Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. D DI DESA RENGAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KEBUPATEN PEKALONGAN


Pengarang : Ade Salsabila, Nur Chabibah, Nina Zuha


Kata Kunci   :GRANDEMULTI, KALA 1 LAMA

A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu merupakan indikator penting untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan masyarakat.Berdasarkan data survei penduduk yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, ada 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran pada 2015. Capaian angka kematian ibudan angka kematian bayi sangat jauh dengan target Sustainable Development Goals (SGDs) yang di targetkan pada tahun 2030 yaitu di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup (Lilik, H. Humas Jateng. 2019). Penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) Menurut (Depkes RI, 2015) ada tiga penyebab utama yaitu perdarahan sebanyak 28 %, preeklamsi/eklamsi 24 %dan infeksi 11 %. Sedangkan penyebab AKI yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu yaitu 4T (4 Terlalu) adalah terlalu muda (usia dibawah 20 tahun), terlalu tua (usia diatas 35 tahun), terlalu sering (jumlah anak lebih dari 4), dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran anak terakhir kurang dari 2 tahun), sedangkan 3T (3 Terlambat) adalah terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan terlambat mengambil keputusan, terlambat dirujuk kefasilitas pelayanan kesehatan, dan terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan (Maryunani 2015, h.2) Kehamilan risiko tinggi yang mungkin terjadi adanya komplikasi pada kehamilan dan persalinan dari risiko yang dimiliki ibu dibandingkan dengan kehamilan normal.Kehamilan resiko tinggi meliputi hamil dengan usia< 16 tahun, hamil dengan usia > 35 tahun, jarak kehamilan dekat kurang dari 2 tahun, dan kehamilan lebih dari 4. Hal ini untuk mengetahui apakah ibu hamil memiliki risiko tinggi, dilakukan deteksi dini dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan kehamilan, dan pemeriksaan penunjang (Astuti et al 2017, h.140) Risiko tinggipada kehamilan salah satunya, Grandemulti adalah ibu yang pernah hamil dan melahirkan sebanyak 4 kali atau lebih. Dampak pada kehamilan Grandemulti yaitu kesehatan terganggu seperti, anemia dan kurang gizi, dinding rahim dan dinding perut mengendur, perut ibu tampak menggantung, kelainan letak plasenta dan persalinan letak lintang, berisiko robekan pada rahim karena persalinan dengan letak lintang, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan, solusio plasenta, dan plasenta previa. (Astuti et al 2017, h.141) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi anemia ibu hamil di indonesia sebesar 37,1%. Redowati (2018) menyatakan bahwa ibu hamil dengan grandemulti memiliki risiko 0,156 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan ibu primigravida. Penelitian oleh Hidayati dan Andriyani (2018) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini disebabkan karena selama kehamilan frekuensi kunjungan ANC ibu hamil sebaiknya dilakukan minumal 4 kali, penelitian oleh Nurmasari dan Sumarmi (h. 49. 2018) bahwa ibu hamil yang tidak teratur melakukan kunjungan ANC memiliki risiko kejadian anemia lebih besar sedangkan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC secara teratur akan mendapatkan pemeriksaan anemia secara dini, mendapatkan konseling gizi yang tepat, dan mendapatkan suplemen besi dan asam folat yang lengkap serta pendidikan kesehatan yang memadai sehingga risiko anemia dapat ditekan. Salah satu kejadian Anemia (Hb kurang dari 11 gr%) 40% kejadian anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia pada persalinan menurut Manuaba (2010), kehamilan grandemulti atau wanita yang sering hamil dan melahirkan karena kehilangan banyak zat besi, hal tersebut disebabkan selama kehamilan menggunakan cadangan zat besi yang ada di dalam tubuhnya (Salmariantyty, 2012). Anemia pada kehamilan berdampak terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terinfeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat terjadi gangguan His dan kala pertama berlangsung lama(Ariyanti et al, 2013). Menurut penelitian Dini Kurniawati (2017) kala satu pertama berlangsung lama ada dua yaitu kala satu lama dan kala satu memanjang. Kala satu lama pada primipara berlangsung sekitar 8-10 jam,untuk grandemulti berlangsung selama 6-8 jam, sedangkan kala satu memanjang berlangsung lebih dari 24 jam untuk primipara dan 18 jam untuk grandemulti. Kala satu memanjang dapat mengakibatkan kontraksi tidak adekuat, menimbulkan kecemasan, stress, ketakutan, dan adanya gangguan fungsi plasenta akan mengakibatkan suplai oksigen ke janin berkurang. Untuk mencegah risiko memajangnya kala satu dapat dilakukan pemberian oksitosin untuk meningkatkan kontraksi uterus yang dapat mempercepat proses persalinan. Tahapan yang dilalui ibu setelah masa persalinan yaitu masa nifas. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir setelah alat kandungan kembali seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu sampai ± 40 hari (Sutanto, Andina Vita, 2018 h. 7). Untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas menurut Wulandari (2011 hh. 3-4) dilakukan kunjungan pada 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 400 gram (Arief, 2016 h.1).Bayi baru lahir yang lahir dari ibu risiko tinggi memiliki beberapa komplikasi yang kemungkinan terjadi pada bayi yaitu bayi prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, kelainan bawaan, bayi dapat mengalami infeksi dan kematian (Mangkuji 2014,h. 48). Dalam mengurangi risiko kematian pada periode neonatal akan dilakukan kunjungan neonatus, menurut KEMENKES RI (2017, h.56) kunjungan bayi baru lahir minimal 3 kali yaitu: pertama pada usia bayi 6-48 jam pertama, kedua pada usia 3-7 hari, dan ketiga pada usia 8-28 hari. Data Dinas Kesehatan tahun 2019 diketahui dari 27 puskesmas menunjukan jumlah ibu hamil sebanyak 9.944 orang, ibu hamil Grandemulti sebanyak 2,47 % dan ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 10,3 %,. Sedangkan jumlah ibu hamil di puskesmas kedungwuni II sebanyak 520 orang. Ibu hamil dengan Grandemulti ada 0,57 % dan ibu hamil yang mengalami anemia ada 17,5 %. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. D di desa Rengas Kecamatan Kedungwuni Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan Tahun 2020.

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2020
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia