ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PM. W DENGAN ARTHRITIS GOUT DI WISMA SADEWA UNIT REHABILITASI SOSIAL BISMA UPAKARA KABUPATEN PEMALANG
Pengarang : Rizki Maulana, Siska Yuliana
Kata Kunci   :GERONTIK
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggap kaum lansia. Proses menua mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit (Azizah 2011, h. 7).rnMenurut Stanley and Beare (2007) mendefinisikan lanjut usia (lansia) berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang mengganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam masyarakat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya (Azizah 2011, h.1).rnDikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua, yakni: 1). Gangguan sirkulasi darah, seperti: hipertensi, kelainan darah, ganggaun pembuluh darah di otak (koroner), dan ginjal. 2). Gangguan metabolisme hormonal seperti: diabetes militus, klimakterium, dan ketidak seimbangan tiroid. 3). Gangguan pada persendian seperti: osteoartritis, gout arthritis, ataupun penyakit kolagen lainnya. 4). Bergagai macam neoplasma (Azizah 2011, h. 21). rnrnPenyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi-sendi tulang yang bnayak dijumpai pada lanjut usia terutama yang gemuk. Hampir 8% orang-orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendi-sendinya, misalnya: linu-linu, pegal. Dan kadang kadang terasa seperti nyeri. Biasanya yang terkena ialah persendian pada jari-jari, tualng punggung, sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul). Biasanya nyeri akut pada persendian itu disebabkan oleh gout pirai atau jicht. Hal ini disebabkan gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh (Azizah 2011, h. 28). rnPenyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai/penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi batasan normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah, penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, pesendian terasa sangat sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi dan cacat (Sutanto 2013, h. 11).rnBerdasarkan World Health Organization (WHO) 2007 prevelensi asam urat (gout) di Amerika Serikat 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per 1000 perempuan prevalensi ini berbeda di tiap negara, berkisar antara 0,27% di Amerika hingga 10,3% selandia baru. Peningkatan insidens gout dikaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya hidup, peningkatan kasus obesitas dan sindrom metaboli (http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t33394.pdf).rnBesarnya angka kejadian arthritis gout pada masyarakat di Indonesia pada tahun 2006 belum ada data yang pasti, mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku sangat mungkin memiliki angka kejadian yang lebih bervariasi. Pada studi hiperurisemia di rumah sakit akan ditemukan angka prevalensi yang lebih tinggi antara 17-28% karena pengaruh penyakit dan obat-obatan yang diminum penderita. Penderita arthritis gout pada penduduk di jawa tengah adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada perempuan, penelitian lapangan yang dilakukan terhadap penduduk Denpasar, Bali mendapat prevalensi arthritis gout sebesar 18,2%rn(http://eprints.ums.ac.id/22009/3/2._Bab_I.pdf).rn Sedangkan di Jawa Tengah pada tahun 2007 prevalensi penderita gout hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Sedangkan prevalensi gout juga bervariasi antara 1-15,3%. Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9% pada kadar asam urat darah >9 mg/dl, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada kadar <7 mg/dl. Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun, pada kadar asam urat >9 mg/dl (http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t33394.pdf).rnBerdasarkan hasil pengkajian tentang data penyakit yang diderita selama satu tahun terkhir yang diperoleh dari Unit Rehabilitasi Bisma Upakara Pemalang tanggal 16 Mei 2016, terdapat 90 Penerima Manfaat (PM). Dari data 90 PM diagnosa medis untuk lansia sebagian besar diagnosa medis hipertensi sebanyak 30 lansia (35%), kemudian artitis rheumatoid 21 lansia (29%), arthritis gout 15 lansia (20%), stroke 10 lanisa (5%), sisanya hampir merata yakni dengan diagnosa gastritis 8 lansia (4%), diabetes militus 6 lanisa (2%), dan kemudian sisanya 10 lansia (5%) lain-lain (Arsip Balai Pelayanan Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang).rnDilihat dari tingginya angka kejadian asam urat yang cukup tinggi dari hasil praktik klinik keperawatan gerontik STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan tahun 2016 di Unit Rehabilitasi Sosial Lansia Bisma Upakara Pemalang. Perlu adanya upaya penanganan dan pencegahan untuk menurunkan prevalensi penyakit ini di tahun mendatang. Dalam hal ini peran perawat sangatlah penting guna menujang kesehatan dan kemandirian pada penderita asam urat khususnya lansia agar bisa hidup sehat. Setelah mendapat asuhan keperawatan yang sesuai, lansia mampu mengontrol diet makanannya, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi lebih lanjut. Pendekatan yang sesuai mampu meningkatkan kesadaran lansia terhadap penyakitnya. Sedangkan kemandirian yang dimiliki lansia nantinya dapat membantu dirinya merasa berharga dan berguna.rnDidalam Unit Rehabilitasi Sosial Bisma Upakara Pemalang jumlah tenaga kesehatan sangat kurang, hanya terdapat 3 perawat, dan yang lain pekerja sosial, hal ini tidak sebanding dengan jumlah penerima manfaat (PM) atau klien, sehingga perawat merasa kesusahan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien lansia. Pada penderita asam urat belum sepenuhnya mengetahui tentang penyakitnya, klien makan sesuai dengan hidangan yang ada, tidak ada diet makanan khusus untuk klien. Sehingga perawat harus memberikan pengetahuan kepada klien yang menderita asam urat tersebut. Maka dari itu penulis membantu dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien yang menderita asam urat agar klien dapat mengatur dietnya sendiri. Sehingga mengurangi faktor resiko komplikasi asam urat. rnBerdasarkan pentingnya peran perawat dalam menunjang kesehatan lansia di indonesia khususnya di Unit Rehabilitasi Sosial Bisma Upakara Pemalang, serta hasil observasi penulis di Unit Rehabilitasi Bisma Sosial Bisma Upakara Pemalang dengan angka kejadian arthritis gout 15 lansia (20%), maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. W Dengan Arthritis Gout Di Wisma Sadewa Unit Rehabilitasi Sosial Bisma Upakara Kabupaten Pemalangâ€.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2016 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |