Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N di Desa Pajomblangan Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni 1 Kabupaten Pekalongan
Pengarang : Lutfiatul Aula, Risqi Dewi Aisyah, Nina Zuha
Kata Kunci   :Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N di Desa Pajomblangan Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni 1
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan ataupun terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2015-2030 yaitu menurunkan AKI di bawah 70/100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2030. Jumlah kematian ibu di Indonesia menurut tahun 2018-2019 terdapat penurunan dari 4226 menjadi 4221 kematian ibu di Indonesia berdasarkan laporan (Kemenkes RI 2020).
Penyebab langsung dan tak langsung AKI. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu adalah Perdarahan (27,03%), eklamsia (33,7%) dan infeksi (15,7%). Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kekurangan Energi Kronik pada kehamilan (37%), Anemia pada kehamilan (40%) dan masih banyaknya kasus 3 terlambat dan 4 terlalu (Dinas Kesehatan Indonesia 2020).
Faktor tidak langsung kematian ibu diantaranya adalah faktor usia terlalu tua yaitu usia diatas 35 tahun. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah 20-35 tahun. Kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan kehamilan risiko tinggi karena diusia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya (Rangkuti, Harahap, 2020, h. 513).
Semakin tua umur ibu hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Untuk ibu hamil yang berumur > 35 tahun perlu energi yang besar karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Suwito dan Susilowati,2019)
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Karena itu, kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Karena peningkatan jumlah konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Maka kurang mengkonsumsi kalori akan menyebabkab malnutrisi atau biasa disebut Kurang Energi Kronis (KEK) (Rahmaniar,2013).
Salah satu masalah pada kehamilan yang mempengaruhi keadaan perkembangan janin yaitu Kekurangan Energi Kronis (KEK). Riset kesehatan Dasar Tahun 2018 menunjukkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun) masih cukup tinggi yaitu sebesar 17,3%. Pada tahun 2020 berdasarkan jumlah yang terkumpul dari 34 provinsi menunjukkan dari 4.656.382 ibu hamil disimpulkan bahwa presentasi ibu hamil dengan risiko KEK sebesar 9,7% (Kemenkes RI,2020)
Menurut penelitian Wijianto ada hubungan yang bermakna antara risiko KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang berisiko kekurangan energi kronis (KEK) berpeluang menderita anemia 2,76 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak berisiko, umur kehamilan trimester III berpeluang 1,92 kali lebih besar dibanding trimester I dan II (Rahmaniar, 2013).
Berdasarkan data dari 34 provinsi di Indonesia dan 497 Kota atau Kabupaten menunjukkan proporsi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%. Pada tahun 2018 presentasi ibu hamil yang mengalami anemia tersebut meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 hampir separuh atau sebanyak 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia atau kekurangan darah (Riyani, Marianna, Hijriyati, 2020, h. 179).
Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan. Ibu hamil dengan anemia , memiliki frekuensi lebih besar untuk mengalami anemia. Selain pada masa kehamilan, upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Pertolongan oleh tenaga kesehatan harus dilakukan skrining rapid tes. Ibu hamil inpartu dengan hasil skrining rapid test positif tetap dilakukan pengambilan spesimen dan pemeriksaan PCR, serta penetapan statusnya (OTG/ODP/PDP atau non-COVID-19). Persalinan per vaginam dengan rapid test negatif dan tidak didiagnosa sebagai ODP/PDP dilayani oleh bidan/dokter menggunakan APD level-2 . Persalinan per vaginam dengan rapid test positif atau terkonfirmasi COVID-19 atau telah didiagnosa OTG/ODP/PDP dilayani oleh dokter yang wajib menggunakan APD level-3.(Kemenkes RI,2020)
Masa dimana seorang ibu menyelesaikan persalinan disebut masa nifas. Jika ibu harus isolasi, maka dilakukan konseling untuk isolasi terpisah antar ibu dan bayinya selama 14 hari sesuai batas risiko transmisi. Pemisahan sementara bertujuan untuk mengurangi kontak antara ibu dan bayi. Berdasarkan laporan rutin Kabupaten / Kota tahun 2019 diketahui bahwa cakupan pelayanan nifas Provinsi Jawa Tengah sebesar 98,41 persen, mengalami sedikit peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun 2018 yaitu 98,03 % (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Pada masa neonatal (0-28 hari) terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam Rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Salah satu pelayanan yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah penimbangan. Capaian KNI Indonesia pada tahun 2019 sebesar 94,9%, lebih kecil dari tahun 2018 yaitu sebesar 97,4% (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2021 dari data 27 Puskesmas menunjukkan jumlah ibu hamil sebanyak 16.738 orang. Ibu hamil dengan resiko tinggi di wilayah Kabupaten Pekalongan sebanyak 5.713 ibu hamil (34%). Data ibu hamil KEK di Kabupaten Pekalongan sebanyak 1.768 orang atau 19% . Data ibu hamil anemia (8-11 mg/dl) di Kabupaten Pekalongan sebanyak 6.053 orang (45%) . Sedangkan data ibu hamil di Puskemas Kedungwuni I sebanyak 872 ibu hamil, Data ibu hamil dengan resiko tinggi usia > 35 tahun di Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 51 orang (17%). Data Ibu hamil dengan KEK di Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 116 orang (13%). Data Ibu hamil amenia (8-11mg/dl) di Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 148 orang (13%). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di Desa Pajomblangan Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan Tahun 2022”.
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2022 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |