Asuhan Keperawatan Post Operasi Trans Vesika Prostatectomy Benign Prostate Hyperplasia Pada Tn. T Di Ruang Dahlia RSUD Batang Kabupaten Batang Tahun 2015
Pengarang : Muh. Iqbal, Tri Sakti Wirotomo
Kata Kunci   :bph
Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan membawa dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup,ustatusukesehatan,udanuumuruharapanuhidupu(Wilson & Price, 2005). Kondisi tersebut menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin bertambah. Peningkatan jumlah penduduk lansia tersebut membawa dampak pada berbagai aspek kehidupan dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. Salah satunya adalah meningkatnya masalah kesehatan fisik maupun psikis padaUusiaUlanjutU(Hapsari,,2010‎).rn Lanjut usia, pada umumnya mengalami perubahan-perubahan pada jaringan tubuh, yang disebabkan proses degenerasi, terjadi terutama pada organ-organ tubuh, dimana tidak ada lagi perkembangan sel seperti otot, jantung dan ginjal tetapi kurang pada organ-organ dimana masih ada mitosis seperti hepar. Proses degenerasi menyebabkan perubahan kemunduran fungsi organ tersebut, termasuk juga sistem traktus urinarius, sehingga menyebabkan macam-macam kelainan atau penyakit urologis tertentu (Amalia, 2007‎). Salah satu penyakit yang timbul akibat faktor usia adalah pembesaran kelenjar prostat (BPOM, 2012).rn BPH (Benigna Prostatatic Hyperplasia) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hyperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/ jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, 1994 dalam Jitowiyono & Weni, 2010, h. 113). Sedangkan menurut Nursalam (2006, h. 135), BPH adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria. rn Menurut Sustrani (2007, h. 13), prostat terletak di antara tulang kemaluan dan dubur, mengelilingi saluran buang air kecil (uretra) pada pintu saluran yang masuk ke kandung kemih. Ketika urin keluar dari kandung kemih, pertama—tama urin akan melewati sebuah saluran di dalam kelenjar prostat, yang disebut uretra prostat. Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganasU(Hapsari, 2010‎). Jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urin (Jutowiyono & Kristiyanasari, 2010, hal. 115).rn Penderita yang mengalami BPH biasanya mengalami hambatan pada saluran air seni atau uretra di dekat pintu masuk kandung kemih seolah-olah tercekik, karena itu secara otomatis pengeluaran air seni terganggu. Penderita sering kencing,terutama pada malam hari, bahkan ada kalanya tidak dapat ditahan. Bila jepitan pada uretra meningkat, keluarnya air seni akan makin sulit dan pancaran air seni melemah, bahkan dapat mendadak berhenti. Akibatnya, timbul rasa nyeri hebat pada perut. Keadaan ini selanjutnya dapat menimbulkan infeksi pada kandung kemih. Kalau sudah terjadi infeksi, aliran air seni berhenti, untuk mengeluarkan air kencing harus menggunakan kateter, yang akibatnya penderita akan mengalami rasa sakit. Jika lebih parah lagi maka dilakukan pemotongan pada kelenjar prostat. Komplikasi lebih lanjut mungkin terjadi pada penderita BPH apabila dibiarkan tanpa pengobatanu(BPOM,u2012).rn Penyebab BPH belum jelas namun terdapat faktor risiko umur dan hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, usia 80 tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun 100% (Mansjoer, 2007 hal. 329). Yatim (2004) menyatakan bahwa kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan resiko BPH. Testosteron akan diubah menjadi androgen yaitu dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 alpha-reductase, yang memegang peran penting dalam proses pertumbuhan seluprostat.rn Faktor lain yang mempengaruhi BPH adalah latar belakang kondisi penderita misalnya usia, riwayat keluarga, obesitas, meningkatnya kadar kolesterol darah, pola makan tinggi lemak hewani, olah raga, merokok, minuman beralkohol, penyakit Diabetes Mellitus, aktifitas seksual. Beberapa peneliti melaporkan pengaruh usia meningkatkan terjadinya BPH, di antaranya penelitian oleh Kojma dkk mengenai pengaruh usia dan volume prostat terhadap skor gejala, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara BPH dengan usia (p<0,0001). Obesitas diduga meningkatkan risiko terjadinya BPH. Menurut Lee, Indeks Masa Tubuh (IMT) tidak berhubungan dengan gejala, tetapi lingkar abdomen dan waist to hip ratio (WHR) yang menggambarkan abdominal obesitas meningkatkan risikoUterjadinyaUBPHU(Amalia,u2007).rn Jumlah penderita BPH pada tahun 2009 di dunia diperkirakan sekitar 30 juta jiwa, bilangan ini menunjukkan hanya pada kaum pria karena kaum wanita tidak mempunyai kelenjar prostat, oleh sebab itu BPH hanya terjadi padaukaumupriausajaU(Emidicine,u2009). Office of Health Economic Inggris telah mengeluarkan proyeksi prevalensi PPJ (pembesaran prostat jinak) bergejala di Inggris dan Wales beberapa tahun ke depan. Pasien PPJ (pembesaran prostat jinak) yang bergejala berjumlah sekitar 80.000 pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada tahun 2013 (Hapsari, 2010).rn Pada tahun 2005, Rochani memaparkan bahwa insidensi BPH di Indonesia cukup banyak, sekitar 24-30 persen dari kasus urologi yang dirawat di beberapa rumah sakit. Dalam rentang 1994-1997 misalnya, RSCM menangani 462 kasus, dan kasus di RS Hasan Sadikin Bandung selama kurun 1976-1985 tercatat menangani 1.185 kasus. Sementara pada tahun 1993-2002, tercatat 1.038 kasus. Di RS Dr. Soetomo Surabaya terdapat 1.948 kasus Benigna Prostat Hiperplasia pada periode 1993-2002 dan RS Sumber Waras sebanyak 617 pada rentang waktu itu juga.rn Data pasien BPH yang diperoleh pada tanggal 16 Januari 2015 RSUD Batang, jumlah penderita Benign Prostatatic Hyperplasia pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah pasien dengan diagnosa BPH pada tahun 2012 adalah 88 pasien, sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 29,5% dengan angka kejadian menjadi 114 pasien, dengan jumlah pasien berumur 45-64 tahun sebanyak 39 pasien (34%) dan pasien berumur >65 tahun sebanyak 75 pasien (66%). Kemudian pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2014 terdapat 14 pasien, dengan jumlah pasien berumur 50-64 tahun sebanyak 6 pasien (43%) dan pasien berumur >65 tahun sebanyak 8 pasien (57%), dan semuanya menjalani tindakan operasi (Rekam Medik RSUD Batang, 2014).rn Tindakan operasi ditujukan pada hyperplasia prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu. Biasanya terdapat retensi urin, batu saluran kemih, hematuria, infeksi saluran kemih, kelainan kemih bagian atas, atau keluhan LUTS (lower urinary tract symptom) yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi endourologi transuretra, terdiri atas pembedahan terbuka dan pembedahan endourologi (Nursalam, 2006, h. 133).rn Lebih dari 90% kasus, pembedahan masih merupakan terapi utama untuk BPH. Tindakan pembedahan ini bukanlah tindakan tanpa risiko (Istikomah, 2010). Tindakan operasi, memungkinkan sekali munculnya masalah kesehatan diantaranya perubahan pola eliminasi, perubahan rasa nyaman nyeri, cemas karena adanya perubahan fungsi tubuh, aktifitas seksual terganggu, serta dapat muncul masalah infeksi. Peran perawat dalam hal ini, membantu klien dalam memenuhi kebutuhan pre dan post operasi (Toha, 2007).rn Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang berjudul â€Asuhan Keperawatan Post Operasi Trans Vesika Prostatectomy Benign Prostate Hyperplasia Pada Tn. T Di Ruang Dahlia RSUD Batang Kabupaten Batang Tahun 2015†dan mengaplikasikannya sebagai kasus kelolaan dalam penyusunan tugas akhir karya tulis ilmiah.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |