Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN


Pengarang : Ramadhana Harits Sasmita, Rini Kristiyanti, Lia Dwi Prafit


Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Menurut World Health Organization (WHO), indikator kesejahteraan suatu bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian saat persalinan. Makin tinggi angka itu, makin rendah kesejahteraan suatu bangsa. Di Indonesia angka kematian ibu masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat (Hidayat, 2010, h.iii). rnMenurut Ambarwati & Sriati (2009, h.9) kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan masa nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan. Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2012 menyebutkan angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia saat melahirkan adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dalam Factsheet Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kemenkes RI penyebab kematian ibu terbanyak masih didominasi perdarahan 32%, disusul Hipertensi dalam kehamilan 25%, infeksi 5%, partus lama 5% dan abortus 1% (Depkes, 2013, h.2), selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 ”terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan ( lebih dari 35th ), terlalu muda saat melahirkan ( kurang dari 20th ), terlalu banyak anak (lebih dari 4 anak), terlalu rapat jarak kehamilan (paritas) ( kurang dari 2 th ) ( Depkes, 2012, h.12 ).rnMenurut Manuaba (2012, h.73) kehamilan resiko tinggi adalah keadaan pada kehamilan (yang dihadapi), yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin. Usia lebih dari 35 tahun merupakan salah satu dari faktor resiko kehamilan. Menurut Saifuddin ( 2009, h. 29 ) usia lebih dari sama dengan 35 tahun termasuk dalam Faktor Resiko I yaitu Ada Potensi Gawat Obstetrik (APGO). Menurut Muharam dari Sam Marie Familly Health care mengemukakan kepada Human Health, beberapa risiko yang dihadapi wanita hamil diatas 35 tahun, yaitu janin mengalami kelainan genetik dan lahir cacat, meski bukan penyakit turunan, namun menurut teori, perempuan berusia separuh baya berisiko lebih besar mendapatkan buah hati dengan kelainan genetik juga berpeluang mengalami keguguran, komplikasi saat kehamilan seperti anemia, tekanan darah tinggi, diabetes saat hamil dan kesulitan melahirkan.rnSalah satu faktor risiko dari usia lebih dari 35 tahun adalah anemia. Akibat anemia itu sendiri tidak juga dapat terjadi pada masa kehamilan tetapi dapat timbul pada saat persalinan dan nifasnya. Pada saat hamil dapat terjadi abortus, missed abortion, dan kelainan kongenital. Pada saat persalinan komplikasi yang dapat terjadi adalah terjadi gangguan His (kekuatan mengejan), kala 1 lama, partus macet, pada saat kala III dapat terjadi retensio plasenta dan pada saat kala IV dapat terjadi perdarahan sekunder. Saat masa nifas dapat terjadi komplikasi seperti terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan postpartum, mudah terjadi infeksi puerperium, pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia saat masa nifas dan mudah terjadi infeksi mammae. Akibat anemia pada janin dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir endah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapatkan infeksi sampai kematian (Manuaba 2010, h. 240).rnMasa nifas (puerperium) menurut Bahiyatun (2009,h.2) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat - alat kandungan kembali seperti pra hamil. Tujuan dari asuhan masa nifas adalah memulihkan kesehatan umum penderita, mempertahankan kesehatan psikologis, mencegah infeksi dan komplikasi, memperlancar pembentukan ASI dan mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.rnBayi baru lahir (Newborn) atau neonatus adalah bayi, dari lahir sampai 4 minggu, biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Maryunani, 2010, h.121). Asuhan pada bayi baru lahir normal bertujuan untuk memberikan asuhan yang komprehensif pada bayi baru lahir pada saat masih di ruang perawatan, misalnya memantau tanda - tanda vital, menimbang berat badan serta mengukur panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada, memulai proses bonding attacment dan kontak kulit antara ibu dan bayinya, menjaga bayi agar tetap hangat, melakukan metode stimulasi atau rangsangan taktil segera, seperti mengusap punggung dan memiringkan bayi, mengajarkan kepada orang tua cara merawat bayi baru lahir, memberi motivasi kepada orang tua agar mereka percaya diri (Saputra,2014,h.10).rnBerdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan AKI di Kabupaten Pekalongan adalah sekitar 39 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Jumlah ibu hamil di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2014 adalah 16.590 orang. Di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni II didapatkan data selama satu tahun sebanyak 97 (11,1%) ibu hamil berusia lebih dari 35 tahun dari sasaran ibu hamil yaitu sebanyak 873 orang, dan angka kejadian tetinggi di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni II adalah anemia yaitu sebanyak 121 ibu hamil (13,8 %). Oleh karena itu penulis tertarik untuk menerapkan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan Tahun 2015. rn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2015
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia