasi adanya perdarahan pada luka ibu dan periksa pembalut untuk mengkaji lokhea (Baston, Hall, Wray 2012, hh 73-75). Di Jawa Tengah diketahui bahwa kematian ibu berdasarkan laporan dari kabupaten/kota pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiiran hidup. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas yaitu 48,56%. Penyebab kematian ibu pada masa nifas yaitu eklamsi 37%, perdarahan 17%, infeksi 4%, dan lain lain sebesar 42% (Dinkes Jateng 2011).rnBayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Maryunani 2013, h.24). angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar antara 9-30% dan hasil studi di 7 daerah multicentre didapatkan angka BBLR berkisar 2,1-17,2 %. Secara nasional berdasarkan SDKI angka BBLR sekitar 7,5%. Hasil Riskesdas 2016 masih dijumpai 11,1% bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Kemenkes RI, 2016). rnDari data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2017 diketahui dari 27 puskesmas menunjukkan jumlah ibu hamil sebanyak 17.300 orang, ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 9.715 orang atau (56,2%). Sedangkan jumlah ibu hamil di puskesmas Kedungwuni II adalah 930 orang, jumlah ibu hamil dengan anemia di puskesmas Kedungwuni II sebesar 870 orang atau (93,5%). Hal ini menunjukkan angka kejadian anemia di wilayah kerja puskemas Kedungwuni II masih tinggi.rnBerdasarkan data puskesmas Kedungwuni II selama 1 tahun terakhir yaitu pada bulan Januari – Desember 2017 bahwa sasaran ibu hamil K1 925 orang atau (99,46%) dan K4 854 orang atau (91,83%), yang mengalami hamil serotinus di puskesmas Kedungwuni II selama 1 tahun berjumalah 36 orang atau (3,87%). Jumlah ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni II sebanyak 845 orang. Dari jumalah ibu bersalin tersebut didapatkan hasil ibu yang bersalin di Rumah Sakit adalah 474 orang atau (56,09%). Berdasarkan data yang diperoleh di RSI Muhammadiyah Pekajangan pada tahun 2017 dari jumlah 1268 ibu bersalin didapatkan jumlah persalinan dengan opersai caesar sebanyak 577 orang atau (45,5%)rnBerdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.N di kelurahan Pekajangan wilayah kerja puskesmas Kedungwuni II kabupaten Pekalongan tahun 2018â€.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2018 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |