Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN DIARE DIRUANG FLAMBOYAN RSI MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN


Pengarang : Ageng Prasetyagama, Aida Rusmariana, Hj. Siti Rofik


Kata Kunci   :

BAB IrnPENDAHULUANrnrnA. Latar Belakang MasalahrnDiare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Badan kesehatan dunia (WHO) menjelaskan di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris, 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya, dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.rnDiare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. di negara berkembang diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika setiap orang dewasa terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.rnrnDiare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat, keluhan diare menempati peringkat ke-3 dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara dibeberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama sampai dengan ke-4 pasien dewasa yang datang berobat ke Rumah Sakit. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0.5 sampai 2 episode atau orang atau tahun, sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di United Stated Amerika dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahun. rnAngka kejadian diare pada tahun 2009 disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, tahun 2009 sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Menunjukkan bahwa hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi 5 bagi semua umur.rnPenyakit diare hingga kini masih menjadi salah satu masalah utama di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu penduduk pertahunnya. rnDi Pekalongan dari tahun ke tahun insiden diare tetap cenderung tinggi. Pada tahun 2008 terdapat 36.215 kasus dan tahun 2009 kasus diare mencapai 31854 kasus (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan 2010).rnData dari rekam medis RSI Muhammadiyah Pekalongan jumlah kasus diare pada tahun 2011 sampai 2012 balita dan anak usia 0-12 tahun sebanyak 154 kasus, dan pada tahun 2012 sebanyak 180 kasus. Adanya peningkatan tersebut ditimbulkan karena lingkungan yang kurang bersih, gaya hidup yang kurang sehat, penyakit diare yang mudah menular, terlebih kurangya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit diare. Penyakit diare sering kita jumpai pada bayi dan balita oleh karena itu peran orang tua sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit diare jika tidak ditindak lanjuti akan menyebabkan dehidrasi yang menyebabkan kematian (Hendri, 2012). rnTingginya angka kejadian diare, membutuhkan peran dari berbagai pihak terutama tenaga kesehatan. Perawat sebagai tenaga medis sangatlah penting dalam mencegah dan menanggulangi angka kesakitan diare. Peran perawat melalui upaya promotif dapat menambah pengetahuan masyarakat untuk dapat berkontribusi dalam penurunan angka morbiditas dan mortalitas akibat diare. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan keperawatan Pada An. M di Ruang Flamboyan RSI Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan. rnrnB. Tujuan Penulisrn1. Tujuan UmumrnTujuan umum dari penyusunan studi kasus ini agar penulis dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan klien dengan masalah diare.rn2. Tujuan khusus rnTujuan khusus dari penyusunan studi kasus ini agar penyusunan mampu:rna. Melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan diarernb. Melakukan analisa data pada anak dengan gangguan diarernc. Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan gangguan diarernd. Melakukan perencanaan pada anak dengan gangguan diarerne. Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan diarernf. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan diarernrnrnC. Manfaat Penulisanrn1. Bagi institusirnMengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan asuhahan keperawatan pada klien dengan Diare yang diperoleh selama perkuliahan, dan menjadi tolak ukur dalam keberhasilan proses belajar mengajar.rn2. ProfesirnMeningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan keperawatan kepada masyarakat luas khususnya dalam penanganan Diare.rn3. Masyarakat rnMeningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penatalaksanaan pada klien dengan Diare rnrnD. Sistematika PenulisanrnAdapun sistematika penulisan dari laporan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:rnPendahuluan, yang terjadi dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan kasus diare pada anak, adapun yang berupa konsep dasar yang meliputi: pengertian, penyebab atau etiologi, faktor fisiologi, manifestasi klinik, dan pemeriksaan penunjang, pathways keperawatan, dan fokus keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Resume keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Kemudian pembahasan dan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. rn rnrnrnBAB IIrnKONSEP DASARrnrnA. DefinsirnDiare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal lebih dari 3kali/hari dan konsistensi feses cair (Brunner & suddarth,2001, hal 1093). Suriadi & Rita Yuliani (2006, hal 80) menjelaskan, diare yaitu kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Sedangkan menurut Sudaryat Suraatmaja (2007, hal 1), diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/lendir. Mansjoer (2000,hal 51) juga menjelaskan diare merupakan defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.rn Dapat disimpulkan pengertian diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang frekuensinya abnormal yaitu lebih dari 3 kali/hari disertai perubahan konsistensi tinja cair dengan atau tanpa darah yang terjadi sampai dua hari atau lebih. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis), atau kolon dan usus (enterokolotis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan diare kronis. rnrnB. Etiologi rn Menurut A. Aziz (2008, hal 101) dan Mansjoer (2000, hal 51) penyebab diare dapat digolongkan beberapa faktor yaitu:rn1. Faktor infeksirnProses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorpsi cairan dan elektrolit akan meningkat. Beberapa macam pencetus infeksi disebakan oleh: virus (rotavirus, adenovirus, Norwalk), bakteri (Shigella, Salmonella, E coli, Vibrio); parasit (protozoa: E. Histolytica, lamblia, Balantidium coli; cacing perut: Askaris, Trikuris, Stongiloideus; dan jamur: kandida).rn2. Faktor malabsorpsi.rn Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkatkan kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. Contohnya: karbonhidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein.rn3. Faktor makananrn Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan. Biasanya disebabkan oleh makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.rn4. Faktor psikologisrn Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan, seperti rasa takut dan cemas. rnrnC. Patofisiologirn Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa entestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan serta elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan entestinal, perubahan kapasitas entestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit (Suriadi & Rita yuliani, 2006 hal 80). rn Pada diare akan mengakibatkan terjadinya kekurangan air (dehidrasi). Gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernapasan kussmaul, hipoglikemi, gangguan sirkulasi dan terjadi karena kekurangan atau kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja, adanya ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh, penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkatkan karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler rn(Mansjoer, 2000, hal 51 dan Suraatmaja, 2005: 5).rnrnrnrnD. Manifestasi Klinisrn Suriadi & Rita yuliani (2006, hal 82) menjelaskan tentang manifestasi klinis dari diare meliputi: Sering buang air besar dengan kosistensi tinja cair atau encer, Terdapat tanda dan gejala dehidrasi: turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering, kram abdominal, demam, mual dan muntah, anoreksia, lemah, pucat, perubahan tanda-tanda vital: nadi dan pernafasan cepat, menurun atau tidak ada pengeluaran urin.rn Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet, karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan lactose yang tidak dapat di absorbs oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadinya gejala dehidrasi. Berat badan turun pada bayi besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput mulut dan bibir terlihat kering. (Sudaryat Suraatmaja, 2007: 7).rn Menurut S. Partono (1999, dalam Nursalam 2008: 174) banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:rna. Kehilangan berat badanrn1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.rn2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.rn3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%rnb. Skor Mavring kingrnBagian tubuh yang diperiksa Nilai untuk gejala yang ditemukanrn 0 1 2rnKeadaan umumrnrnrnKekenyalan kulitrnrnMatarnUbun-ubun besarrnrnrnrnrnMulutrnrnDenyut nadi/mata SehatrnrnrnNormalrnrnNormalrnNormalrnrnNormalrnrnrnrnrnrnKuat <120 GelisahrnCengengrnrnApatisrnrnNgantukrnSedikit kurangrnrnSedikit cekungrnrnrnKeringrnrnSedang (120-140) Mengigau, koma, atau syokrnSangat kurangrnrnSangat cekungrnSangat cekungrnrnKering & sianosisrnLemas >40rnrnrnKeteranganrn- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringanrn- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedangrn- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi beratrnc. Gejala klinis rnGejala klinis Gejala klinisrn Ringan Sedang Berat rnKeadaan umumrnKesadaranrnRasa hausrnSirkulasirnNadirnRespirasirnPernapasanrnKulit rnUub Baikrn Compos Mentisrn+rnrnN (120)rnrnBiasarnrnAgak cekungrnAgak cekungrnBiasarnNormalrnNormal Gelisahrn++rnrnCepatrnrnAgak cepatrnrnrnCekungrnCekungrnAgak kurangrnOligurirnAgak kering rn Apatis-komarnrn+++rnrnrnCepat sekalirnrnKussmaullrnCekung sekalirnCekung sekalirnKurang sekalirnAnurirnKering/asidosisrnrn(Ngastiyah, 2005).rnd. Kebutuhan Cairan AnakrnTubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut:rnrnTabel 2.1 kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak < 2 tahun (BB 3-10 kg).rnrnUmurrn Berat badanrnKg Total/24jam Kebutuhan cairan/kg BB/24jamrn3 harirn10 harirn3 bulanrn6bulanrn9 bulanrn1 tahunrn2 tahunrn4 tahunrn6 tahunrn10 tahunrn14 tahunrn18 tahun 3.0rn3.2rn5.4rn7.3rn8.6rn9.5rn11.8rn16.2rn20.0rn28.7rn45.0rn54.0 250-300rn400-500rn750-850rn950-1100rn1100-1250rn1150-1300rn1350-1500rn1600-1800rn1800-2000rn2000-2500rn2000-2700rn2200-2700 80-100rn125-150rn140-160rn130-155rn125-165rn120-135rn115-125rn100-1100rn90-100rn70-85rn50-60rn40-50rnrnrnrnrnrnDerajat Dehidrasi PWL NWLrn CWL JUMLAHrnml/kg BBrnRinganrnSedangrnBerat 50 ml/kg BBrn75 ml/kg BBrn125ml/kgBB 100 ml/kg BBrn100 ml/kg BBrn100 ml/kg BBrn 25 ml/kg BBrn25 ml/kg BBrn25 ml/kg BB 175rn200rn250rnrnrnTabel 2.2 Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg).rnDerajat Dehidrasi PWL NWLrn CWL JUMLAHrnml/kg BBrnRinganrnSedangrnBerat 30 ml/kg BBrn50 ml/kg BBrn80 ml/kg BB 80 ml/kg BBrn80 ml/kg BBrn80 ml/kg BB 25 ml/kg BBrn25 ml/kg BBrn25 ml/kg BB 135rn155rn185rnrnTabel 2.3 kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur.rnDerajat dehidrasi PWL NWL CWL JUMLAHrnml/kg BBrnRinganrnSedangrnBerat 25 ml/kg BBrn50 ml/kg BBrn80 ml/kg BB 65 ml/kg BBrn65 ml/kg BBrn65 ml/kg BB 25 ml/kg BBrn25 ml/kg BBrn25 ml/kg BB 115rn140rn170rnrnKeterangan:rnPWL: Previous Water loss (ml/kg BB) cairan yang hilang karena muntah.rnNWL: Normal Water losses (ml/kg BB) cairan yang hilang melalui urin, kulit, pernapasan.rnCWL: Concomitant Water losses (ml/kg BB) cairan yang hilang melalui muntah yang hebat (Ngastiyah, 2005, hal 226).rnrnE. KlasifikasirnKlasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, diare persisten, dan diare kronis (Asniil, Noerasyid, dan Suraatmadja, 2003).rn1. Diare akut rn Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.rn2. Diare persisten rnDiare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.rn3. Diare kronis rnDiare kronis adalah diare hilang-timbul atau berlangsung lama dengan penyebab non infeksi seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.rnF. Penatalaksanaanrn Menurut Suriadi & Rita yuliani (2006), dan A. Aziz Alimul Hidayat (2008) penatalaksanaan terapeutik dan penatalaksanaan medis.rn1. Penatalaksanaan terapeutik.rna. penanganan fokus pada penyebab rnb. pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti; pedialyte atau oralit) atau terapi parentalrnc. pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASIrn2. Penatalaksanaan medis.rna. Anti biotik hanya diberikan apabila ada penyebab yang jelas,rnseperti kolera maka diberikan tetrasikilin 25-50 mg/kgBB/hari atau antibiotik lainnya sesuai dengan jenis penyebabnya.rnb. Obat spasmolitik seperti papaverin.rnc. Obat antisekresi seperti asetosal, klorpromazin.rnd. Memberikan nutrisi (makanan) setelah dehidrasi teratasi yang mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin atau selama diare perlu tambahkan jumlah kalori sebanyak 30% protein 3-5 g/kg BB/hari yang pada umumnya adalah 2,5 g/kgBB/hari.rnrnG. Komplikasirn Komplikasi menurut Suriadi & Rita yuliani (2006), ada beberapa macam yaitu:rn1. DehidrasirnDari komplikasi diare tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:rna. Dehidrasi ringanrnKehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syokrnb. Dehidrasi sedangrnKehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi cepat dan dalam.rnc. Dehidrasi beratrnKehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.rn2. HipokalemiarnSuatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3,8 mEq/l darah.rn3. HipokalsemiarnSuatu keadaan dimana konsentrasi kalsium didalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah.rn4. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalmi dan hipokalsemirn5. HiponatremiarnSuatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah rendah atau abnormal.rn6. Syok hipovolemikrnSyok yang diakibatkan oleh kehilangan volume intravaskuler secara akut dan massif. Hal ini bisa diakibatkan oleh kehilangan darah, plasma, cairan tubuh ataupun elektrolit.rn7. AsidosisrnAsidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ manusia.rnrnrnrnGangguan keseimbangan ini dapat dikelompokan menjadi: rna. Asidosis metabolikrnKeadaan dimana keasaman darah yang berlebihan, ditandai dengan rendahnya kadar bikaarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.rnb. Asidosis respiratorikrnKeasaman darah yang berlebihan karena penumpukkan CO2 dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.rnrnH. Fokus intervensirn1. PengkajianrnMenurut Suriadi dan Yuliani (2006) pengkajian pada klien diare yaitu :rna. kaji riwayat diare seperti lamanya diarernb. kaji status hidrasi yaitu mengkaji ubun-ubun, turgor kulit, mata membrane mukosa mulut.rnc. Kaji tinja yaitu jumlah, warna, bau, konsistensi dan waktu buang air besar.rnd. Kaji intake dan output (pemasukan dan pengeluaran) contoh pemasukannya seperti, makan, minum, infus, injeksi. Sedangkan pengeluaranya meliputi, urine, keringat, feses, muntah, pernapasan.rne. Kaji berat badan rnf. Kaji tingkat aktivitas anak.rng. Kaji tanda vital meliputi, peningkatan suhu tubuh, nadi dan pernapasan.rnrn2. Diagnosa KeperawatanrnDengan berpedoman pada Pathways diare pada balita anak dapat merumuskan diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2006) dan Suriadi (2001). Maka dapat disimpulkan diagnosa keperawatan tersebut menjadi fokus intervensi yaitu: rna. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peningkatan defekasi (Carpenito, 2006).rnTujuan: BAB dengan konsistensi lunak atau lembek, warna kuning Kriteria hasil: menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional program pengobatan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal.rnIntervensi: rn1). Observasi atau catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah.rnRasional: diare sering terjadi setelah memulai diet.rnDorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat.rnRasional: meningkatkan konsistensi feses meskipun cairan perlu untukrn 2). fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah mempengaruhi diare.rnBatasi masukan lemak sesuai indikasirnRasional: diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak.rn3). Awasi elektrolit serum.rnRasional: peningkatan kehilangan gaster potensial resiko ketidakseimbangan elektrolit, dimana dapat menimbulkan komplikasi lebih serius atau mengancam.rnb. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan out put berlebih (Carpenito, 2006).rnTujuan: kebutuhan cairan terpenuhirnKriteria hasil: turgor kulit elastic dan mukosa bibir lembab rnIntervensi:rn1). Kaji status dehidrasi: mata, turgor kulit dan membrane mukosa.rnRasional: menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.rn2). Kaji pemasukan dan pengeluaran cairanrnRasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk pengganti cairan.rn3). Monitor TTVrnRasional: dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.rn4). Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Hb, Ph, dan albumin.rnRasional: untuk menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.rn5). Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare anti biotic.rnRasional: untuk memperbaiki keseimbangan cairan / elektrolit. rnc. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan intake tidak adekuat (Carpenito, 2006).rnTujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhirnKriteria hasil: BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat.rnIntervensi: rn1). Timbang BB tiap hari 17 jamrnRasional: untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.rn2). Monitor intake dan out putrnRasional: untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran cairan kedalam tubuh.rn3). Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi seratrnRasional: memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan, protein perlu untuk integritas jaringan.rn4). Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.rnRasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.rn5). Kolaborasi dengan ahli gizi.rnRasional: membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.rnd. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat diare, menurut (Carpenito, 2006).rnTujuan: hipertermi teratasi rnKriteria hasil: tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal (suhu: 36-370C).rn Intervensi:rn1. Observasi vital signrnRasional: membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.rn2. Berikan kompres air hangatrnRasional: untuk mengurangi atau menurunkan rasa panas yang disebabkan oleh infeksi.rn3. Anjurkan klien dan keluarga untuk memberikan banyak minum.rnRasional: untuk mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out put yang berlebihan.rn4. Anjurkan klien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat.rnRasional: agar klien merasa nyamanrn5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik.rnRasional: untuk membantu memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi terjadinya infeksi.rne. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan sering BAB (Suriadi, 2001).rnTujuan: kerusakan intergritas kulit teratasirnKriteria hasil: kulit utuh dan tidak ada lecet pada area anusrnIntervensi:rn1. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB.rnRasional: untuk mengetahui tanda-tanda iritasi pada kulit misal: kemerahan pada luka.rn2. Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian.rnRasional: untuk mempertahankan teknik aseptik atau anti septik.rn3. Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembabrnRasional: untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman, bakteri, karena bakteri suka daerah yang lembab.rn4. Observasi keadaan kulitrnRasional: pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.rn5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat boor saleprnRasional: untuk membantu memulihkan kondisi badan.rnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnrnBAB IIIrnRESUME KASUSrnrn1. Pengkajian rn Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Maret 2013, pukul 14.00 WIB di ruang Flamboyan RSI Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Dengan Identitas klien: berinisial An. M usia 1 tahun, beragama Islam, jenis kelamin Laki-laki, Alamat Langkap, Kedungwuni Rt 01/Rw 05 Pekalongan, Penanggung jawab Ibu klien Ny. C umur 22 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga. rn Ibu klien (Ny. C) mengatakan klien BAB sehari sampai 5x/hari, dengan konsistensi cair. Klien mencret semenjak 1 hari sebelum masuk ke RSI, dengan keadaan umum: feses terdapat lendir, darah tidak ada, demam dengan suhu 38,1oc, BAB sudah lebih dari 3x/hari, muntah, tidak nafsu makan, lemas, ada riwayat pijat urut pada abdomen, Rr: 34x/menit, turgor kulit jelek, BB sebelum sakit 9 kg selama sakit 8 kg, dehidrasi sedang, terpasang infuse RL 15 tetes per menit, makro.rn Riwayat penyakit dahulu: menurut keterangan ibu klien, klien baru pertama kali ini menderita penyakit seperti yang sekarang ini, klien biasanya hanya sakit batuk, pilek, tidak sampai diopname dirumah sakit. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: ibu klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang diderita klien saat ini. Selain itu didalam keluarga klien tidak ada penyakit keturunan. Kemudian dari riwayat kesehatan lingkungan, ibu klien mengatakan bahwa lingkungan rumah bersih, terdapat jendela yang dibuka tiap hari, terdapat ventilasi, kamar mandi tempat sampah dan selokan. Riwayat nutrisi metabolik klien tidak nafsu makan, makan pagi ¼ porsi, makan siang ¼ porsi dan makan malam ¼ porsi, ibu klien mengatakan An. M semenjak dilahirkan sudah dapat ASI , meski dengan cara ASI ditampung dengan botol terlebih dahulu, karena keadaan An. M yang sakit sehingga ibu klien tidak memberikan ASI setiap saat secara langsung.rn Riwayat keperawatan untuk pola eliminasi: selama sakit klien BAB kurang lebih 5x/hari, konsistensi cair, warna kuning. Riwayat pola aktifitas latihan, selama sakit klien sangat rewel, lemas dan hanya minta digendong ibunya. Riwayat pola istirahat-tidur, selama sakit klien tidur malam selama 8 jam dan tidur siang 2 jam. rn Pemeriksaan fisik di peroleh data, klien kesadaran composmentis, suhu 38,1oc, nadi 100x/menit, dan pernapasan 34x/menit. Berat badan selama sakit 8kg, Kemudian pada ekstermitas atas tangan kiri terpasang infus RL 15 tetes per menit, pada mulut didapatkan hasil bibir kering, mukosa mulut pucat, lidah kotor. Pada ekstremitas bawah pada genetalia tidak terpasang kateter, kulit sekitar kulit sekitar anus lecet, pemeriksaan penunjang yang didapatkan, hasil HB 10,2 gr/dl normal 14-18 gr/dl, trombosit 313000/ul normal 150.000-450.000/ul, Leukosit 12,900/ul, LED 1 jam 13 mm, LED 2 jam 40 mm, Netrofil segmen 57% terapi yang diberikan 18 Maret 2013, yaitu RL 15 tetes per menit, injeksi Norages 3x250 mg, injeksi Cefotaxime 3x250 mg, injeksi ondansentron 3x1,5 mg, oralit sachet.rn2. Diagnosa, tujuan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.rn Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 18 Maret 2013 data diatas, penulis memprioritaskan masalah keperawatan sebagai berikut:rn1. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peningkatan defekasi. Di tandai dengan: data subjektif: ibu klien mengatakan klien BAB 5x/hari, data objektif: klien tampak lemas, kulit sekitar anus lecet, klien tampak rewel. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan BAB dengan konsistensi lunak atau lembek, warna kuning dengan kriteria hasil: menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional program pengobatan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal. Intervensi: Observasi atau catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah, dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat, batasi masukan lemak sesuai indikasi, awasi elektrolit serum.rn 2. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put berlebih. Ditandai dengan data subjectif: ibu klien, mengatakan klien mencret sudah lebih dari 2 hari dan data objektif: BAB 5x/hari dengan konsistensi feses cair, mukosa bibir kering, dehirasi sedang, klien tampak lemas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak akan kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil mukosa bibir lembab, intake out put seimbang. Intervensi: observasi TTV, kaji tanda-tanda dehidrasi turgor kulit, ubun-ubun cekung, membrane mukosa kering, timbang BB anak tiap hari, kurangi kehilangan cairan dengan anjurkan keluarga klien memberikan masukan cairan oral, catat pengeluaran dan pemasukan cairan, monitor hasil lab, kolaborasi pemberian cairan parental.rn3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tak adekuat. Ditandai dengan: data subjektif: ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, data objektif: konjungtiva pucat, klien makan habis ¼ porsi, HB: 10,2 gr/dl, BB klien sebelum sakit 9 kg selama sakit 8 kg. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dalam keperawatan, klien tidak akan kekurangan nutrisi dengan kriteria hasil: konjungtiva tidak pucat, nafsu makan bertambah di tandai dengan makanan habis ½ porsi. Intervensi: kaji satus nutrisi anak, izinkan anak untuk makan-makanan yang dapat ditoleransi, anjurkan orang tua untuk memberikan makanan sedikit tapi sering.rn4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat diare. Ditandai dengan: data subjektif: ibu klien mengatakan bahwa tubuh klien teraba hangat, data objektif: suhu klien 38,1oc, dari hasil lab HB 10,2 gr/dl, Leukosit 12,900/ul, LED 1 jam 13 mm, LED 2 jam 40 mm, Netrofil segmen 57%. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan tubuh klien tidak panas dan suhu normal (suhu 36oc-37oc). Intervensi: Observasi vital sign, berikan kompres air hangat, anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum, anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat. Berdasarkan intervensi diatas penulis melakukan tindakan: berikan kompres air hangat agar mengurangi atau menurunkan rasa panas yang disebabkan oleh infeksi.rn5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB. Di tandai dengan: data subjektif: ibu klien mengatakan pada anus klien kemerahan dan lecet, data objektif: kulit sekitar anus tampak kemerahan lecet, turgor kulit jelek. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan intgritas kulit klien membaik dengan kriteria hasil: lecet dan kemerahan berkurang. Intervensi: observasi daerah sekitar anus, bersihkan dan keringkan daerah sekitar anus segera setelah BAB, jaga permukaan anus agar tetap kering.`rnImplementasi:rn Penulis mengimplementasi semua tindakan pada tanggal 19 Maret 2013: dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat,respon klien S: ibu klien mengatakan anaknya masih mencret, O: klien mau makan makanan diet tinggi serat.rnmengawasi intake out put klien, respon klien S: ibu klien mengatakan anaknya mencret, O: klien tampak lemas, BAB 2x suhu 37oc, nadi 100x/menit, mengkaji status nutrisi klien, respon klien S: ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan, O: konjungtiva pucat, memberikan obat sesuai indikasi Cefotaxime 3x250 mg, Norages 3x 100 mg, Ondansentron 3x1,5 mg, respon klien S: klien mau diberi terapi injeksi, O : obat masuk IV, memberikan kompres hangat, respon klien S : klien mau diberikan kompres hangat, O: suhu 37,1oc, mengobservasi kulit sekitar anus klien, setelah klien BAB mengajurkan ibu memberikan cairan peroral, respon klien S: ibu klien mengatakan klien menangis setiap selesai BAB, O: klien tampak rewel, kulit sekitar anus kemerahan lecet.rnEvaluasi: rn Penulis mengevaluasi semua tindakan pada tanggal 20 Maret 2013: rna. Gangguan eleminasi BAB berhubungan dengan peningkatan defekasi, S: ibu klien mengatakan BAB klien sudah berkurang dari 5x/hari menjadi 2x/hari, O: konsistensi feses klien lunak, A: masalah teratasi, P: lanjutkan intervensi, observasi catat frekuensi defekasi, karekteristik dan jumlah, dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat, batasi masukan lemak sesuai indikasi, awasi elektrolit serum.rnb. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put berlebih S: ibu klien mengatakan klien BAB 2x sejak tadi pagi dengan konsistensi cair, O: membrane mukosa kering, balance cairan intake output:(makan/minum+infuse+Injeksi+deasasimetabolik)-(BAB+IWL+Urin+muntah)=(300+420+2+300)– (200+320+116,6+0)= 1022 - 636,6 = 385,4cc. A = masalah teratasi,rnP = pertahankan kondisi klien.rnc. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat. S: ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai napsu makan, O: konjuntiva tidak anemis, klien makan habis ½ porsi, A: masalah teratasi, P: lanjutkan intervensi, kaji status nutrisi anak, izinkan anak untuk makan-makanan yang dapat ditoleransi, anjurkan orang tua untuk memberikan makanan sedikit tapi sering.rnd. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. S: ibu klien mengatakan tubuh klien tidak teraba hangat, O: klien tidak teraba hangat, suhu 37,1oc, A: masalah teratasi, P: pertahankan kondisi klien.rne. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB. S : ibu klien mengatakan lecet di pantat anaknya sedikit berkurang, O : lecet di sekitar anus berkurang, dan warna anus kemerahan berkurang, A : masalah teratasi, P : lanjutkan intervensi, observasi daerah sekitar anus, bersihkan dan keringkan daerah sekitar anus segera setelah BAB, jaga permukaan anus agar tetap kering.`rn rnrnBAB IVrnPEMBAHASANrnrn Pada bab ini penulis akan membahas tentang masalah-masalah yang muncul dalam Asuhan Keperawatan pada An. M di ruang Flamboyan RSI Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, serta kesenjangan yang terdapat antara kasus dengan konsep dasar yang terdapat pada BAB III. Pembahasan yang penulis lakukan terhadap semua komponen asuhan keperawatan , perencanaan, implementasi dan evaluasi.rnrnA. PENGKAJIAN rn Dalam melakukan pengkajian pada An. M dengan diare, penulis menggunakan metode pendekatan pola funngsional Gordon, pola ini dapat mencakup seluruh aspek yang harus dikaji bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang didalamnya dapat membantu penulis dalam memperoleh data fokus yang menunjang pada kasus diare. Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 18 Maret 2012 didapatkan data sebagai berikut : rn Data subjektif meliputi ibu klien mengatakan klien mencret lebih dari 5x /hari, ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan, ibu klien mengatakan klien rewel, ibu klien mengatakan tubuh klien teraba hangat. Sedangkan data objektif meliputi klien tampak lemas, mukosa bibir klien kering, konjungtiva pucat, klien makan habis ¼ porsi, wajah klien tampak pucat, klien BAB 5x/hari cair, kulit disekitar anus lecet kemerahan, turgor kulit jelek, HB 10,2 gr/dl, leukosit 12,900/ul, LED 1 jam 13 mm, LED 2 jam 40 mm, Netrofil segmen 57 %, suhu 38,1oc, nadi 100x/menit, pernafasan 34x/menit, serta terpasang infuse RL 15 tetes/menit, terapi obat Norages 3x100 mg, Cefotaxime 3x250 mg, Ondansentron 3x 1,5 mg, oralit 2x1/hari.rn Dalam melakukan pengkajian ada beberapa kendala karena klien masih berumur 1 tahun, jadi pada saat pengkajian data subjektif di dapatkan dari ibu klien. Keluarga kooperatif terhadap penulis sehingga penulis dapat dengan mudah mendapatkan data yang diperlukan.rnrnB. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASIrn Berdasarkan pengkajian pada kasus diare pada anak diatas, penulis mengemukakan ada 5 diagnosa keperawatan yaitu:rna. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peningkatan defekasi.rnb. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put berlebih.rnc. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.rnd. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat diare.rne. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB. rnAdapun diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian antara lain:rn1. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peningkatan defekasi.rn2. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put berlebih.rn3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.rn4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat diare. rn5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB. rnUntuk mempermudah dalam memahami pada pembahasan ini maka penulis menyusun sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada An. M dan dilanjutkan dengan intervensi, rasional, implementasi, serta evaluasi dari masing-masing diagnosa.rn1. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peningkatan defekasi.rna. PengertianrnDiare adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami defekasi sering dengan feces cair atau feses tak berbentuk (Carpenito, 2006).rnb. Alasan diagnosa ditegakkanrnPenulis menegakkan diagnosa ini karena pada klien ditemukan data subjektif: ibu klien mengatakan klien BAB 5x/hari, klien tampak rewel. Data objektif: klien tampak lemas, kulit sekitar anus lecet, turgor kulit jelek. Data ini sesuai dengan buku gasrtoenterologi (Sudaaryat Suraatmaja, 2007, hal 1) yaitu diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir. Cara memproritaskan masalah rnDiagnosa ini menjadi prioritas utama karena saat pengkajian keluhan utama adalah diare. Apabila jika tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh yang lain, seperti gangguan keseimbangan cairan, gangguan perubahan nutrisi, gangguan integritas kulit sehingga akan menurunkan daya tahan tubuh dan dapat memperlambat penyembuhan dan akan semakin memperparah keadaan psikologis pasien.rnc. Tujuan dan rasional dari rencana tindakanrnAdapun tujuan dari rencana tindakan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dalam proses keperawatan diharapkan BAB dengan konsistensi lunak atau lembek, warna kuning dengan kriteria hasil: menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional program pengobatan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal. Intervensi: rn1. Observasi atau catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah.rn2. Anjurkan ibu klien pemberian diet tinggi serat dalam batasan diet.rn3. Batasi masukan lemak sesuai indikasi, awasi elektrolit serum.rn4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti diarernRasional dari intervensi diagnosa tersebut yaitu: untuk mengetahui frekuensi BAB, diet tinggi serat bisa menyerap air dan bisa menambah masal untuk tinja, diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak, kolaborasi pemberian obat anti diare untuk mengurangi frekuensi BAB.rnd. Implementasi rnUntuk mencapai tujuan yang diharapkan maka tindakan yang telah dilakukan yaitu: mengobservasi atau catat frekuensi defekasi karakteristik dan jumlah, anjurkan ibu klien pemberian diet tinggi serat dalam batasan diet, membatasi masukan lemak sesuai indikasi, awasi elektrolit serum, mengkolaborasi dengan dokter pemberian obat anti sekresi.rn Kekuatan dari implementasi ini adalah klien kooperatif dibantu oleh ibu klien saat mengkaji, kelemahannya adalah klien masih berumur 1 tahun sehingga pada saat mengkaji perawat butuh informasi dari orang tua klien.rne. Evaluasi rn Evaluasi pada tanggal 20 Maret dari diagnosa ini adalah masalah teratasi ditandai dengan ibu klien mengatakan BAB klien dari 5x/hari menjadi 2x/hari, konsistensi BAB lembek.rn1. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put berlebih.rna. Pengertian rnKekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko mengalami dehidrasi vaskuler, interstisial, atau intravaskuler (Carprnito, 2006).rnb. Alasan diagnosa ditegakan.rn Penulis menegakkan diagnosa ini, berdasarkan data subjektif yaitu ibu klien, mengatakan klien mencret sudah lebih dari 2 hari dan data objektif: BAB 5x/hari dengan konsistensi feses cair, mukosa bibir kering, dehidrasi sedang, klien tampak lemas, turgor kulit jelek. Data ini diperkuatkan berdasarkan buku diagnosa keperawatan Nanda Nic & Noc (2007, hal 137) yaitu: klien lemas, mukosa bibir kering, kelopak mata cekung, turgor kulit menurun, membran mukosa kering.rn Pada klien dengan kekurangan volume cairan, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporkoma). Selain itu kekurangan volume cairan bisa mengakibatkan komplikasi seperti hipokalemia, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat renjatan hipovolemik serta malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik) (Ngastiyah, 2005, hal 225-226).rnOleh sebab itu penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas yang kedua sehingga tindakan observasi pemasukan dan pengeluaran cairan elektrolit harus selalu dipantau.rna. Cara memprioritaskan masalahrnDiagnosa ini menjadi prioritas kedua karena saat pengkajian keluhan utama yaitu BAB yang lebih dari 5x/hari sehingga tindakan segera dilakukan agar tidak akan kekurangan volume cairan.rnb. Tujuan dan rasional dari rencana tindakanrnAdapun tujuan dari rencana tindakan yaitu Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak akan kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil mukosa bibir lembab, intake out put seimbang, klien mau makan 1 porsi habis.rnIntervensi: rn1. Observasi TTV rn2. Kaji tanda-tanda dehidrasi turgor kulit, ubun-ubun cekung, membrane mukosa keringrn3. Timbang BB anak tiap harirn4. Anjurkan ibu klien memberikan ASIrn5. Ajarkan ibu untuk membuat larutan gula garamrn6. Catat pengeluaran dan pemasukan cairan, monitor hasil lab,rn7. Kolaborasi pemberian cairan parental.rnRasional intervensi keperawataan diagnosa ini yaitu: untuk mengkaji tanda-tanda dehidrasi untuk mempertahankan terapi cairan, timbang berat badan klien setiap hari untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peningkatan berat badan klien, untuk cairan rehidrasi yaitu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan dan elektrolit.rna. ImplementasirnUntuk mencapai tujuan yang diharapkan maka tindakan yang telah dilakukan yaitu megobservasi TTV, mengkaji tanda-tanda dehidrasi turgor kulit, ubun-ubun cekung, membrane mukosa kering, menimbang BB anak tiap hari, menganjurkan ibu klien memberikan ASI, mengajarkan ibu klien membuat larutan gula garam, mencatat pengeluaran dan pemasukan cairan, monitor hasil lab, mengkolaborasi pemberian cairan parental.rn Kekuatan dari implementasi ini adalah klien kooperatif berkat dukungan dari Ibu klien dan klien mau di observasi input out put cairan serta mau disuntik obat. Kelemahannya klien berumur 1 tahun sehingga perawat butuh bantuan dari ibu klien.rna. Evaluasi rnEvaluasi pada tanggal 20 Maret 2013 dari diagnosa ini adalah masalah teratasi dengan ibu klien mengatakan klien BAB 2x sejak tadi pagi dengan konsistensi cair, klien tampak rileks.rn1. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.rna. PengertianrnPerubahan nutrisi adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolism nutiren yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2006).rnb. Alasan diagnosa ditegakkanrnPenulis menegakkan diagnosa ini karena ditemukan data subjektif yang mendukung klien ditandai dengan: data subjektif: ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, data objektif: konjungtiva pucat, klien makan habis ¼ porsi, HB: 10,2 gr/dl, BB klien sebelum sakit 9 kg selama sakit 8 kg, klien tampak lemas, muntah 2 kali. Dari data masalah tersebut menunjang ditegakkannya diagnosa ini karena menurut diagnosa keperawatan Nanda Nic & Noc (2007, hal 112) yaitu: penurunan berat badan dari 9 kg menjadi 8 kg, klien tidak nafsu makan, klien tampak lemas, muntah 2 kali.rnc. Cara memprioritaskan masalah rnDiagnosa ini menjadi prioritas ketiga karena pada saat pengkajian , klien tidak nafsu makan dan penurunan berat badan dari 9 kg menjadi 8 kg. Jika nutrisi tidak terpenuhi maka asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat akan memperburuk kebutuhan metabolic (Suriadi & Yuliani, 2006).rnd. Tujuan dan rasional dari rencana tindakanrnAdapun tujuan dari rencana tindakan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien tidak akan kekurangan nutrisi dengan kriteria hasil: konjungtiva tidak pucat, nafsu makan bertambah di tandai dengan makanan habis ½ porsi.rn Intervensi: rn1. Kaji status nutrisi anakrn2. Izinkan anak untuk makan-makanan yang dapat ditoleransirn3. Anjurkan orang tua untuk memberikan makanan sedikit tapi sering.rn4. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makanrnRasional keperawatan diagnosa ini yaitu untuk mengetahui perkembangan nutrisi, untuk terpenuhinya kebutuhan nutrisi, untuk mengurangi resiko infeksi.rne. Implementasi rnImplementasi yang dilakukan adalah mengkaji status nutrisi anak, mengizinkan anak untuk makan-makanan yang dapat ditoleransi, menganjurkan orang tua untuk memberikan makanan sedikit tapi sering. Kekuatan dari implementasi ini adalah klien kooperatif pada saat dikaji status nutrisinya, klien mau makan sedikit tapi sering.rnf. EvaluasirnEvaluasi pada tanggal 20 Maret 2013 dari diagnosa ini adalah masalah teratasi ditandai dengan klien mau makan, konjungtiva tidak pucat.rn1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat diare.rna. PengertianrnHipertermi adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami atau beresiko unutk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8oc per oral atau 38,8oc per rektal karena faktor eksternal (Carpenito, 2006).rnb. Alasan diagnosa ditegakanrnPenulis menegakkan diagnosa ini karena ditemukan data subjektif : ibu klien mengatakan bahwa tubuh klien teraba hangat, data objektif : suhu tubuh klien 3.8,1oc, dari hasil lab HB 10,2 gr/dl, Leukosit 12,900/ul, LED 1 jam 13 mm, LED 2 jam 40 mm, Netrofil segmen 57%. Bila keadaan ini tidak segera ditangani maka akan terjadi infeksi pada epitel usus dapat menyebabkan klien demam tinggi sehingga dapat kejang (Suraatmaja, 2005, hal 13). rnc. Cara memprioritaskan masalahrnDiagnosa ini menjadi prioritas ke empat karena diagnosa ini bukan masalah utama. Namun apabila tidak dilakukan intervensi makan akan memperburuk keadaan klien yaitu menjadi demam tinggi.rnd. Tujuan dan rasional dari rencana tindakan rnAdapun tujuan dari rencana tindakan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan tubuh klien tidak panas dan suhu normal (suhu 36oc-37oc).rnIntervensi:rn1. Observasi vital sign.rn2. Berikan kompres air hangat.rn3. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum.rn4. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat. rn5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik.rnRasional keperawatan dari intervensi diagnosa ini adalah untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh klien, untuk membantu mengurangi suhu tubuh klien, karena kompres air hangat dapat melebarkan pembuluh darah sehingga mempercepat pengeluaran panas karena pakaian yang tipis dapat menyerap keringat dan mempercepat pengeluaran panas, untuk pemberian norages 3x100 mgrnrnrn.rne. ImplementasirnImplementasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi megobservasi vital sign, memberikan kompres air hangat, menganjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum, meganjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat, mengkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik yaitu norages 3x100 mg. Kekuatan dari implementasi ini adalah klien kooperatif ditunjukkan pada saat ibu klien memberikan kompres air hangat klien tidak rewel.rnf. EvaluasirnEvaluasi pada tanggal 20 Maret 2013 dari diagnosa ini adalah masalah teratasi ditandai dengan suhu tubuh klien turun dari 38,1oc menjadi 37oc, tubuh klien tidak teraba hangat.rn1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB. rna. PengertianrnKerusakan integritas kulit adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami atau berisiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito, 2006). Tanda dan gejala dari kerusakan integritas kulit ini yaitu: adanya kerusakakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit, invasi struktur tubuh (Hedrman, 2010: hal 369). rnb. Alasan diagnosa ditegakkanrnPenulis menegakkan diagnosa ini karena ditemukan data subjektif : ibu klien mengatakan pada anus klien kemerahan dan lecet, data objektif : kulit sekitar anus tampak kemerahan lecet, turgor kulit jelek.rnc. Cara memprioritaskan masalahrnDiagnosa ini menjadi prioritas kelima karena diagnosa ini bukan masalah utama. Namun apabila tidak dilakukan intervensi maka akan terjadi kerusakan jaringan.rnd. Tujuan dan rasional dari rencana tindakanrnAdapun tujuan dari rencana tindakan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan intgritas kulit klien membaik dengan kriteria hasil: lecet dan kemerahan berkurang. rnIntervensi: rn1. Observasi daerah sekitar anusrn2. Bersihkan dan keringkan daerah sekitar anus segera setelah BABrn3. Anjurkan ibu klien untuk selalu mengganti popok klien bila basahrnRasional dari intervensi diagnosa ini adalah: untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi pada anus, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.rne. Implementasi rnImplementasi yang dilakukan adalah mengobservasi daerah sekitar anus, membersihkan dan keringkan daerah sekitar anus segera setelah BAB, mengajurkan ibu klien untuk mengganti popok klien bila basahrnf. EvaluasirnEvaluasi pada tanggal 20 Maret 2013 dari diagnosa ini adalah masalah teratasi ditandai dengan daerah sekitar anus tidak kemerahan, tidak lecet.rn Terdapat lima diagnosa keperawatan yang muncul dalam teori, dan kelima diagnosa tersebut muncul dalam intervensi keperawatan, diagnosa ini muncul sesuai pengkajian klien yaitu ditemukannya data-data yang mendukung ditegakkanya diagnosa tersebut.rnrn rnrnBAB VrnPENUTUPrnrn Dari pelaksanaan asuhan keperawatan asuhan komperherensif yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Diare pada An. M di ruang Flamboyan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, maka penulis mengemukakan hal-hal yang penulis peroleh pada waktu melakukan asuhan keperawatan dengan membuat kesimpulan dan saran.rnrnA. Kesimpulanrn1. Sesuai dari hasil pengkajian penulis mendapatkan data dari An. M sebagai berikut: BAB sehari sampai 5x/har, konsistensi cair, dengan keadaan umum: klien tampak rewel, mukosa bibir kering, konjungtiva pucat, wajah klien tampak pucat, kulit disekitar anus lecet kemerahan , turgor kulit jelek feses terdapat lendir, darah tidak ada, muntah, tidak nafsu makan, lemas, turgor kulit jelek, BB sebelum sakit 9 kg selama sakit 8 kg, dehidrasi sedang. Tanda-tanda vital: suhu tubuh: 38,1oc, nadi: 100x/menit, RR: 34x/menit. Data penunjang pemeriksaan laboratorium HB: 10,2 Gr/dl, leukosit: 12,900/ul, LED 1 jam: 13 mm, LED 2 jam: 40 mm, Netrofil segmen 57 %.rn2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien diare, tidak semua penulis dapatkan pada An. M. Pada saat pengkajian penulis mendapatkan lima diagnosa yaitu: Gangguan eliminasi BAB diare berhubungan dengan peningkatan defekasi, Kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put berlebih, Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat diare, kerusakan integritas kulit, Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.rn3. Pada perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah sekaligus memeperhatikan kondisi klien serta kesanggupan keluarga bekerja sama dalam melakukan asuhan keperawatan pada An. M.rn4. Selama penulis melakukan pengelolaan kasus di Ruang Flamboyan RSI Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, penulis telah berusaha melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana dan perawatan yang bisa menyelesaikan masalah yang dialami klien. Evaluasi akhir pada diagnosa berdasarkan evaluasi kerja dan evaluasi hasil selama dilakukan tindakan keperawatan. Hasil akhir dari evaluasi adalah lima diagnosa yang muncul pada An. M, dari lima masalah diagnosa tersebut semua masalah teratasi. Kekuatannya adalah klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan yang telah di berikan sehingga mempermudah dalam memberikan asuhan keperawatan, kelemahannya klien selalu rewel.rnrnB. Saran rn1. Institusi pendidikanrn Institusi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa terutama dalam melakukan pemeriksaan dan menganalisa klien dengan diare, baik didalam laboratorium maupun lahan praktik.rn2. Lahan praktikrn Lahan praktik diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada klien dengan diare. Penulis juga berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk pengelolaan klien dengan diare di Rumah Sakit. Kelengkapan fasilitas perawatan yang ada diruangan perlu dilengkapi guna menunjang dalam memberikan asuhan keperawatan yang akan membantu proses penyembuhan penyakit klien.rn3. Bagi perawatrn Bagi perawat hendaknya mampu menerapkan asuhan keperawatan secara biopsikososial, spiritual dan cultural sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi klien secara professional. Koordinasi yang baik antar tim kesehatan tim kesehatan lain dengan klien dan keluarga klien, hendaklah terus kita jaga agar terjadi suatu kesatuan langkah dalam proses perawatan terhadap klien. Menjelaskan rencana tujuan dan prosedur tindakan setiap akan melakukan tindakan keperawatan.rn4. Bagi masyarakatrn Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang masalah kesehatan khususnya tentang diare, sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan penanganan awal dengan membawa penderita diare tersebut ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.rnrnrnrnrnrnrnrnrnrnDAFTAR PUSTAKArnrnCarpenito, Moyet.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.rnHidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika.rnMansjoer, Arif M.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapus.rnNgastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta: EGC.rnSmeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth.Jakarta: EGC.rnSuratmaja, Sudaryat.2005.Kapita Selekta Gastroenterologi.Jakarta: Sagung Seto.rnSuriadi.2006.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta: Penebar Swadaya.rnWong, Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4.Jakarta: EGC.rnWong, Donna L.2008.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik,Edisi 8.Jakarta: EGC.rnrnrn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2013
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia