Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DIABETES MILITUS PADA PM.M BALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BISMA UPAKARA PEMALANG


Pengarang : Nailil Mazaya, Siska Yuliana


Kata Kunci   :keperawatan gerontik

Keberhasilan pembangunan yang dicapai suatu bangsa terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH). Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Indonesia meningkatkan UHH di Indonesia. Berdasarkan laporan BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2000 UHH di Indonesia mencapai 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansiapada tahun 2000 mencapai 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun 2010 (persentase penduduk lansia mencapai 7,56%) dan pada tahun 2011 UHH di Indonesia meningkat menjadi 69,95 tahun (dengan persentase penduduk lansia mencaoai 7,58%). Laporan PBB memprediksikan UHH di Indonesia pada tahun 2045-2050 mencapai 77,6 tahun (dengan persentase lansia di Indonesia mencapai 28,68%). (Sofia Rhosma Dewi 2014 h.2). rnBerarti proses menua berkaitan dengan kadar hormon di dalam tubuh. Hormon tubuh ini diatur oleh sistem jaingan biokimiawi yang kompleks dan rumit. Bermacam-macam hormon tubuh kita bekerja sama mengatur fungsi organ tubuh. Pada proses penuaan, produksi hormon tubuh akan berkurang sehingga kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri menjadi menurun. Oleh karena itu, para ahli mengatakan bahwa terapi hormon pengganti adalah penting untuk menunda proses penuaan. Hal ini menjadi salah satu dasar pengembangan ilmu aging. (Ismail &Hanna 2009 h.3)rnProses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang di karuniai umur panjang. Adapun pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang mereka akan mengalami kemunduran terutama dalam kemampuan fisik. Hal ini tentunya mengakibatkan lansia rentan terkena berbagai gangguan penyakit, salah satunya penyakit yang sering terjadi pada lansia yaitu penyakit Diabetes militus.(Nugroho 2008 h. 13)rnPendapat umum menyatakan bahwa pada usia lanjut kita hanya berhadapan dengan Diabetes tipe2 (DM-2). Memang sebagian besar benar demikian, tetapi kini ada tandensi lain karena Diabetes tipe-1 (DM-1) di usia lanjut bertambah, ditambah pula dengan ‘insulin requiring cases’ dan LADA. Meskipun ada impaired immunological response, kerusakan sel beta primer (DM-1) masih mungin terjadi pada usia lanjut. Diusia lanjut terdapat 5% IGT ringan atu berat. Di barat 1/6populasi di atas 60 th DM dan diatas 85 th ¼ nya diabetes. Di USA 10.6% usia dibawah 40 tahun menderita diabetes, sedangkan diatas 80 tahun 40% diabetes. Pada usia lanjut sehat sehingga umur 73 tahun, bahwa sensitivitas insulin dan toleransi glukosa dipengaruhi terutama oleh distribusi lemak regional (WHR), dan bukannya oleh oleh usia, obesitas ataupun VO2 max (Boedhi-Darmojo 2011 h. 409).rnPada dasarnya pengelolaan diabetes militus usia lanjut tidak berbeda dengan pengelolaan pada usia muda. Perubahan disana-sini disebabkan karena penyesuaian karena terjadinya perubahan pada usia lanjut tersebut, dan strateginya perlu di individualiskan. Misalnya apakah sudah ada gangguan visus, neuropati, nefropati, komplikasi vaskuler. Kita harus mencegah terjadinya drug-induced hipoglikemi. Awali dengan pengaturan makan (biasanya ia under nourished), dan secara bertigkat menggunakan obat. Mulai monoterapi, kemudian terapi kombinasi SU dengan sensitizers, dan baru dengan insulin kalau kombinasi tidak berhasil. Kombinasi insulin sore hari dengan ‘long-acting sulfonilurea’ seperti glimepiride mampu menurunkan glukosa darah apabila polfarmasi OAD gagal (Bodhi-Darmojo 2011 h.412).rnMenurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes militus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin , kerja insulin atau kedua-duanya. Keadaan hiperglikemi kronis dari diabeetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes militus merupakan gangguan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemi bersama dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh defek sekresi insulin dan aksi insulin (Alberti,2010 h.17). Sedangkan diabetes militus yang terjadi pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemukan pada usia lanjut. Berdasarkan epidemiologi prevalensi diabetes militus pada kaum lanjut usia yang berusia >60 tahun 61% menderita diabetes militus tipe II (Darmojo 2004 h.319 ).rnDiantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa datang. Diabetes sudah merupakan ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization) (2015), memperkirakan jumlah penderita Diabetes militus di Indonesia akan terus melonjak, dari semula 8,4 juta penderita di tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta di tahun 2030. Sedangkan kelompok penderita diabetes militus yang berusia >60 tahun sekitar 2juta lansia. (http://sehat.link/data-prevalensi-penderita-diabetes-di-indonesia.info)rnBerbagai provinsi yang ada di Indonesia jumlah prevalensi kejadian DM cukup tinggi di propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan laporan program yang berasal dari rumah sakit dan puskesmas di Jawa Tengah tahun 2013, kasus DM secara keseluruhan sebanyak 457.699. Kasus tersebut dibagi 2 yaitu kasus DM yang tidak tergantung insulin yaitu sebesar 72.268 dan kasus DM yang tergantung insulin sebanyak 385.431. Sedangkan pada usia lanjut yang menderita DM sekitar 7,5% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013).rnPraktik klinik keperawatan Gerontik STIKES Muhammadiyah Pekajangan-Pekalongan tahun 2016 di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang dari bulan januari-april 2016 jumlah lansia sebanyak 90 lansia. Diabetes militus berada di posisi ke-6 dengan rincian sebagai berikut : hipertensi sebanyak 30 lansia (35%), artitid rheumatoid 21 lansia (29%), arthritis gout 15 lansia (20%), stroke 10 lansia (5%), sisanya hampir merata yakni dengan diagnosa gastriris 8 lansia (4%), diabetes militus 6 lansia (2%) dan kemudian sisanya 10 lansia (5%) lain-lain. (Arsip Balai Pelayanan Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang).rnAngka kejadian Diabetes militus meningkat dari tahun ke tahun yang bisa menimbulkan komplikasi berbahaya seperti: hipertensi, stroke, katarak, jantung, gagal ginjal dan lain sebagainya, dan banyaknya kasus kematian yang terjadi akibat penyakit DM, Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Instasi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan msyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia. maka diperlukannya pencegahan sejak dini. Dari hasil observasi yang didapatkan penulis mendapatkan data biologis bahwa PM belum mendapatkan makanan yang memenuhi gizi seimbang sesuai petunjuk ahli gizi, belum mendapatkan makanan khusus untuk yang sakit sesuai dietnya, tes kesehatan seperti GDS belum tentu dilakukan sebulan sekali maka dari itu perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada lansia yang sakitingin mengetahui cara perawatan dan pencegahan (diet makanan) diabetes militus. rnMelihat dan mencermati dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengelola pasien dengan diabetes militus sebagai asuhan keperawatan dan dijadikan sebagai Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Diabetes Militus Pada PM.N di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang”rn

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2016
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia