Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI HERNIA SKROTALIS DEXTRA PADATn. NDI RUANG DAHLIARSUDBATANGKABUPATENBATANG TAHUN 2015


Pengarang : Abdi Ni'man Nasir, Tri Sakti Wirotomo, Nuniek Nizmah Fajriy


Kata Kunci   :KTI BEDAH HERNIA SKROTALIS DEXTRA

Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya (Pierce, 2006). Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (Sjamsuhidajat, 2005). Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut, tetapi jika tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus dapat terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada dinding perut agar hernia inguinalis tidak berulang (Suratun, 2010).rnInsidensi hernia inguinalis menurut usia diperkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang 25–40 tahun 5–8 %, di atas 75 tahun 45 %. Sedangkanmenurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis pada pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita. Menurut laporan di Amerika Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinalis di rumah sakit adalah 3,9% untuk laki-laki dan 2,1% untuk perempuan. Insiden hernia lebih rendah pada pasien obesitas (Body Mass Index > 30), dibandingkan dengan pasien yang tidak obesitas dengan perbandingan 8,3% dan 15,6%. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang, pekerjaan berat mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hernia inguinalis dengan odds ratio sebesar 3,73. Menurut Risk and prognosis of inguinal hernia in relation to occupational mechanical exposures durasi pekerjaan juga dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya hernia inguinalis yaitu pada pekerjaan sedang dan berat yang dilakukan selama lebih dari 1 tahun dengan peningkatan risiko sebesar 4 kali. Prevalensi hernia pada olahragawan diantaranya adalah atletik dengan nyeri punggung kronik adalah 50%.Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Insiden hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian bilateral dari insiden tersebut mendekati 10% (Sjamsuhidajat 2004). Olahraga yang meningkatkan risiko hernia scrotalis adalah olahraga atletik dan sepak bola. Riwayat keluarga merupakan faktor predisposisi terjadinya hernia. walaupun bukan faktor utama yang mempengaruhi kejadian hernia scrotalis (Vera, 2014)rnTanda dan gejalaawal hernia biasanya tidak disadari, namun keadaan tersebut sakit, bila terasa sakit baru berobat ke dokter atau tenaga kesehatan yang lain (De Jong, 2004). Keadaan ini timbul biasanya pada golongan menengah kebawah, dimana gizi yang buruk dapat mempengaruhi perkembangan otot perut. Juga dengan tanda dan gejala dari penyakit hernia inguinalis, yang pada umumnya adanya benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral. Seseorang biasanya akan membiarkan saja karena tidak mengetahui bagaimana penyakit tersebut sehingga dapat diputuskan tindakan secara tepat, apalagi insiden yang terjadi pada anak-anak, maka sangat diperlukan suatu tindakan secara dini dan tepat. rnAdapun insiden hernia menurut WorldHealth Organization (WHO) selama tahun 2010, di Indonesia tercatat 32,9% atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi kegemukan. Jika dibandingkan dengan data obesitas pada tahun 2008 yang hanya 9,4%, maka dapat disimpulkan bahwa angka obesitas di Indonesia semakin meningkat (Vera, 2014).rnPenyakit hernia di Indonesia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari – Desember 2007 diperkirakan 425 penderita. Peningkatan angka kejadian penyakit hernia inguinalis lateralis di Indonesia khususnya propinsi Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiawi pun semakin komplek, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentu itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh (Wahid, 2012).rnData rekam medis yang didapatkan penulis di RSUD Batang Kabupaten Batang, khususnya di ruang dahlia pada tahun 2014 ada 145 dengan kasus hernia, sedangkan pada bulan Januari tahun 2015 tercatat 10 kasus hernia. Dari jumlah pasien tersebut, sebagian besar yang mengalami post operasi hernia merupakan laki – laki dengan mayoritas usia lanjut. Hal ini membuktikan bahwa angka kesakitan terjadi lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang terjadi pada perempuan.rnPerawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut bisa mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Termasuk salah satunya dalam perawatan pasien saat post operasi. Perawatan post operasi dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir saat pasien dikirim ke ruang operasi. Perawatan post operasi yang efektif dapat mengurangi resiko post operasi, salah satu prioritas keperawatan pada periode ini adalah mengurangi kecemasan pasien (Wahid, 2012). Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk lebih mendalami penyakit hernia khususnya hernia skrotalis dextra dan keingintahuan penulis tentang penyebab yang sering muncul pada penyakit hernia me njadi alasan bagi penulis untuk mengabil kasus pada pasien post operasi hernia selain itu penulis juga ingin mengetahui mengapa kasus hernia cenderung terjadi pada laki-laki khususnya usia lanjut dan dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus “Asuhan Keperawatan Post Operasi Hernia Skrotalis Dextra Pada Tn. N Di Ruang Dahlia RSUD Batang Kabupaten Batang”rn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2015
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia