ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DENGAN RISIKO TINGGI PADA NY.S DI DESA ROWOCACING WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Siti Sulis Rahayu, Sandi Ary Susiatmi
Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DENGAN RISIKO TINGGI PADA NY.S DI DESA ROWOCACING WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan sampai dengan pasca persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersediannya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal (Profil Kesehatan Jawa tengah, 2015). rnBerdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI menunjukkan penurunan 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (Profil Indonesia, 2016) Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi 109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016).rnAnemia menjadi masalah kesehatan utama pada negara berkembang dan berhubungan dengan meningkatnya angka kematian ibu rn rndan bayi, persalinan prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah dan efek merugikan lainnya. Meskipun hanya 15% dari ibu hamil di negara maju yang mengalami anemia, namun prevelensi anemia di negara berkembang relatif tinggi yaitu 33% sampai 75% (Pratami 2016, h. 158). rnAnemia dalam kehamilan di definisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II (Pratami 2016, h. 77). Badan kesehatan WHO kejadian anemia dalam kehamilan berkisar antara 20 sampai 89% dengan menetapkan Hb 11% g/dL sebagai batas normalnya. Pada kehamilan sering terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami pengenceran (hemodilusi) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada trimester II usia kehamilan 32 sampai 34 minggu (Manuaba 2010, h. 237-238).rnSelain dengan masalah anemia, ada beberapa golongan ibu hamil yang dikatakan memiliki masalah risiko tinggi walaupun dalam kesehariannya hidup dengan sehat dan tidak menderita suatu penyakit. Maksut dari golongan berisiko yaitu ibu yang cenderung berisiko mengalami kesulitan pada kehamilan dan persalinannya. Hal ini akan sangat membahayakan bagi ibu dan akan mengancam keselamatan janinnya. Dan golongan yang di maksud faktor risiko dan berisiko tinggi meliputi primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, anak lebih dari 4, Hb kurang dari 8 gr%, letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu (Maryunani 2016, h. 10).rnLetak janin didalam rahim tidak selamanya sama, yang terbanyak atau yang sering kita sebut letak normal atau biasa adalah jika letak janin dalam rahim memanjang dengan kepala sebelah bawah rahim fleksi, artinya dengan ubun-ubun kecil yang paling rendah. Dalam hal ini posisi janin harus pada normal, yaitu punggung membungkuk sedikit, kaki terlipat pada pangkal paha dan lekuk lutut rapat ke badan, sedangkan kedua lengan bersilang dan merapat ke dada. Kelainan letak janin dalam rahim ibu dapat menyebabkan permasalahan pada proses persalinan yang berkaitan buruk bagi janin dan ibunya, kelainan letak tubuh janin di bagi menjadi dua yaitu letak sungsang dan letak oblig (Saifudin 2009, h. 581). rnInsiden letak lintang terjadi kira-kira 1:300 kehamilan mendekati cukup bulan. Hanya 17% dari kasus ini yang tetap berada pada letak lintang saat awitan persalinan, sebagian besar adalah multigravida. Kepala terletak pada salah satu sisi abdomen, dengan bokong berada sedikit lebih tinggi pada sisi lainnya.Punggung janin dapat terletak di anterior atau posterior (Myles 2009, h.216).rnKomplikasi dalam kehamilan yang dapat menyebabkan kegawatdaruratan selain anemia, malpresentasi dan malposisi bisa dikarenakan oligohidramnion. Kegawatdaruratan merupakan kejadian tidak terduga yang memerlukan tindakan segera. Kegawatdaruratan dapat terjadi pada penanganan obstetrik maupun neonatal. Penatalaksanaan kegawatdaruratan meliputi pengenalan segera kondisi gawatdarurat, stabilisasi keadaan penderita, pemberian oksigen, infus, terapi cairan, tranfusi darah dan pemberian medikamentosa maupun upaya rujukan lanjutan (Maryunani dan Puspita, 2013 h. 1).rnKasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal salah satunya oligohidramnion. Oligohidramnion merupakan suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari 500 ml (Sofian 2012, h. 175) . Penyebab dari oligohidramnion belum di ketahui dengan pasti, namun dapat disimpulkan penyebab oligohidramnion ada dua, diantaranya penyebab primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik dan penyebab sekunder karena ketuban pecah dini ( Sofian 2012, h. 175). Sementara itu risiko pada janin dengan oligohidramnin berupa penekanan tali pusat yang mengakibatkan distress janin (Leveno 2017, h. 120).rnPeriode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarga secara fisiologis, emosional, dan sosial (Saifudin 2009, h. 357). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Sehingga kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah yang terjadi (Saleha 2009, h. 6). Bidan berperan penting dalam menilai status ibu dengan memberikan asuhan mobilisasi dini, pemberian antibiotika, dan cairan pengganti (Manuaba 2012, hh. 284-286) dan perawatan ibu nifas post SC meliputi observasi TTV, produksi urin, ganti balut, diet bertahap pasca operasi (Rasjidi 2009, h. 54).rnTidak hanya persalinan dan nifas, bidan juga harus memantau keadaan bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti 2013 h.2). Bayi baru lahir harus beradaptasi dengan keadaan yang sangat bergantung sampai menjadi mandiri.Banyak perubahan yang dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan rahim ke lingkungan luar rahim (Tando 2016, h. 29).rnBerdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2017, dari seluruh sasaran ibu hamil sebanyak 17300 orang, ibu yang mengalami anemia <8 gr% sebanyak 542 orang (3,13 %). Puskesmas Kedungwuni I merupakan salah satu puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan dengan sasaran ibu hamil sebanyak 926 orang, ibu hamil yang mengalami anemia <8 gr% sebanyak 5 orang (0,53 %). Sedangkan kehamilan dengan faktor resiko di Kabupaten Pekalongan sebanyak 7381 orang (42,67%), sedangkan kehamilan dengan faktor risiko di Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 374 orang (40,37%) dan berdasarkan data dari RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan, kasus persalinan dengan sesarea sejumlah 1406 orang (50,64%) dari 2776 orang seluruh jumlah persalinan pada tahun 2017, sedangkan persalinan dengan komplikasi sebanyak 1370 orang (49,4%) dari 2776 orang seluruh jumlah persalinan pada tahun 2017.rnBerdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan sebuah asuhan kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Dengan Risiko Tinggi Pada Ny.S Di Desa Rowocacing Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan.†rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2018 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |