Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH ARTHRITIS GOUT PADA PM. H UNIT PELAYANAN LANJUT USIA DI WISMA WIYASA BHISMA UPAKARA PEMALANG JAWA TENGAH


Pengarang : David Fani Yulistiono, Siska Yuliana


Kata Kunci   :gout

BAB IrnPENDAHULUANrnA. Latar BelakangrnAging proses (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur di atas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambut hal tersebut agar nantinya tidak menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho. W, 2000 dalam Mujahidullah 2012, hal. 1).rnProses menua merupakan proses yang terus menerus (berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologik. Dari aspek fisik-biologik terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalaam, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem syaraf yang tidak dapat diganti karena rusak atau mati. Berkurangnya jumlah sel saraf (neuron) dan kematian sel secara terus-menerus menyebabkan seseorang menjadi demensia (Mujahidullah, 2012, hal 1 & 2). rnPenyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai/penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi didalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat didalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah, penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Sutanto, 2013, h. 11).rnBerdasarkan World Health Organization (WHO) prevelensi asam urat (gout) di Amerika Serikat 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per 1000 perempuan prevalensi ini berbeda di tiap negara, berkisar antara 0,27% di Amerika hingga 10.3% selandia baru. Peningkatan insidens gout dikaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya hidup, peningkatan kasus obesitas dan sindrom metabolik (WHO http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t33394.pdf, dilihat 2 juli 2016).rnBesarnya angka kejadian Arthritis gout pada masyarakat di Indonesia belum ada data yang pasti, mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku sangat mungkin memiliki angka kejadian yang lebih bervariasi. Pada studi hiperurisemia di rumah sakit akan ditemukan angka prevalensi yang lebih tinggi antara 17-28% karena pengaruh penyakit dan obat-obatan yang diminum penderita. Penderita arthritis gout pada penduduk di jawa tengah adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada perempuan, penelitian lapangan yang dilakukan terhadap penduduk Denpasar, Bali mendapat prevelansi arthritis gout sebesar 18,2% (Besarnya angka Arthritis gout di Indonesia http://eprints.ums.ac.id/22009/3/2._Bab_I.pdf, dilihat 2 juli 2016).rnSedangkan di Jawa Tengah prevalensi penderita gout hiperusemia kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Sedangkan prevalensi gout juga bervariasi antara 1-15,3%. Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9% pada kadar asam urat darat >9 mg/dl, 0,5% pada kadar 7-8,9% dan 0,1% pada kadar <7mg/dl. Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun, pada kadar asam urat >9 mg/dl (Di Jawa Tengah Prevalensi Gout http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t33394.pdf, dilihat 2 juli 2016).rnHasil pengkajian tentang data dan penyakit yang sedang diderita selama satu tahun terakhir di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, dari jumlah lansia 90, peringkat diagnosa lansia dengan arthritis gout berada pada urutan ke-3 dengan rincian sebagai berikut: dari 90 lansia diagnosa medis untuk lansia sebagaian besar berdiagnosa medis hipertensi sebanyak 30 lansia (35%), kemudian artitis rheumatoid 21 lansia (29%), arthritis gout 15 lansia (20%) , stroke 10 lansia (5%), sisanya hampir merata yakni dengan diagnosa gastritis 8 lansia (4%), diabetes mellitus 6 lansia (2%), dan kemudia sisanya 10 lansia (5%) lain-lain (Arsip Balai Pelayanan Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang).rnBerdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2016 oleh penulis hasil data diatas menunjukkan bahwa angka kejadian Arthritis Gout cukup tinggi di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bhisma Upakara Pemalang. Hal ini disebabkan karena sebagian orang kurang peduli terhadap bahaya penyakit asam urat serta belum memahami dan melaksanakan pengaturan diit asam urat, belum adanya pengganti menu secara periodik sesuai penyakit yang diderita, belum melaksanakan olahraga secara teratur, belum adanya motivasi agar dapat berinteraksi dengan situasi, lingkungan, dan kegiatan panti. Kecenderungan yang akan dilakukan bila mengalami gejala penyakit asam urat seperti gejala sering kesemutan, pegal, linu, nyeri dan kaku pada sendi atau otot adalah dengan membeli obat-obatan seperti jamu atau diberi balsem sebagai pereda nyeri dari pada harus memeriksakan kondisi penyakitnya ke fasilitas kesehatan yang ada. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan lansia yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar berupa kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual.rnBerdasarkan data dan uraian diatas, serta masih banyaknya angka Arthritis Gout dan komplikasi oleh Arthritis Gout, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada PM. H Dengan Arthritis Gout di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wisma Wiyasa Bhisma Upakara Pemalang Jawa Tengah”.rnB. Tujuanrn1. Tujuan UmumrnSetelah menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan Arthritis Gout secara tepat.rn2. Tujuan Khususrn Penulis mempunyai beberapa tujuan khusus dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, yaitu untuk mengetahui proses keperawatan gerontik dari awal sampai akhir, diantaranya agar penulis mampu:rna. Melakukan pengkajian terhadap lansia dengan masalah Arthritis Gout dengan tepat.rnb. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik yang tepat dengan masalah Arthritis Gout.rnc. Menentukan rencana keperawatan yang tepat pada lansia dengan masalah Arthritis Gout.rnd. Melakukan tindakan keperawatansesuai dengan recana keperawatan yang telah dibuat pada lansia dengan masalah utama Arthritis Gout dengan tepat.rne. Melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada lansia dengan masalah Arthritis Gout.rnf. Mendokumentasikan asuhan keperawatan gerontik dengan masalah Arthritis Gout dengan baik.rnrnrnrnC. Manfaatrna. Bagi perkembangan ilmu pengetahuanrnKarya tulis ilmiah ini sebagai bacaan dan rujukan untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan, dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama tentang penyakit Arthritis Gout pada lansia.rnb. Bagi profesi keperawatanrnPenulisan karya tulis ilmiah ini, adalah sebagai masukan untuk menambah bahan informasi, referensi, dan keterampilan tenaga kesehatan terutama profesi keperawatan, sehingga mampu mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama dengan masalah Arthritis Gout.rnc. Bagi PenulisrnMenambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan keperawatan gerontik dengan masalah Arthritis Gout dan dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan serta meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.rnrnrnrnrnrnrnrnrnrnBAB IIrnKONSEP DASARrnA. Konsep Lansiarn1. Pengertian Lansia rnAging proses (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur di atas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambut hal tersebut agar nantinya tidak menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho. W, 2000 dalam Mujahidullah, 2012 hal. 1).rnProses menua merupakan proses yang terus menerus (berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologik (Mujahidullah, 2012, hal 1 & 2).rnDari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa proses menua adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap individu yang berumur panjang akan mengalami penurunan daya tahan tubuh dari luar maupun dari dalam.rnrn2. Batasan-batasan Lansiarn1) Menurut WHOrna) Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45 - 59 tahun.rnb) Usia lanjut (elderly) antara 60 - 70 tahun.rnc) Usia lanjut tua (old) diatas 75 - 90 tahun.rnd) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.rn2) Menurut undang-undang RI No 13 tahun 1998 rnTentang kesejahteraan lanjut usia : Bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. rn3) Menurut Dep. Kes RIrnUsia lanjut digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:rna) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun) rnb) Kelompok lansia pertengahan (65 tahun keatas)rnc) Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun keatas)rn3. Teori-teori Proses MenuarnMenurut Mujahidullah (2012, hal 5 – 14) teori proses menua ddibagi menjadi dua, yaitu:rn1) Teori BiologisrnTeori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan fungsi organisme yang dalam konteks sistemik dapat mempengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis.rna) Teori kesalahanrnAdanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alaami pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangun/pembentuk sel baru. Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan substansi DNA.rnb) Teori Keterbatasan HayflickrnMenyatakan bahwa sel-sel mengalami perubahan kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia. Selain diatas, dikenal juga istilah Jam Biologis Manisia yang diperkirakan antara 110-120 tahun (Stanley, Pye, MacGregor dalam Lueckenote: 1996). Jam Biologis Manusia diasumsikan sebagai waktu dimana sel-sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara produktif untuk menunjang fungsi kehidupan. Teori hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik padamanusia dipengaruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia tertentu.rnc) Teori Pakai dan UsangrnTeori ini mengatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses pra – program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasistres dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai “proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar denga lingkungan. rnd) Teori imunisasirnKe”tua”an disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit-T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk: rn(1) Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker.rn(2) Menurunkan kemampuan untuk mengadakan insiasi proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap patogen.rn(3) Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin meningkatnya resikoterjadinya penyakit yang berhubungan dengan autoimmun.rne) Teori Radikal BebasrnTeori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kekurangefektifanfungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah satu hail kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses metabolisme tubuh , tetapi ia dapat terbentuk akibat:rn(1) Proses oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon dan pestisida.rn(2) Reaksi akibat paparan dengan radiasi.rn(3) Sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.rnf) Teori Ikatan SilangrnMenekankan pada postulat bahwa proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular dari sel berkaitan secara bersama-sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang merupakan rantai molekul yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dari ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.rn2) Teori PsikologisrnDalam teori psikologis ini, lansia masih kita bagi menjadi beberapa bagian penting dalam menjalani beberapa proses perkembangan lebih lanjut, antara lain adalah:rna) Teori Tugas Perkembangan rnHavigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain:rn(1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan.rn(2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan.rn(3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.rn(4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya.rn(5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.rn(6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwesrnSelain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan:rn(a) Kematangan fisikrn(b) Harapan dan kebudayaan masyarakat rn(c) Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasirnb) Teori delapan tingkat kehidupanrnSecara psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Pada tahap perbedaan ego, terhadap peran pekerjaan pre-okupasi, tugas perkembangan yang harus dijalai oleh lansia adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk menghadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi).rnTugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia adalah bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal terjadi pada dirinya dalam kesejahteraan. Pemanfatan sisa keefektifan tubuh untuk aktivitas sehari-haridapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan moral individu dalam menerima perubahan ego menuju keselarasan diri.rnc) Teori JungrnTeori jung adalah psikolog Swiss yang mengembangkan teori bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan: masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pengetahuan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia pertengahn maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan” yang dapat mempengaruhi /menghambat proses ketuaan itu sendiri secara psikologis.rn3) Teori Sosialrna) Teori startifikasi usiarnAda lima konsep utama yang mendasarinya yaitu:rn(1) Setiap individu merupakan bagian sosial.rn(2) Adanya keunikan peran tugas dan fungsi.rn(3) Tidak hanya pada tataran tertentu saja terjadi perubahan.rn(4) Pengalaman yang dimiliki oleh orang yang tua dapat dibentuk melalui parameter umur dan tugas.rn(5) Hubungan antara manusia usia lanjut dengan lingkungan tidak stagnan.rnrnb) Teori Aktivitas rnTeori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa:rn(1) Aktif lebih baik dari pada pasifrn(2) Gembira lebih baik dari pada tidak gembirarn(3) Orang tua merupakan adalah orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira.rnc) Teori kontinuitasrnTeori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara kesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia.rn4. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansiarn beberapa perubahan yang terjadi menurut mujahidullah (2012, hal. 15 – 19).rn1) Perubahan Fisikrna) Sel rnJumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.rnb) Sistem persyarafanrnLambat dalam respons dan waktu untuk berekaksi, mengecilnya saraf panca indra, kurang sensitif terhadap sentuhan, hubungan persarafan menurun.rnc) Sistem pendengaranrnPresbiakusis/gangguan pendengaran, hilang kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras.rnd) Sistem penglihatan rnSpingter pupil timbul scleerosis, hilang respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sfresis (bola), kekeruhan pada lensa, hilangnya daya akomodasi, menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala, menurunnya lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat.rne) Sistem pengaturan suhu tubuhrnTemperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek menggigit dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunann aktivitas otot.rnf) Sistem respirasi rnMenurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-silia paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar, menurunnya O2 pada arteri menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk.rng) Sistem gastro intestinalrnTerjadi penurunan selera makan rasa haus,asupan makan dan kalori, mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltik usus dan pertambahan waktu pengosongan lambung.rnh) Sistem genitourinariarnGinjal mengecil aliran darah keginjal menurun, fungsi menurun fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesika urinaaria susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.rni) Siste endokkrin rnProduksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah,, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldesteron, menurunnya sekresi hormon kelamin.rnj) Sistem integumenrnKulit mengerut/keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon terhadap trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, elastisitas kulit berkurang, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi lebih keras dan bertanduk, kelenjar keringat berkurang.rnk) Sistem muskuloskeletalrnTulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan menjadi sklerosis, atrofi serabut otot.rn2) Perubahan psikososial rn Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:rna) Kehilangan finansial (income berkurang)rnb) Kehilangan status rnc) Kehilangan teman/kenalan/relasirnd) Kehilangan pekerjaan/kegiatanrne) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)rnf) Perubahan dalam hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempitrng) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatanrnh) Penyakit kronis dan ketidak mampuan rni) Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulianrnj) Gangguan gizi akibat akibat kehilangan jabatan rnk) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga besarrnl) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.rn3) Perubahan spiritualrna) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupanrnb) Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-harirnc) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilanrn4) Perubahan mentalrnFaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:rna) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasarnb) Kesehatan umumrnc) Tingkat pendidikanrnd) Keturunanrne) Lingkungan rnAkibat proses penuaan ini, mau tidak mau terjadi kemunduran kemampuan otak. Di antara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan adalah Intelegentia Quantion (IQ) dan ingatan (memori).rn5) Perubahan Integensia Quantion (IQ)rn Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi konverbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi. Untuk mengendalikan hal ini maka sebaiknya setiap orang walaupun dalam kondisi lansia, juga tetap mempertahankan cara belajar. Hal itu bukan harus mengulang-ulang seperti anak sekolah, namun perlu melakukan latihan-latihan untuk mengasah otak, seperti memecahkan masalah yang sederhana, tetap menggerakkan anggota tubuh secara wajar, mengenal tulisan-tulisan, angka-angka, simbol-simbol dan sebagainya.rn6) Perubahan ingatan (memori)rn Dalam komunikasi, memori memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannnya untuk membimbing perilakunya. rn Secara fisiologis, ingatan tertentu hannya berlangsung beberapa detik, dan yang lainnya berlangsung beberapa jam, berhari-hari, atau bahkan bertahun-tahun. Untuk itu ingatan (memory) dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:rna) Ingatan jangka pendekrnDicirikan oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10 angka dalam nomor telepon selama beberapa detik sampai beberapa menit pada saat tersebut,tetapi hanya akan berlangsung lama jika seseorang terus-menerus memikirkan tentang nomor-nomor atau kenyataan-kenyataan tersebut. Lintasan jenis seperti ini dapat menimbulkan ingatan jangka pendek. Hal ini dapat dikajimpada lansia saat pengulangan angka-angka. Lansia dengan kesehatan yang baik dapat mengingat kembali lima sampai dengan tujuh angka dengan benar.rnb) Ingatan jangka menengahrnDapat berlangsung bermenit-menit atau bahkan berminggu-minggu. Ingatan ini kadang-kadang akan hilang, kecuali jejak ingatan menjadi lebih permanen, yang kemudian diklasifikasikan sebagai ingatan jangka panjang. Pada ingatan intermediet ini mekanisme ingatan terjadi berdasarkan perubahan kimiawi diterminal presinaptik atau membran post sinaptik di mana dapat menimbulkan perpanjangan ingatan dari beberapa menit sampai 3 minggu. Salah satu terminal presinap berasal dari neuron sensorik masukan primer dan berakhir pada permukaan neuron yang dirangsang , keadaan ini disebut terminal sensorik.rnc) Ingatan jangka panjangrnPada umumnya diyakini sebagai hasil perubahan struktural pada saat ini, bukan perubahan kimiawi, pada sinaps-sinaps yang memperkuat atau menekan penghantaran sinyal-sinyal. Selain itu, pembentukan ingatan jangka panjang yang sebenarnya bergantung pada strukturisasi sinaps-sinaps itu senndiri secara fisik dalam-dalam cara tertentu untuk meningkatkan sensitivitas dalam menjalarkan sinyal-sinyal saraf.rnrnB. Tinjauan Teori Arthritis Goutrn1. PengertianrnGout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Aspiani, 2014, h. 237). Sedangkan, pengertian lain tentang asam urat yaitu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan metabolisme pada purin. (Haryono & setianingsih, 2013, h. 23)rnDari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa Arthritis Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi.rn2. EtiologirnPenyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. (Aspiani,2014, h. 237).rn3. PatofisiologirnPeningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian dieskresikan dinefron distal dan dikeluarkan melalui urin. (Aspiani, 2014, h. 238).rnPada penyakit Gout, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:rna. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.rnb. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal. rnc. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan.rnd. Peningkatan asupan makanan yang banyak mengandung purin.rne. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatan kadar asam urat dalam tubuh.rn4. Manifestasi Klinisrnpada keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat serum meningkat seperti pada pria. Gout jarang ditemukan pada perempuan. (Aspiani, 2014, h. 239-140).rn5. Gejala KlinisrnMenurut Aspiani (2014, h. 241)rna. Nyeri tulang sendirnb. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi rnc. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telingarnd. Peningkatan suhu tubuh.rn6. Pemeriksaan PenunjangrnMenurut Aspiani (2014, h. 242)rna. Serum asam urat rnUmumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.rnb. Menunjukan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000-10.000/mm3rnc. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)rnMeningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian.rnd. Urin SpesimenrnUrin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat.rne. Analisis cairan aspirasi sendirnAnalisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal utrat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.rnf. Pemeriksaan radiografirnPada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.rn7. Penatalaksanaan rnUntuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang, dan pencegahan komplikasi. Pengobatan arthritis gout dapat diobati dengan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid atau kolkisin. Obat-obatan ini diberikan dalam dosis tinggi atau dosis penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi. Kemudian dosis ini diturunkan secara bertahap dalam beberapa hari. (Aspiani, 2014, h. 242-243)rna. Kalkisin diberikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1 tablet) setiap 2 jam sampai serangan akut menghilangrnb. Indometason 4x 50 mg seharirnc. Fenil butason 3x 100-200 mg selama serangan, kemudian turunkan rnd. Penderita dianjurkan untuk diet rendah purin, hindari alkohol dan obat-obat yang menghambat ekskresi asam urat.rn8. Komplikasi rnMenurut Aspiani (2014, h. 245)rna. Deformitas pada persendian yang terserangrnb. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih rnc. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjalrnd. Hipertensi ringanrne. Proteinura rnf. Gangguan perkemihan dan batu ginjal.rn9. PengkajianrnBeberapa pengkajian yang perludiadukan terhadap klien dengan rheumatoid arthritis, yaitu:rna. Aktivitas/IstirahatrnGejala: nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburukdengan stress pada sendi, kekakuan sendi, kekakuan sendi pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivis istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.rnTanda: Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,kontrakur/kelainan pada sendi dan otot.rnrnrnb. KardiovaskuralrnGejala:fenomena Raynaud jari tangan/ kaki, misal pucat intermitten, sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.rnc. Integritas EgornGejala:Faktor-faktor stress akut/ kronis, misal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial. Keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, ctra tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain, perubahan bentuk anggota tubuh.rnd. Makanan/cairanrnGejala:ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsimakanan/ cairan adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.rnTanda: penurunan berat badan, dan membran mukosa kering.rne. HygenernGejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatanpribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain.rnf. NeurosensorirnGejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.rnTanda: pembengkakan sendi simetris.rng. Nyeri/ kenyamananrnGejala:fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kelakuan (terutama pada pagi hari)rnh. Keamananrn Gejala:kulit mengkilat,tegang; nobus subkutaneus. Lesi kulit,ulkus kaki,kesulitan alam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap,kekeringan pada mata,dan membran mukosa. rnrnrnrni. Interaksi sosialrnGejala:kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,perubahan peran, isolasi.rn10. Diagnosis keperawatan rnDiagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien Arthritis Gout adalah :rna. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi,destruksi sendi.rnb. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, toleransi terhadap aktifitas atau penurunan kekuatan otot.rnc. Gangguan citra/perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.rnd. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan otot,daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.rne. Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar mengenai penyakit,prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat,kesalahan interpretasi informasi.rn11. Rencana KeperawatanrnRencana asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumaroid di bawah ini, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, tujuan dan kriteria hasil, tindakan keperawatan, dan rasionalisis.rna. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan disfensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.rn- Tujuan dan kriteria hasil:rn1) Mengungkapkan dan menunjukkan nyeri hilang.rn2) Terlihat rileksrn3) Dapat istirahat dan tidurrn- Intervensi dan rasional :rnTindakan mandirirn1) Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta cacat lokasi, faktor-faktor yang mempercepat, dan respons rasa sakit non verbal.rnRasional: membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektivitas program.rn2) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.rnRasional: matras yang empuk/lembut, bantal yang besar akan menjaga pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang nyeri.rn3) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.rnRasional: pada penyakit yang berat. Eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri/cedera.rn4) Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan tronkanter, bebat atau brace.rnRasional:meningistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri/kerusakan pada sendi. Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan hilang mobilitas/fungsi sendi.rn5) Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit d atas dan di bawah, serta hindari gerakan yang menyentak.rnRasional: mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.rn6) Berikan masase yang lembut.rnRasional: menignkatkan relaksasi/ mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.rn7) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misal relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan pengendalian napas.rnRasional: meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.rn8) Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai jadwal aktivitas klien.rnRasional: memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.rn9) Beri obat sebelum melakukan aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.rnRasional: meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.kolaborasirn10) Berikan obat sesuai petunjuk :rn(a) Asetilsalisilat (aspirin)rnRasional: bekerja sebagai antiinflamasi dan efek analgesik ringandalam mengurangi kekauan dan meningkatkan mobilitas.rn(b) NSAID lainnya, misal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak, piroksikam (feldene), fenopren.rnRasional: dapat digunakan bila klien tidak memberikan respon pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.rn(c) D-penisilamir (cuprimine)rnRasional: dapat merngontrol efek-efek dari sistemik RA jika terapi lainnya tidak berhasil.rn(d) AntasisarnRasional:dibeikan bersamaan denan NSAID untuk meminimalkan iritasi/ketidaknyamanan lambung.rn(e) Produl kodeinrnRasional: meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi, namun karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri yang berat.rn11) Bantu klien dengan terapi fisik, missal sarung tangan paraffin,bak mandi dengan kolam bergelombang.rnRasional: memberikan dukungan hangat/panas untuk sendi yang sakit.rn12) Berikan kompres dingin jika dibutuhkanrnRasioanal: menghilangkan nyeri dan bengkak pada periode akut.rn13) Pertahankan unit TENS jika digunakan. rnRasional: rangsang elektrik tingkat rendah yang konstan dapat menghambat transmisi sensasi nyeri.rn14) Siapkan intervensi pembedahan, misal sinovektomi.rnRasional: peningkatan sinovium yang meradang dapat mengurangi nyeri dan membatasi progresi dari perubahan degenaratif.rnb. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.rn- Tujuan dan kriteria hasil :rn1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya kontraktur.rn2) Meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.rn- Intervensi :rnTindakan mandirirn1) Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.rnRasional : tigkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan resolusi proses inflamasi.rn2) Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang sesuai dengan toleransi untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.rnRasional: istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk mencegah kelelahan, dan mempertahankan kekuatan.rn3) Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif, demikian juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.rnRasional: mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Latihan yang tidak adekuat dapat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.rn4) Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan personel yang cukup.Demonstrasikan/bantu tekhnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas.rnRasional: menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien. Tekhnik pemndahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.rn5) Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, dan brace.rnRasional: meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.rn6) Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.rnRasional: mencegah – fleksi leher.rn7) Dorong klien memperhatikan postur tegak dan duduk, berdiri, berjalan.rnRasional: memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.rn8) Berikan lingkungan yang aman, misal menaikan kursi/kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda.rnRasional: menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.rnKolaborasirn9) Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.rnRasional: berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.rn10) Berikan matras busa/pengubah tekanan.rnRasional: menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi resiko imobilitas/terjadi dekubitus.rn11) Berikan obat-obatan sesuai indikasi :rna) Agen antireumatik, misal garam emas, natrium triomaleat.rnRasional: Krisoterapi (garam emas) dapat menghasilkan remisi dramatis/terus-menerus tetapi dapat megakibatkan inflamasi rebound bila terjadi penghentian atau dapat terjadi efek samping serius, misal kritis nitroitoid seperti, pusing, penglihatan kabur, kemerahan tubuh, dan berkembang menjadi syok anafilaktik.rnb) SteroidrnRasional: mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi sistemik akut.rn12. Siapkan intervensi bedah :rna) AntroplastirnRasional: perbaikan pada kelemahan periatrikuler dan subluksasi dapat meningkatkan stabilitas sendi.rnb) Prosedur pelepasan tunel, perbaikan tendon, ganglionektomi.rnRasional: perbaikan berkenaan dengan defek jaringan penyambung, peningkatan fungsi, dan mobilitas.rnc) Implant sendirnPergantian mungkin diperlukan untuk memperbaiki fungsi optimal dan mobilitas.rnc. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.rn- Tujuan dan kritetia hasil :rn1) Mengungkapkan rasa percaya diri yang meningkat.rn2) Tidak terjadi isolasi sosial atau menarik diri.rn- Intervensi dan rasional :rnTindakan mandirirn1) Dorong klien mengungkapkan perasaannya mengenai proses penyakit dan harapan masa depan.rnRasional: memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan mampu menghadapi masalah secara langsung.rn2) Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada klien/orang terdekat. Pastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam berfungsi dalam gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.rnRasional: mengidentifikasi bagaimana penyakit memengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain yang menentukan kebutuhan terhadap intervensi/konseling lebih lanjut.rn3) Diskusikan persepsi klien mengenai bagimana orang terdekat menerima keterbatasan klien.rnRasional: isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat memengaruhi bagaimana klien memandang dirinya sendiri.rn4) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, serta ketergantungan.rnRasional: nyeri konstan akan melelahkan, perasaan marah, dan bermusuhan umum terjadi.rn5) Observasi perilaku klien terhadap kemungkinan menarik diri, menyangkal, atau terlalu memperhatikan perubahan tubuh.rnRasional: dapat menunjukkan emosional atau metode koping maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.rn6) Susun batasan pada perilaku maladaptif. Bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku maladaptif perilaku positif yang dapat membantu mekanisme koping yang adaptif.rnRasional: membantu klien untu mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.rn7) Ikut sertakan klien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.rnRasional: meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi.rn8) Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.rnRasional: mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.rn9) Berikan respons/pujian positif bila perlu.rnRasional: memungkinkan klien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif, dan meningkatkan rasa percaya diri.rnKolaborasirn10) Rujuk pada ahli psiologirnKonseling psikiatri, misal perawat spesialis psikiatri, psikiatri/ psikolog, pekerja sosial.rnRasional: klien/orang terdekat mungkin membutuhkan duungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan.rn11) Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, misal antiansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.rnRasional: mungkin dibutuhkaan pada saat munculnya depresi hebat sampai klien mampu mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif.rnd. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan otot, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.rn- Tujuan dan kriteria hasil :rn1) Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri secara mandiri.rn2) Kebersihan klien terjaga.rn- Intervensi dan rasional :rnTindakan mandirirn1) Diskusikan dengan klien tingkat fungsionalumum sebelum timbulnya/eksaserbasi penyakit dan risiko perubahan yang diantisipasi.rnRasional: klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.rn2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri, dan program latihanrnRasional: mendukung kemandirian fisik/emosional klien.rn3) Kaji hambatan klien dalam partisipasi perawatan diri. rnIdentifikasi atau buat rencana untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.rnKolaborasirn4) Konsultasi dengan ahli terapi okupasirnRasional: berguna dalam menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual, memasang kancing, menggunakan alat bantu, memasang sepatu, atau menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.rn5) Mengatur evaluasi kesehatan di rumah sebelum dan setelah pemulangan.rnRasional: mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual.rn6) Membuat jadwal konsul dengan lembaga lainnya, misal pelayanan perawatan di rumah, ahli nutrisi.rnRasional: klien mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk partisipasi situasi di rumah.rne. Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.rn- Tujuan dan kriteria hasil :rnKlien mampu menjelaskan pengertian penyakit, penyebab, prognosis, dan pengobatan penyakit.rn- Intervensi dan rasional :rnTindakan mandiri rn1) Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.rnRasional: memberikan pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi yang disampaikan.rn2) Diskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, serta program diet seimbang, latihan dan istirahat.rnRasional: tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendi/jaringan lain guna mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.rn3) Bantua klien dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, periode istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik dan manajemen stres.rnRasional: memberikan struktur adan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis yang kompleks.rn4) Tekankan pentingnya melajutkan manajemen farmakoterapeutik.rnRasional: keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung ketepatan dosis, misal aspirin harus diberikan secara reguler untuk mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.rn5) Rekomendasikan penggunaan aspirin bersalut/dibuper enterik atau salisilat nonasetil, misal kolin salisilat (anthropan) atau kolin magnesium trisalisilat (trilisate).rnRasional: preparat bersalut/ dibufer dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster, mengurangi risiko perdarahan. Produl nonasetil sedikit dibutuhkan untuk mengurangi iritasi lambung.rn6) Anjurkan klien untuk mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida.rnRasional: membatasi iritasi gaster. Pengurangan nyeri akan meningkatkan kualitas tidur dan meningkatkan kadar darah serta mengurangi kekauan di pagi hari.rn7) Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, misal tinitus, intoleransi lambung, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpurik.rnRasional: memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengkibatkan takar lajak (overdosis).rn8) Tekankan pentingnya membaca tabel produk dan mengurangi penggunaan obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.rnRasional: banyak produk mengandung salisilat tersembunyi (misaal obat diare, pilek) yang dapat meningkatkan risiko overdosis obat/efek samping yang berbahaya.rn9) Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.rnRasional: meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan/ regenerasi sel.rn10) Dorong klien yang obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.rnRasional: penurunan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, dan telapak tangan.rn11) Berikan informasi mengenai alat bantu, misal bermain barang-barang yang bergerak, tongkat untuk mengambil, piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang dapat dinaikan, palang keamanan.rnRasional: mengurangi paksaan untuk penggunaan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.rn12) Diskusikan tekhnik menghemat energi, misal duduk lebih baik daripada berdiri dalam menyiapkan makanan dan mandi.rnRasional: mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.rn13) Dorong klien untuk mempertahnkan posisi tubuh yang benar, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas, misal menjaga sendi tetap meregang, tidak fleksi.rnRasional: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup klien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.rn14) Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan lakukan perawatan kulit lainnya di bawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.rnRasional: mengurangi risiko iritasi/kerusakan kulit.rn15) Diskusikan pentingnya obat-obatan lanjutan/pemeriksaan laboratorium, misal LED, kadar salisilat, PT.rnRasional: terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah overdosis, serta efek samping yang berbahaya, misal aspirin memperpanjang PT, peningkatan risiko perdarahan. Krisoterapi akan menekan trombosit, potensi risiko untuk trombositopenia.rn16) Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.rnRasional: informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tekhnik dan atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.rn17) Identifikasi sumber-sumber komunitas, misal yayasan arthritis (bila ada).rnRasional: bantuan dan dukungan dari orang lain dapat meningkatkan pemulihan maksimal.rnrnrnBAB IIIrnRESUME KASUSrnA. PengkajianrnData yang diperoleh pada saat melakukan praktik klinik di Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah pada tanggal 19 April 2016 sampai 27 April 2016 dimana penulis melakukan pengkajian awal pada tanggal 19 April 2016 pada satu penerima manfaat atau PM guna memberikan asuhan keperawatan gerontik secara komprehensif pada PM tersebut. Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 19 April 2016 jam 08.00 WIB didapatkan data sebagai berikut: nama PM. H, jenis kelamin perempuan, umur 65 tahun, PM adalah seorang janda, beragama islam, bersuku jawa, PM berasal dari Moga Pemalang, sekarang PM tinggal di Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah, PM tidak mempunyai orang terdekat untuk dihubungi karena PM sekarang hidup sebatang kara, suami dan seorang anaknya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.rnPM mengatakan dirinya dibawa ke Balai Pelayanan Lanjut Usia Bhisma Upakara Pemalang Jawa Tengah oleh perangkat desa, PM sudah 3 tahun tinggal di Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah dan menempati wisma wiyasa bersama 10 PM yang lainnya. PM mengatakan tidak mempunyai hobi hanya menonton televisi dan mengobrol dengan PM yang lain. PM tidur kurang lebih selama 8 jam terkadang terbangun karena merasa panas dan berkeringat. PM juga mengatakan selama tinggal di Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah PM sering melakukan ibadah seperti sholat lima waktu walaupun tidak sering berjamaah. Status kesehatan umum selama satu tahun terakhir PM sering mengeluhkan kedua lutut dan pingggangnya sakit, rasa sakit pada kedua lututnya semakin bertambah jika berjalan. Kedua lutut dan pinggang merasa kaku dan nyeri pada waktu pagi hari dan berlangsung lama kurang lebih satu jam. PM terdiagnosis mempunyai penyakit Arthritis Gout oleh perawat Bhisma Upakara Pemalang Jawa Tengah, sejak dulu PM belum pernah mengalami penyakit yang serius, menurut dirinya PM hanya mengalami sakit biasa seperti batuk, pilek dan demam biasa. Selama di Bhisma Upakara Pemalang Jawa Tengah jika PM sakit hanya meminta obat ke apotik Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah.rnTinjauan persistem pada PM didapatkan, untuk keadaan umum PM berjalannya setengah miring karena menahan sakit di pinggangnya, untuk tekanan darah PM 110/70 mmHg, untuk nadi 86 x/menit, untuk pernafasan 24 x/menit. Pada muskuloskeletal, PM mengatakan nyeri pada kedua lutut dan pinggangnya,PM mengalami masalah saat berjalan, hal ini mempengaruhi aktivitas PM sehingga PM tidak dapat berjalan jauh.rnPengkajian status fungsional dikaji dengan indeks kats, nilai indeks kats pada PM. H adalah A karena PM dalam melakukan aktivitas: makan, kontinen, berpindah ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi dilakukan secara mandiri. Pengkajian status kognitif: fungsi intelektual PM adalah ringan karena dari 10 pertanyaan hanya bisa menjawab 7 pertannyaan yang benar. Pengkajian status afektif: penilaian 2, disimpulkan PM tidak depresi/ depresi minimal. Pengkajian status sosial, penilaian APGAR keluarga 5, kesimpulan bahwa disfungsi keluarga sedang.rnB. Diagnosa KeperawatanrnSetelah dikaji masalah-masalah yang muncul pada PM. H maka diagnosa yang muncul adalah:rn1. Nyeri kronis berhubungan dengan peradangan sendi.rnDitandai dengan: DS: PM mengeluhkan nyeri, P: pada saat aktivitas/berjalan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: kedua lutut dan pinggang, S: skala 5, T: hilang timbul, DO: PM terlihat mengurut kaki, PM tampak menahan nyeri saat berjalan, terlihat kemerahan disekitar lutut, terlihat bengkak dibagian lutut.rn2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan rentang gerak.rnDitandai dengan: DS: Skala kekuatan otot tiga( mampu menahan tegak, walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu melawan tekan/dari pemeriksa) PM mengatakan jika sakit hanya duduk tidak melakukan aktivitas, DO: PM terlihat banyak diam, rn3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit asam urat.rnDitandai dengan: DS: PM mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, DO: PM tampak sering bertannya tentang penyakitnya.rnC. Intervensi KeperawatanrnBerdasarkan massalah yang ditemukan pada saat pengkajian tanggal 19 April 2016 penulis menyusun intervensi keperawatan sebagai berikut: rnNyeri berhubungan dengan peradangan sendi. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x8 jam diharapkan rasa nyeri teratasi/berkurang menjadi skala 3, dengan kriteria hasil: PM mengatakan nyeri berkurang/hilang, skala nyeri menjadi 3, PM tidak mengeluh nyeri, PM mampu mengontrol nyeri. Intervensi: observasi tanda-tanda vital dengan rasional: mengetahui keadaan umum PM. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitasnya dengan rasional: untuk mengetahui skala nyeri PM. Ajarkan relaksasi tekhnik nafas dalam dengan rasional: untuk mengurangi rasa nyeri. Beri kompres air hangat dengan rasional: untuk mengurangi rasa nyeri. Beri pengobatan komplementer dengan rasional: untuk mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi dengan perawat pemberian obat dengan rasional: memberikan terapi obat yang tepat.rnIntoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan rentang gerak. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x8 jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: PM mengatakan sudah dapat beraktivitas secara normal dan tidak ada keterbatasan gerak. Intervensi: kaji aktivitas PM dengan rasional: untuk mengetahui tingkat kemandirian PM. Latih senam rematik dengan rasional: untuk mengurangi kekakuan otot dan sendi. Beri penjelasan tentang manfaat senam rematik degan rasional: agar PM mengetahui manfaat senam rematik. Ikut sertakan PM yang lain dalam melakukan aktivitas dengan rasional: untuk membantu aktivitas PM.rnKurang pengetahuan berhubungan degan kurangnya informasi tentang penyakit ramatik. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x8 jam diharapkan kurang pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil: PM tahu tentang penyakit rematik, PM mampu menjelaskan kembali tentang penyakit rematik. Intervensi: kaji sejauh mana pengetahuan Pm tentang penyakit rematik dengan rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan PM. Berikan pendidikan kesehatan dengan rasional: agar PM tahu tentang penyakitnya. Ikut sertakan PM yang lain dalam menjelaskan penyakit rematik dengan rasional: agar PM bisa saling mengingatkan satu dengan yang lain.rnD. Implementasi KeperawatanrnSetelah menyusun rencana keperawatan maka penulis mengaplikasikannya kepada PM. H dari tanggal 19 April 2016 sampai 27 April 2016 atau selama 8 hari. Pada tanggal 19 April 2016 pukul 08.00 WIB penulis mengkaji keluhan PM: S: Pm mengatakan nyeri, P: pada saat aktivitas/berjalan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: kedua lutut dan pinggang, S: skala 5, T: hilang timbul/berjalan, O: PM terlihat menahan nyeri. Pukul 09.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: TD: 110/70 mmHg, RR: 24 x/menit, N:76 x/menit. Pukul 09.30 WIIB mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam, respon PM: S: PM mengatakan bersedia mengikuti, O: PM terlihat mengikuti relaksasi nafas dalam. Pukul 11.45 WIB memotivasi PM untuk ibadah sholat dhuhur, respon PM: S: PM mengatakan akan sholat, O: PM tampak pergi kekamar mandi untuk berwudhu. Pukul 12.15 WIB membantu menyiapkan makanan, respon PM: S: PM mengatakan mau makan, O: PM terlihat makan. Pukul 13.00 WIB memotivasi PM untuk istirahat, respon PM: S: PM mengatakan akan istirahat, O: PM terlihat istirahat dikamarnya.rnPada tanggal 20 april 2016 pukul 08.00 WIB mengobservasi keluhan PM, respon PM: S: PM mengatakan nyeri, P: pada saat aktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: kedua lutut, S: skala 5, T: hilang timbul/berjalan, O: PM tampak mengurut bagian lutut. Pukul 08.15 WIB mengobservasi tanda-tanda vital, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: TD: 120/80 mmHg, N: 74 x/menit, S: 37,2oC, RR: 24 x/menit. Pukul 08.30 WIB melakukan pendidikan kesehatan, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM tampak memperhatikan dan merespon. Pukul 10.00 WIB melakukan relaksasi nafas dalam, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM terlihat melakukan relaksasi nafas dalam. Pukul 12.15 membantu menyiapkan makan siang, respon PM: PM mengatakan mau dibantu, O: PM terlihat makan.rnPada tanggal 21 April 2016 pukul 08.00 WIB mengkaji keluhan nyeri, respon PM: S: PM mengatakan nyeri, P: pada saat berjalan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: kedua lutut, S: skala 5, T: hilang timbul, O: PM terlihat berjalan menahan nyeri, pukul 09.00 WIB menganjurkan kompres air hangat pada bagian yang sakit, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM tampak mengompres pada bagian lutut, pukul 11.30 WIB mengajarkan senam asam urat respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM tampak mengikuti gerakan senam.rnPada tanggal 22 April 2016 pukul 08.00 WIB mengkaji keluhan nyeri, respon PM: S: PM mengatakan masih nyeri, P: saat beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: kedua lutut dan pinggang, S: skala 5, T: hilang timbul, O: PM tampak mengurut bagian kaki, pukul 09.00 WIB membimbing PM senam asam urat, repon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM mengikuti gerakan senam asam urat, pukul 11.30 WIB menganjurkan PM mengompres air hangat, respon PM: S: PM bersedia melakukan kompres air hangat, O: PM tampak mengompres bagian lutut. rnPada tanggal 23 April 2016 pukul 08.00 WIB mengobservasi TTV, respon PM: S: PM bersedia, O: TD: 110/80 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 24 x/menit, S: 37oC, pukul 08.30 WIB mengkaji keluhan PM, respon PM: S: PM mengatakan nyeri, P: pada saat berjalan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: lutut dan pinggang, S: skala 5, T: hilang timbul, O: PM tampak berjalan pincang, pukul 10.00 WIB memberikan tindakan komplementer/tindakan herbal (kompres jahe parut dan minyak tawon) respon PM: S: PM bersedia, O: PM tampak rileks, pukul 13.00 menganjurkan kompres air hangat pada bagian yang sakit, respon PM: S: PM bersedia, O: PM tampak mengompres pada bagian lutut.rnPada tanggal 25 April 2016 pukul 08.00 WIB menobservasi TTV, respon PM: S: PM mengatakn bersedia, O: TD:120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 24 x/menit, 37,1oC, pukul 08.30 mengkaji keluhan nyeri, respon PM: S: PM mengatakan nyeri, P: pada saat berjalan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: bagian lutut dan pinggang, S: skala 5, T: hilang timbul, O: terlihat PM berjalan menahan nyeri, pukul 09.00 WIB membimbing PM untuk senam asam urat, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM tampak mengikuti gerakan senam asam urat, pukul 11.30 WIB menganjurkan kompres air hangat pada bagian yang sakit, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM tampak rileks.rnPada tanggal 26 April 2016 pukul 08.00 WIB mengobservasi TTV, respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 37oC, pukul 08.30 WIB mengkaji keluhan PM, respon PM: S: PM mengatakn nyeri, P: padda saat berjalan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: lutut dan pinggang, S: skala 5, T: hilang timbul, O: PM tampak berjalan pincang, pukul 09.00 WIB mengompres air hangat, respon PM: S: PM bersedia, O: PM tampak rileks, pukul 11.30 WIB menganjurkan senam asam urat, respon PM: S: PM bersedia, O: PM tampak melakukan senam asam urat.rnPada tanggal 27 April 2016 pukul 08.00 WIB mengobservassi TTV, respon PM: S: PM bersedia, O: TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36,8oC, pukul 08.15 mengkaji keluhan nyeri, respon PM: S: PM mengatakan nyeri, P: pada saat berjalan, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: kedua lutut, S: skala 5, T: hilang timbul, O: tampak PM berjalan menahan nyeri, pukul 10.30 WIB mengevaluasi tindakan senam asam urat yang sudah diajarkan, respon PM: S: PM mengatakan masih ingat, O: PM tampak bisa mengulang kembali senam asam urat, pukul 14.00 WIB memberikan tindakan komplementer (kompres jahe parut, minyak tawon), respon PM: S: PM mengatakan bersedia, O: PM kooperatifrnrnE. Evaluasi rnSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 hari dari tanggal 19-27 April 2016 penulis melakukan evaluasi pada tanggal 27 April 2016 pukul 15.30 WIB dengan hasil sebagai berikut:rn1. Nyeri kronis berhubungan dengan peradangan sendi. Catatan perkembangan: S: PM mengatakan nyeri berkurang, skala 4, masih terasa nyeri/linu jika berjalan, O: tampak menahan sakit saat berjalan, A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan intervensi: kaji nyeri, anjurkan relaksasi tekhnik nafas dalam, beri kompres air hangat, beri pengobatan komplementer, kolaborasi dengan perawat pemberian obat.rn2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan rentang gerak. Catatan perkembangan: S: PM mengatakan jika saat beraktivitas merasa sakit langsung duduk, O: PM terlihat duduk, terlihat kaku saat berjalan, A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan intervensi: kaji aktivitas PM, anjurkan untuk sering melakukan senam rematik.rn3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit asam urat. Catatan perkembangan: S: PM mengatakan tahu tentang penyakit asam urat, O: PM dapat menjawab tentang pengertian penyakit asam urat dan makanan yang harus dihindari, A: masalah teratasi, P: kolaborasi dengan perawat Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah.rnrnrnrnrnBAB IVrnPEMBAHASANrnPada bab ini penulis akan membahas tentang masalah-masalah yang muncul pada Asuhan Keperawatan Lansia Pada PM. H Dengan Arthritis Gout di Wisma Wiyasa Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah serta kesenjangan yang terdapat antara konsep dasar dengan kasus yang terdapat pada bab III. Pembahasan yang penulis lakukan terhadap semua komponen asuhan keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.rnA. PengkajianrnPenulis melakukan pengkajian pada PM. H pada tanggal 19 April 2016 mendapatkan data PM. H dapat melakukan ADL dengan mandiri, seperti berpindah tempat, ke kamar kecil, makan, berpakaian dan mandi masih dapat dilakukan secara mandiri, sehingga skore indeks kats PM adalah A. Pengkajian status kognitif: fungsi intelektual PM “ringan” karena dari sepuluh pertanyaan hanya tiga yang tidak bisa menjawab dengan benar. Pengkajian status afektif: PM mendapat nilai 2, dan disimpulkan bahwa PM tidak depresi/depresi minimal. Pada saat dilakukan pengkajian PM mengatakan pinggang dan kedua lututnya sakit, terasa nyeri, nyeri skala 5, nyeri bertambah bila berjalan, PM mengatakan jika sakit tidak bisa melakukan aktivitas, PM juga mengatakan belum tahu tentang penyakit yang dideritanya, PM tidak bisa menjawab tentang penyakit rematik.rnB. Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.rnBerdasarkan konsep teori menurut Mujahidullah (2012) dan kenyataan di lapangan terdapat perbedaan, ada diagnosa yang tidak muncul pada PM yaitu:rn1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas.rn2. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan ototrnAlasan diagnosa tidak ditegakkan dari data-data yang diperoleh pada saat pengkajian, tidak ditemukan data-data yang mendukung dimunculkannya diagnosa keperawatan ini.rnBerdasarkan konsep teori penulis kemukakan pada kasus Arthritis Gout tiga diagnosa keperawatan yaitu:rn1. Nyeri berhubungan dengan peradangan sendi.rn2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan rentang gerak.rn3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi rnUntuk mempermudah dalam memahami pada pembahasan ini maka penulis menyusun sesuai diagnosa keperawatan yang ada pada PM. H dan dilanjutkan dengan intervensi, rasional, implementasi, serta evaluasi dari masing-masing diagnosa.rn1. Nyeri kronis berhubungan dengan peradangan sendi. rnNyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari enam bulan (Wilkinson, 2012, hal 537).rnPenulis menegakkan diagnosa nyeri berdasarkan data subjektif: klien mengatakan nyeri pada kedua lutut dan pinggang, P: nyeri terasa saat beraktivitas, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: di daerah pinggang dan lututS: skala nyeri 5 (sedang), T: nyeri hilang timbul, data objektif PM tampak menahan nyeri saat berjalan, PM terlihat mengurut kaki. Oleh sebab itu penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas yang utama sehingga tindakan pengurangan nyeri harus segera dilakukan.rnDiagnosa ini menjadi prioritas utama karena saat pengkajian keluhan utama adalah nyeri. Apabila jika tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh yang lain, seperti gangguan pola tidur, gangguan rasa nyaman, gangguan nutrisi, sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh dan dapat semakin memperparah keadaan psikologis PM.rnRasional rencana tindakan yang dipilih untuk mengatasi masalah keperawatan ini adalah lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri, observasi isyarat non verbal (teknik relaksasi), kompres air hangat dan pengobatan komplementer.rnTindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, dan intensitas nyeri, mengajarkan management nyeri dengan non verbal (teknik relaksasi), kompres air hangat dan pengobatan komplementer.rnKekuatan dari implementasi ini adalah klien kooperatif dan mau melakukan teknik relaksasi serta mau mengompres dengan air hangat dan pengobatan komplementer. Kelemahannya adalah klien merasa kesulitan untuk menunjukkan skala intensitas nyeri yang dirasakan, sehingga menyulitkan perawat dalam menentukan tindakan yang akan diambil terlebih dahulu. Solusi yang digunakan penulis untuk mengatasi kelemahan implementasi adalah mengajarkan cara menunjukkan skala intensitas nyeri dengan angka 0-10.rnEvaluasi pada tanggal 27 April 2016 dari diagnosa ini adalah masalah belum teratasi ditandai dengan data subjektif: PM mengatakan nyeri berkurang, skala 4, masih terasa nyeri/linu jika berjalan, data subjektif: tampak menahan sakit saat berjalan, TD: 110/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 24x/menit, S: 36oC.rnDengan demikian untuk masalah nyeri perlu dilakukan rencana tindak lanjut dengan melimpahkan proses keperawatan PM kepada perawat Bisma Upakara untuk melanjutkan intervensi, meliputi: motivasi PM melakukan teknik relaksasi nafas dalam, kompres air hangat, obat komplementer, kaji ulang skala nyeri secara komprehensif.rnrn2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan rentang gerak.rnIntoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dulakukan. (Nanda, 2012, hal. 315).rnPenulis menegakkan diagnosa ini karena ditemukan data subjektif yang mendukung yaitu PM mengatakan jika sakit hanya duduk tidak beraktivitas, data ojektif: tampak PM duduk tidak melakukan aktivitas.rnDiagnosa ini menjadi prioritas yang kedua karena diagnosa ini bukan masalah utama. Namun apabila tidak segera ditangani, maka dapat mengganggu aktivitas PM.rnRasional rencana tindakan yang dipilih untuk mengatasi masalah keperawatan adalah kaji aktivitas, latih senam rematik, bantu aktivitas PM. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama melakukan asuhan keperawatan di Bisma Upakara adalah mengkaji aktivitas PM, mengintruksikan PM dan PM yang lain untuk saling membantu beraktivitas, mengajarkan senam rematik dan ikut sertakan PM yang lain.rnKekuatan dari implementasi ini adalah klien kooperatif pada saat dilakukan tindakan keperawatan sehingga tindakan dapat dilakukan dengan lancar.Kelemahannya adalah PM merasa nyeri jika melakukan senam rematik. Solusi yang digunakan penulis untuk mengatasi kelemahan implementasi adalah lakukan senam jika tidak merasa nyeri.rnEvaluasi pada tanggal 27 April 2016dari diagnosa ini masalah belum teratasi ditandai dengan data subjektif:PM mengatakan aktivitas masih dibantu, data objektif, PM terlihat dibantu saat beraktivitas. Dengan demikian untuk masalah aktivitas belum teratasi perlu dilakukan rencana tindak lanjut dengan melimpahkan proses keperawatan PM kepada perawat Bisma Upakara untuk melanjutkan intervensi. Meliputi: kaji aktivitas PM, memotivasi PM untuk beraktivitas.rn3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit asam urat.rnKurang pengetahuan adalah tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik tertentu. (Wilkinson, 2012 hal. 440).rnPenulis menegakkan diagnosa ini kerena ditemukan data subjektif yang mendukung yaituPM mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, data objektif: PM tampak sering bertanya tentang penyakitnya. rnDiagnosa ini menjadi prioritas ketiga, namun bila tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah lain. masalah ini sudah teratasikarena PM sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. rnRasional rencana tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan masalah keperawatan adalah berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit rematik, ikut sertakan PM yang lain untuk mengikuti pendidikan kesehatan supaya bisa saling mengingatkan satu sama lain.rnTindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama melakukan asuhan keperawatan di Bisma Upakara adalah kaji sejauh mana pengetahuan PM tentang penyakit Asam urat, beri pendidikan kesehatan tentang penyakit asam urat, ikut sertakan PM yang lain dalam melakukan tindakan keperawatan.rnKekuatan dari implementasi ini adalah PM kooperatif pada saat dilakukan tindakan keperawatan. Kelemahannya adalah PM sering lupa. Solusi yang diberikan penulis yaitu dengan sering-sering mengingatkan.rnEvaluasi pada tanggal 27 April 2016 dari diagnosa ini adalah masalah teratasi ditandai dengan pasien mengatakan bahwa PM mengetahui tentang penyakitnya dan pencegahannya supaya penyakitnya tidak bertambah parah.rnrnrnBAB VrnPENUTUPrnrnA. Kesimpulan rn1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada PM. H dengan Arthritis Gout di Bisma Upakara Pemalang Jawa Tengah, penulis menggunakan tahap proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.rn2. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, PM. H mengalami atau terkena Arthritis Gout karena data pada pengkajian menunjukan adanya gejala Arthritis Gout seperti yang ditemukan dalam status kesehatan satu tahun terakhir, PM mengeluhkan nyeri pada pinggang dan kedua lutut, PM juga mengatakan adanya kekakuan pada sendi di pagi hari dan nyeri berlangsung kurang lebih satu sampai dua jam, nyeri skala 5 (sedang) dan nyeri bertambah bila untuk berjalan. rn3. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada PM. H dengan Arthritis Gout tidak semua penulis dapatkan pada PM. H. Jika bab 2 terdapat 5 diagnosa keperawatan, pada PM. H penulis hanya mendapatkan tiga diagnosa keperawatan, yaitu: nyeri berhubungan dengan peradangan sendi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan rentang gerak, dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit asm uratrn4. Intervensi keperawatan disusun berdasarkan prioritas masalah, kondisi PM, dan kondisi tempat tinggal PM.rn5. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi kerja dan evaluasi hasil selama tujuh hari. Dimana dari hasil evaluasi didapatkan dua dari masalah atau diagnosa belum teratasi dan satu masalah atau diagnosa yang muncul pada PM. H sudah dapat teratasi.rnrnrnB. Saran rn1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan rnUntuk perkembangan ilmu pengetahuan karya tulis ilmiah ini hendaknya hanya sebagai pedoman dan acuan saja untuk melakukan penelitian selanjutnya dan bukan untuk disamakan atau digandakan.rn2. Bagi perawatrnPerawat dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik hendaknya menggunakan pendekatan dan proses keperawatan, melibatkan peran serta aktif PM sebagai asuhan keperawatan, melakukan proses keperawatan secara komprehensif dengan tidak mengabaikan keluhan dan kebutuhan PM, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Perawat juga harus selalu memperhatikan PM terutama PM yang sudah tidak mempunyai atau tidak dijenguk oleh keluarganya agar psikologis PM tetap dalam kondisi baik dan tidak terjadi isolasi sosial pada PM.rn3. Bagi penulis rnPenulis dalam menulis karya tulis ilmiah haruslah nyata sesuai dengan yang aslinya dengan baik tidak mengarang data, dan penulis dalam menulis karya tulis ilmiah haruslah lengkap sesuai dengan format yang ada tanpa menguranginya begitupun dengan isi di dalamnya yang harus dikonsulkan dengan pembimbing.rn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2016
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia