ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN PASCA OPERASI ORIF FRAKTUR TIBIA SINISTRA DIRUANG WIJAYA KUSUMA RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Nur Shofuroh, Nuniek Nizmah Fajriyah, Firman Faradi
Kata Kunci   :ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN PASCA OPERASI ORIF FRAKTUR TIBIA SINISTRA DIRUANG WIJAYA KUSUMA RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN
BAB IrnPENDAHULUANrnrnA. Latar BelakangrnMasalah kesehatan yang dihadapi dewasa ini semakin kompleks dimana penyakit tidak menular semakin meningkat sedangkan penyakit menular tetap menjadi perhatian serius. Penyakit tidak menular, merupakan penyakit yang dianggap tidak disebarkan dari seseorang ke orang lain sehingga bukan merupakan ancaman terhadap orang lain. Penyakit tidak menular ini menjadi problem kesehatan utama di negara-negara industri. Selain itu penyakit tidak menular meningkat dengan pesat di negara-negara yang sedang berkembang yang sedang mengalami transisi demografi dan perubahan pola hidup dalam masyarakatnya (Anies 2006, h. 2).rnLaporan kesehatan dunia tahun 2001 menyebutkan bahwa hampir 60% kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular dan merupakan 46% dari jumlah beban penyakit global, 75% kematian karena penyakit tidak menular terjadi di negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu negara-negara di Asia Tenggara dihadapkan pada dua beban kesehatan, yaitu beban terhadap penyakit infeksi yang besar dan juga meningkatnya beban mengenai penyakit tidak menular (Anies 2006, h. 3).rnBerdasarkan profil World Health Organization (WHO) mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Yaitu penyakit kardiovaskuler (PKV), diabetes melitus (DM), kanker, penyakit pernapasan obstruksi kronik dan cedera (Anies 2006, h. 4).rnCedera telah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Lebih dari dua pertiga cedera dialami oleh negara-negara berkembang. Masalah cedera memberikan kontribusi pada beban penyakit 25% dan kerugian ekonomi sebesar 5% GDP (Growth Development Product) atau Perkembangan Pertumbuhan Produk. Profil cedera di negara maju, urutan tiga terbanyak sebagai penyebab kematian pada kelompok umur 15-44 tahun adalah kecelakaan lalu lintas, melukai diri sendiri, dan kekerasan. Cedera akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh, kekerasan, dan melukai diri sendiri merupakan penyebab utama cedera yang berkaitan dengan DALYs (Disability adjusted life years) atau Kecacatan Berdasarkan Umur (Riyadina, 2009).rnFraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer 2002, dalam Lukman dan Ningsih 2012, h. 26). Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakniinsiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan yangterjadi. Penyebab yang berbeda, dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25%penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 20%mengalami stress psikologis dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Lukman dan Ningsih 2012, h. 26).rnKejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta, merupakan terbesar di Asia Tenggara (Wrongdiagnosis 2011 dalam Ropyanto 2011). Kejadian fraktur di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar delapan juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden fraktur di Indonesia 5,5% dengan rentang setiap provinsi antara 2,2 sampai 9%. Hasil tim survey Depkes RI (2007) didapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stres psikologis dan bahkan depresi, serta 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Ropyanto, 2011).rnMenurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 di Indonesia angka kejadian fraktur sebanyak 5,8% dari seluruh reponden yang mengalami cedera yakni 84.774 orang. Sedangkan angka kejadian fraktur yang tertinggi ada di provinsi Papua sebesar 8,3% dari seluruh responden yang mengalami cedera sebanyak 84.774 orang. Dan untuk insiden fraktur di Jawa Tengah sebesar 6,2% dari seluruh responden yang mengalami cedera sebanyak 84.774 orang.rnSmeltzer & Bare(2002, dalam Yanty 2010) mengemukakan bahwa penanganan fraktur pada ekstremitas bawah dapat dilakukan secara konservatif dan operasi sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap mental pasien. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (Open reduction and internal fixation/ORIF). Sasaran pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan, stabilitas, mengurangi nyeri, dan disabilitas. Dan sebagai akibat dari trauma yang menyebabkan patah tulang serta operasi pemasangan fiksasi internal akan menyebabkan terjadinya bengkak. Pembengkakan akibat trauma ini jenisnya merupakan pembengkakan yang kaya akan protein. Bila hal ini tidak segera mendapatkan penanganan dengan tepat dapat beresiko terjadinya pemendekan otot dan kekakuan sendi yang akhirnya dapat menyebabkan kecacatan (disabilitas) (Basuki dan Sadono, 2009). Smeltzer & Bare (2006) dalam Ropyanto (2011) permasalahan pasca pembedahan ortopedi berkaitan dengan nyeri, perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas fisik, dan konsep diri.rnHasil dari tim survey Depkes RI (2007, dalamRopyanto 2011) didapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stres psikologis dan bahkan depresi, serta 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur yaitu dengan ORIF (Open reduction and internal fixation). Akibat dari trauma yang menyebabkan patah tulang serta operasi pemasangan fiksasi internal akan menyebabkan terjadinya bengkak. Menurut Hoppenfeld & Murthy dalam Ropyanto (2011) Pasca ORIF merupakan fase rehabilitasi, dimana pada fraktur ekstremitas bawah perkiraan rehabilitasi untuk fraktur femur 16-30 minggu, fraktur tibia dan fibula 16-24 minggu, fraktur hindfoot, midfoot serta forefoot berkisar 12-16 minggu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian fraktur cukup tinggi baik di dunia maupun di Indonesia. Dari berbagai jenis fraktur tersebut, fraktur ekstremitas bawah merupakan insiden yang sering dialami oleh pasien, selain itu kejadian fraktur dan penanganan pembedahan yaitu dengan ORIF yang dialami oleh pasien akan menyebabkan dampak bagi kesehatan tubuh.rnBerdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2017 oleh penulis, didapatkan data di RSUD Kraton pekalongan,pasien yang mengalami fraktur dari bulan januari-desember 2015 berjumlah 269, Sedangkan pada bulan Januari- Desember 2016 pasien yang mengalami fraktur berjumlah 268. Pasien dengan kasus pasca operasi ORIF fraktur tibia sinistra. mengalami masalah seperti nyeri ditusuk, akibat dari rasa nyeri tersebut membuat pasien mengalami hambatan mobilitas fisik seperti bergerak,duduk, berjalan,mandi, dan berpakaian. Selain itu dengan adanya luka pasca oprasi maka muncul masalah resiko infeksi. Berdasarkan data dan uraian diatas serta masih banyak angka kejadian fraktur dan komplikasi akibat fraktur. Maka penulis tertarik untuk membuat karya tuls ilmiah dengan Judul Asuhan keperawatan pada Tn.A dengan pasca oprasi fraktur tibia sinistra 1/3 distaldiruang wijaya kusuma RSUD Kraton.rnB. Tujuan penulisan rn 1. Tujuan UmumrnMampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Pasca operasi ORIF fraktur diruang wijaya kusuma RSUD Kraton pekalongan.rn2. Tujuan khusus rna. Mampu mengkaji klien pasca operasi ORIF fraktur di ruang Wijaya Kusuma RSUD Kraton.rnb. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat dari masalah yang timbul pada klien dengan pasca operasi ORIF fraktur di ruang Wijaya Kusuma RSUD Kraton.rnc. Mampu merumuskan rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan pasca operasi ORIF fraktur diruang wijaya kusuma RSUD kraton.rnd. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan pasca operasi ORIF fraktur Tibia sinistra di ruang Wijaya RSUD Kraton.rne. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan pasca Operasi ORIF fraktur di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Kraton.rnf. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien pasca operasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Kraton.rn3. ManfaatrnAdapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :rn1. Bagi penulis.rna. Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang Asuhan keperawatan pasca Operasi fraktur Tibia sinistra.rnb. Untuk menambah keterampilan mahasiswa dalam menerapkan asuhan keperawatan pasca operasi ORIF fraktur Tibia sinistra.rn2. Bagi institusi pendidikan.rnSebagai bahan referensi untuk menambah wawasan bagi mahasiswa diploma III keperawatan, khususnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasca operasi fraktur.rn3. Bagi lahan praktikrnDengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini, dapat menambah bahan referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik di RSUD Kraton Pekalongan khususnya Asuhan keperawatan pasca operasi ORIF fraktur Tibia sinistra.
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2017 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |