ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. K DI DESA TANGKIL KULON WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGA
Pengarang : Nita Karisma, Fitriyani, Lia Dwi Prafit
Kata Kunci   :Persalinan normal
A. Latar Belakang
Salah satu target SDGS (Sustainable Development Goals) pada
tahun 2030 yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga di
bawah 70/100.000 kelahiran hidup dan menurunkan angka kematian bayi
(AKB) hingga 12/1000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes RI
2015, hh.24-25). AKI di Jawa Tengah mengalami penurunan dari
291/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2017 menjadi 144/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2018, sedangkan angka kematian bayi (AKB)
di Jawa Tengah mengalami penurunan dari 9,7 per 1000 pada tahun 2017
menjadi 9,5 per 1000 kelahiran hidup tahun 2018 (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah 2017).
Penyebab kematian ibu dibagi menjadi penyebab langsung dan
tidak langsung. Berdasarkan kajian faktor risiko ibu dan bayi tahun 2016
penyebab kematian langsung kematian yang disebabkan komplikasi
kehamilan dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Komplikasi yang dimaksud antara lain perdarahan
antepartum dan postpartum, preeklamsia atau eklamsia, infeksi persalinan
macet, dan kelainan dalam kehamilan muda. Penyebab kematian tidak
langsung adalah penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul
sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilannya misalnya usia lebih dari 35 tahun, penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, malaria,
anemia, tuberkulosis, HIV/AIDSA, diabetes (Hoelman dkk, 2015).
Banyak faktor risiko ibu hamil dan salah satu faktor yang penting
adalah usia wanita diatas 35 tahun dapat memengaruhi keadaan
kehamilannya seperti kondisi fisik ibu, penurunan kondisi rahim, dan
penurunan kondisi otot-otot panggul. Faktor usia tua menyebabkan risiko
timbulnya penyakit penyakit yang menyertai umur semakin meningkat,
terjadinya penyakit jantung dan kanker menjadi lebih besar. Kombinasi
antara penyakit usia tua dan kehamilan tersebut yang menyebabkan risiko
meninggal atau cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi
(Sukarni dan Margareth, 2013). Menurut Detiana (2010) ibu hamil dengan
usia > 35 tahun dapat berisiko terjadi preeklamsia, hipertensi, dan ketuban
pecah dini. Angka kejadian di Jawa tengah preeklamsia (67,57%),
hipertensi (25 %), infeksi (5%) (Dinkes Jateng, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Danur (2018) menyatakan bahwa
peran bidan dalam pemantauan dan deteksi dini risiko tinggi kehamilan
dapat dilakukan bidan dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochyati
(KSPR) yang bertujuan mendeteksi secara awal kondisi/status kehamilan
seorang ibu apakah masuk pada kelompok ibu tidak berisiko atau berisiko.
Tindakan ini didapatkan oleh ibu hamil saat melakuka kunjungan pertama
kehamilan. Karena tujuan kunjungan ini adalah menjaga agar ibu hamil
dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi sehat tanpa adanya penyulit, kelainan
dan komplikasi (Danur, 2018).
Menurut Yayuk dan Luluk Hidayah (2013) menyatakan bahwa
puting susu terbenam Grade I adalah puting susu yang tertarik kedalam
sehingga mudah ditarik keluar dan bertahan cukup baik. Masalah yang
dapat terjadi pada puting susu tidak menonjol dapat mengganggu saat
proses menyusui atau memberikan ASI, menyulitkan bayi prematur, lemah
atau bayi yang lagi sakit untuk menyusu, dapat membuat bayi mengalami
kesulitan saat melakukan pelekatan dan menyebabkan ASI susah keluar.
Dapat diatasi dengan cara perawatan yang dilakukan terhadap payudara
yang bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI.
Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu
1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Perawatan
payudara yang dilakukan meliputi pengurutan payudara, pengosongan
payudara, pengompresan payudara dan perawatan puting susu dan
mengajarkan teknin spuit dan posisi menyususi yang baik dan benar.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi komplikasi pada persalinan
dengan risiko tinggi adalah dengan melakukan pemeriksaan Antenatal
Care (ANC) secara rutin minimal 4x selama kehamilan, memberikan
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan janin serta upaya terintegrasi
dan lengkap dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
kramanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan. Pentingnya persalinan dengan faktor risiko atau risiko tinggi
yaitu untuk mencegah terjadinya persalinan prematuritas, kekuatan
mengejan terganggu dan his tidak kuat, kala I lama, kala II lama, serta
perdarahan sekunder dan atonia uteri. Asuhan yang bersih dan aman
selama proses persalinan dan setelah kelahiran bayi, serta upaya sikap
pencegahan komplikasi terhadap perdarahan setelah persalinan, hipotermi,
serta asfiksia bayi baru lahir merupakan dasar asuhan persalinan normal.
Tujuan utamanya adalah mencegah dari komplikasi yang terjadi guna
mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir
(Saifudin, 2014, h.334).
Kondisi persalinan ibu akan mempengaruhi pada masa nifas.
Karena selama masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologi dan
psikologi. Periode masa nifas meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi,
dan keluarga secara fisiologis, emosional dan sosial (Saifudin, 2014,
h.357). Asuhan pada masa nifas bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu
dan bayi, baik secara fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining
yang komprehensif, mendeteksi, mengatasi, atau merujuk jika ibu dan bayi
terjadi komplikasi (Pratami, 2016, h.281).
Asuhan kebidanan tidak hanya diberikan kepada ibu, tetapi juga
sangat dibutuhkan untuk bayi baru lahir (BBL). Penatalaksanaan
persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila bayi yang baru dilahirkan
dalam kondisi yang optimal, walaupun sebagian proses persalinan
berfokus utama pada ibu (Marmi, 2012, h.2). Periode neonatus terjaditransisi dari kehidupan dalam kandungan ke luar kandungan yang
membutuhkan pemantauan yang ketat, untuk memastikan kemampuan
bertahan hidup (Saputra, 2014, h.16).
Pada neonatus dengan kehamilan faktor risiko dampak yang sering
terjadi adalah BBLR pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi
selalu menjadi paerhatian utama karena dapat terjadi komplikasi.
Komplikasi dapat dicegah dengan pelayanan kebidanan yang berkualitas
dari bayi baru lahir sampai dengan 1 bulan. Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi komplikasi pada neonatus dengan kehamilan faktor risiko
diantaranya dengan melakukan kunjungan neonatus sesuai dengan jadwal
kunjungan neonatus (Putra, 2012, h. 185).
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2019
diketahui dari 27 puskesmas jumlah ibu hamil sebanyak 17.462 orang.
Dari data tersebut dapat dilihat ibu hamil dengan faktor risiko usia > 35
tahun di Kabupaten Pekalongan sebanyak 1.262 (7,22 %) sedangkan
jumlah ibu hamil di Puskesmas Kedungwuni II tahun 2019 mencapai 966
orang. Jumlah ibu hamil dengan faktor risiko usia > 35 tahun 101 (10,4
%).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk memberikan
Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. K di Desa Tangkil Kulon Wilayah
Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan Tahun 2020.
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2020 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |