ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.U DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015
Pengarang : Frisma Mytayana, Suparni, Sandi Ary Susiat
Kata Kunci   :ANEMIA, KPD, RETENSIO PLASENTA
BAB IrnPENDAHULUANrnrnA. Latar BelakangrnPembangunan kesehatan pada dasarnya menitikberatkan pada penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena seluruh komponen lain akan dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Ibu yang sehat akan menghasilkan bayi yang sehat akan menjadi generasi yang kuat (Effendi 2009, h. 205). Salah satu indikator penting dan yang menjadi acuan dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa adalah angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi. Angka kematian ibu dan bayi terhitung sejak masa kehamilan sampai masa nifas. Oleh karena itu, pendamping maksimal dan deteksi dini perlu dilakukan seawal mugkin (Sulistyawati 2009).rnMenurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000 kelahiran hidup), Vietnam (59/100.000 kelahiran hidup), Indonesia (359/100.00 kelahiran hidup). Dari angka tersebut menunjukkan AKI di negara berkembang lebih tinggi, dibandingkan negara-negara maju angkanya sangat jauh berbeda seperti Singapore (3/100.000 kelahiran hidup), Australia (7/100.000) dan Jepang (5/100.000 kelahiran hidup).rnAngka Kematian Ibu (AKI) yang dicapai masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup (Sulistyawati, 2012). Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan dari daerah menunjukkan jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 sebanyak 5.019 orang, sedangkan jumlah bayi yang meninggal mencapai 160.681 bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2014).rnKematian ibu dibedakan menjadi dua yaitu direct obstetric deaths yaitu kematian ibu yang langsung disebabkan oleh komplikasi obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin dan nifas seperti perdarahan, infeksi, eklampsi, partus macet, abortus dan ruptur uteri. Indirect obstetric deaths yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit, yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan atau persalinan, seperti kurang energi kronis dan anemia (Safrudin 2009, h. 102).rnBerdasarkan distribusi presentase penyebab kematian ibu melahirkan, ada tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yaitu perdarahan 28%, eklamsia 24% serta infeksi 11%. Penyebab utama kematian ibu bersalin yaitu akibat perdarahan yang disebabkan karena anemia (WHO). Anemia adalah kondisi yang berbahaya bagi ibu hamil. Anemia dapat disebabkan ketidakcukupan asupan makanan akibat mual muntah atau kurang asupan zat besi (Sinsin 2009, h. 64).rnFrekuensi anemia dalam kehamilan di seluruh dunia cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% (Wiknjosastro 2006, h. 450). Berdasarkan konsumsi tablet Fe diketahui bahwa variasi jumlah asupan zat besi ibu hamil di Indonesia sebesar 89,1% dan 33,3% mengkonsumsi minimal 90 hari selama kehamilan (Depkes, 2014). Tubuh mengalami perubahan yang signifikan saat hamil. Jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20-30%, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pemasukan zat besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin (Proverawati 2011, hal. 128).rnAnemia yang terjadi pada ibu hamil dapat berakibat fatal. Wanita yang mengalami anemia kurang dapat mentoleransi perdarahan selama persalinan dan mudah mengalami infeksi. Kondisi perdarahan yang terjadi selama persalinan jika tidak ditangani dengan benar dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu pasca persalinan (Emilia 2010, h. 93).rnPersalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke unia luar, dari rahim melalui jalan lahir, atau dengan jalan lain (Mochtar 2012, h. 69). Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko mengalami partus lama, perdarahan dan infeksi persalinan (Tino 2009, h.33). rnBagian yang penting dalam proses kehamilan dan persalinan adalah masa nifas. Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang waktu kira-kira selama 6 minggu. Neonatus merupakan bayi yang berusia antara 0- 28 hari (Marmi, 2012, h.1) rnBerdasarkan data yang didapat penulis dari Dinas Kesehatan, selama 1 tahun terakhir yaitu data dari bulan Januari-Desember 2014 didapatkan bahwa di Kota Pekalongan mempunyai 16310 sasaran ibu hamil dan diantara ibu hamil tersebut 13,70% ( 2234 orang) hamil dengan anemia. Puskesmas Wonopringgo merupakan salah satu puskesmas di Kota Pekalongan. Penulis memperoleh data dari bulan Januari 2014-Desember 2014 menunjukkan bahwa di Puskesmas Wonopringgo memiliki sasaran ibu hamil 780 orang dan terdapat 57 ibu hamil dengan anemia (7,31%). rnDari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan yaitu Asuhan Kebidanan pada Ny. U dengan anemia ringan di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan Tahun 2015.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |