Image Description

Publikasi

Karya Ilmiah Mahasiswa

Pencarian Spesifik

Kunjungan

Web Analytics

Detail Record


Kembali Ke sebelumnya

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.K DI DESA PROTO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN


Pengarang : Nita Astri, Suparni, Fitriya


Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Salah satu perubahan fisik pada ibu hamil adalah terjadi hemodilusi atau pengenceran darah yang beresiko menyebabkan anemia dalam kehamilan. Anemia kehamilan merupakan salah satu faktor resiko yang mungkin terjadi selama kehamilan, terutama pada kehamilan trimester akhir dimana terjadi proses hemodilusi atau pengenceran darah. Pada kejadian ini, volume darah akan meningkat sampai 35% atau setara dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen guna memenuhi kebutuhan ibu hamil dan janin. Perbedaan ini terjadi karena zat besi yang dibutuhkan semakin meningkat (Mangkuji 2014, h.49). Anemia dalam kehamilan diketahui sebagai tanda bahaya potensial bagi ibu dan anak. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat dalam lini terdepan pelayanan kesehatan harus memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini. Anemia pada dasarnya merupakan masalah nasional dan juga terjadi diseluruh dunia. Anemia sangat memengaruhi kualitas sumber daya manusia. Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar hemobglobin kurang dari 11,0 g/dL pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dL pada trimester II. Perbedaan nilai batas tersebut berkaitan dengan kejadian hemodilusi (Proverawati 2013, h.77). Pada kehamilan dengan anemia berisiko menyebabkan KPD. Menurut hasil penelitian Desi (2017) anemia memiliki hubungan yang signifikan dengan ketuban pecah dini pada ibu bersalin terjadinya KPD , karena kadar hemoglobin sebagai pembawa zat besi dalam darah berkurang, sehingga mengakibatkan rapuhnya beberapa daerah dari selaput ketuban, sehingga terjadi kebocoran pada daerah tersebut. Menurut Walida (2018) ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin < 11 gr/dl beresiko sebesar 70% mengalami ketuban pecah dini di bandingka dengan ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin > 11 gr/dl beresiko sebesar 40%. Sedangkan KPD adalah komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, yang dapat mempengaruhi besarnya angka kematian perinatal pada bayi kurang bulan (Norma 2018, h 246). Dampak yang di timbulkan dari KPD yaitu bergantung pada usia kehamilan, menimbulkan infeksi maternal maupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, diformitas janin meningkatnya insiden seksio sesaria atau gagalnya persalinan normal. Selain KPD anemia juga beresiko menyebabkan inersia uteri. Menurut penelitian Rudiyanti (2014) anemia memiliki hubungan dengan terjadinya inersia uteri, karena sel darah merah berkurang menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul gangguan his atau inersia uteri yang mengakibatkan proses persalinan tidak berjalan dengan normal. Pada persalinan dengan inersia uteri beresiko menyebabkan persalinan lama. Menurut hasil penelitian Ikawati (2019) yang berjudul hubungan ketuban pecah dini dan inersia uteri dengan kejadian partus lama di Rumah Sakit Sawerigading Palopo tahun 2019 mengatakan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami partus lama adalah ibu dengan inersia uteri hal ini terjadi karena kontraksi yang dialami ibu saat datang hanya singkat saja dan tidak lanjut sehingga tidak ada kekuatan yang bisa mendorong janin masuk kedalam pintu atas panggul sehingga terajadi kemajuan persalinan, hal ini yang menyebabkan terjadinya partus lama karena kontraksi uterus yang tidak teratur dan lemah. Setelah melalui masa persalinan ibu mengalami proses masa nifas. Asuhan masa nifas post SC diperlukan dalam periode ini, karna bisa timbul komplikasi jangka pendek akibat sectio caesaria antara lain infeksi, sepsis, dan komplikasi anastesi. Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. diperkirakan bahwa 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam. Maka itu peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini (Rini, 2016 h.5). Ibu nifas dengan Operasi SC memerlukan perawatan yang dilakukan secara alami yaitu sekitar 4-6 minggu. Faktor masih banyaknya ketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif dapat mempengaruhi kondisi psikologis berupa kecemasan, kekecewaan, rasa takut, frustasi karena kehilangan kontrol dan kehilangan harga diri yang terkait dengan perubahan citra dirinya. Pada masa nifas perawatan yang dibutuhkan oleh klien antara lain : pemenuhan kebutuhan nutrisis, mobilisasi, eliminasi, personal hygiene, perawatan payudara, teknik menyususi yang benar, perawatan luka jahit agar tidak terjadi infeksi, dan pengawasan involusi (Yugistyowati, 2017, h 70). Asuhan kebidanan tidak hanya dilakuan pada ibu, tetapi juga sangat dibutuhkan untuk bayi baru lahir (BBL). Penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila bayi yang dilahirkan dalam kondisi yang optimal, meskipun sebagian besar proses persalinan berfokus pada kondisi ibu (Marmi, 2012 h.2). Penyebab terjadinya kematian neonatal pada 0-6 hari yaitu karena gangguan pernapasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%). Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan resiko tersebut, diantaranya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan serta menjamin tersedianya pelayananan kesehatan bagi bayi baru lahir (Abrar et al 2017, h.208). Dalam mengurangi risiko terjadinya kematian neonatal maka dilakukan pemeriksaan kesehatan pada neonatal yang dilakukan paling tidak tiga kali kunjungan yaitu Kunjungan Neonatal (KN 1) pada 6-48 jam setelah bayi baru lahir, Kunjungan Neonatal (KN 2) pada hari ke3-7, Kunjungan Neonatal (KN3) pada hari ke-8-28 hari setelah bayi lahir. Persentase KN 1 di Jawa Tengah tahun 2019 meningkat sebesar 99,8% dibandingkan persentase KN 1 tahun 2018 yaitu 98,72% dan persentase KN lengkap tahun 2019 juga mengalami peningkatan sebesar 98,6% dibandingkan persentase KN lengkap tahun 2018 yaitu 97,57% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2021 diketahui bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 16.738 orang, yang mengalami anemia sebanyak 8.490 orang (1,97%). Jumlah ibu hamil di Pukesmas Kedungwuni I pada tahun 2021 adalah 872 ibu hamil, jumlah ibu hamil dengan anemia adalah 24 ibu hamil (0,027%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, 2021). Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.K dengan Ketuban Pecah Dini dan Inersia Uteri di Desa Proto Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan Tahun 2022”

Referensi

-


Properti Nilai Properti
Organisasi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email [email protected]
Alamat Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan
Telepon (0285) 7832294
Tahun 2022
Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Negara Indonesia