ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.R DI DESA PRAWASAN TIMUR WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015
Pengarang : Wien Suryani, Suparni, Wahyu Ersi
Kata Kunci   :Asuhan Kebidanan Komprehensif
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 2012, Angka Kemtian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 100.00 kelahiran hidup. AKI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkaan laporan dari kabupaten atau kota sebesar 116 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes 2012, h. 13). Pada tahun 2013 AKI mengalami peningkatan sebesar 388 per 100.000 kelahiran hidup (Suyono 2013). Data AKI di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2013 sebesar 175 per 100.000 kelahiran hidup dan meningkat 243 per 100.00 kelahiran hidup pada tahun 2014. Tiga penyebab utama kematian ibu tahun 2014 di Kabupaten Pekalongan adalah eklamsi 41 %, perdarahan 15 % dan infeksi 8 % (Dinkes Kabupaten Pekalongan 2013, 2015). nKematian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kematian obtetrik langsung dan tidak langsung. Kematian obstetrik langsung disebabkan karena perdarahan, infeksi dan eklamsia. Perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Kematian obstetri tidak langsung meliputi anemia, Kurang Energi Kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu†(terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering dan terlalu banyak) (Saifuddin 2008, h.6). nAnemia dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian tidak langsung. Menurut Tarwanto dan Wasnindar (2007 h, 30) menyatakan bahwa anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25 % dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu (Kusmiyati 2009, h. 67). Peningkatan tajam volume plasma yang terkait dengan kehamilan normal menyebabkan pengenceran sejumlah sel darah merah. Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar hemoglobin (Holmes 2008, h. 34).nPenyebab anemia bergantung pada status besi sebelumnya dan suplementasi prenatal. Penyakit ini dipengaruhi oleh kebiasaaan pola makanan ditambah dengan kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengganggu proses penyerapan zat besi seperti seperti kopi dan teh (Arisman 2010, h. 174). Penanganan anemia dengan pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup ntuk mencegah anemia. Perlu didiagnosis banding sehingga terapi ditujukan dengan tepat (Saifuddin 2008, h.282). Komplikasi anemia dalam kehamilan trimester kedua dan ketiga perdarahan prematur, perdarahan antepartum, BBLR, gestosis-dekompensasio (Manuaba 2007, h. 38). Menurut Sullivan (2009, h. 84), kadar hemoglobin seharusnya meningkat 0,8 g/dl setiap minggu. Reevaluasi harus dilakukan jika tidak ada respon klinis atau hematologis setelah 3-4 minggu menjalani terapi preparat zat besi oral, sehingga dapat diketahui kadar hemoglobin sebelum persalinan.nUntuk memberikan asuhan kebidanan yang optimal, diperlukan asuhan antenatal yang baik dengan memperhatikan perlunya pengetahuan dan kemampuan untuk menangani perubahan yang terkait dalam proses kehamilan (Saifuddin 2008, h. 213). Sesuai dengan standar kebidanan nomor 6, bahwa pengelolaan anemia dalam kehamilan dilakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Nurmawati 2010, h. 25). Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima oleh wanita selama hamil dan sangat penting dalam membantu memeriksa bahwa ibu dan bayi selamat dalam kehamilan dan persalinan (Mufdlilah 2009, h. 1).nPelayanan antenatal selama kehamilan sangat diperlukan untuk mempersiapkan proses persalinan agar ibu lebih siap dan dapat mendeteksi adanya komplikasi. Komplikasi anemia pada kehamilan selama proses persalinan akan menyebabkan gangguan his atau kekuatan mengejan, kala satu lama, kala dua berlangsung lama dan dapat menyebabkan kelelahan, kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum akibat atonia uteri dan pada kala empat dapat terjadi perdarahan post partum (Manuaba 2007, h. 38).nAsuhan pada masa nifas sangat penting, karena masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Tujuan dilakukan asuhan pada masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saifuddin 2008, h. 123). Pada ibu nifas dengan riwayat kehamilan anemia dapat terjadi infeksi peuperium dan perlukaan sukar sembuh (Manuaba 2007, h. 38). Pada janin akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba 2010, h. 240). nBerdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan dari bulan Januari-Desember 2014 terdapat ibu hamil sejumlah 16.310, sebanyak 7,3 % yang mengalami anemia. Di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I terdapat 989 ibu hamil 23,5 % diantaranya mengalami anemia. Jumlah persalinan 884 persalinan, jumlah kunjungan nifas sebanyak 875 (99 %) dan kunjungan neonatus lengkap sebanyak 819 (90,9 ). Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R di Desa Prawasan Timur Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan Tahun 2015â€.n
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |