ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N DI DESA KARANGDOWO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Alfiana Izzati Re, Lia Dwi Prafitri
Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N DI DESA KARANGDOWO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal / asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Kusmiyati 2009, h.1).
Wanita hamil akan mengalami perubahan selama kehamilannya, perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi terhadap pertumbuhan janin dalam rahim dan dapat juga dipengaruhi oleh hal-hal yang berhubungan dengan fisik ibu sebelum dan selama hamil. Status kesehatan wanita hamil akan berpengaruh pada kehamilan. Kesehatan ibu selama hamil akan mempengaruhi kehamilannya dan mempengaruhi tumbuh kembang zigot, embrio dan janin termasuk kenormalan letak janin (Kuswanti 2014, h.109).
Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. Mengklasifikasikan ibu hamil dalam status resiko ringan, sedang dan berat tidak bisa dijadikan patokan lagi, karena semua ibu hamil beresiko tinggi, walaupun dalam kehamilan berjalan normal, namun dalam persalinan bisa terjadi komplikasi tanpa diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus memeriksa diri secara teratur dan mendapat pelayanan bidan yang optimal (Mufdillah 2009, hh. 23-25).
Malpresentasi janin merupakan salah satu resiko yang dapat terjadi pada kehamilan. Malpresentasi janin menunjukkan bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim, bukan belakang kepala. Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal didapatkan presentasi kepala sebesar 96,8%, bokong 2,5%, letak lintang 0,3%, majemuk 0,1%, muka 0,05%, dan dahi 0,01%. Presentasi bokong adalah suatu malpresentasi dan terjadi pada 2,5% persalinan aterm, dan terjadi pada 25% kehamilan dengan usia kehamilan kurang dari 30 minggu, presentasi bokong diketahui sebelum persalinan pada seorang wanita yang telah mencapai 36 minggu, versi sefalik eksternal dapat dicoba. Namun meskipun versi berhasil dilakukan, resiko kelahiran presentasi verteks, distosia, malpresentasi, dan pola denyut jantung janin yang tidak stabil, kegagalan juga tidak selalu mutlak (Cunningham 2014, h.563).
Presentasi bokong merupakan janin yang letaknya memanjang dalam rahim, dengan kepala berada di fundus dan bokong berada dibagian terendah (Fauziyah, Y, 2012. h. 112). Banyak faktor yang menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu Atas Panggul (Saifuddin 2010, h.86).
American College of Obstetric and Gynecologist membagi menjadi lebih lambat daripada normal (partus lama, protection disorder). Ibu harus berada didalam fase aktif persalinan (serviks membuka 3-4cm atau lebih) untuk mendiagnosis salah satu diantara keduanya. Diagnosis kemacetan fase aktif yaitu (tidak ada pembukaan selama 2 jam atau lebih) pada 5
% nulipara aterm. Insiden ini bleum berubah sejak tahun 1950an. Kontraksi uterus yang kurang adekuat, didiagnosis 80% ibu dengan kemacetan faseaktif. Pada 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif, sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%. Keterkaitan atau faktor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan adalah sedasi berlebihan, anastesi regional, dan malposisi janin, misalnya oksiput posterior persisten. Saat ini, distosia bahu atau partus tak maju adalah indikasimpaling sering untuk operasi section caesarea (Prawirohardjo,2008).
Pertolongan operasi persalinan merupakan tindakan dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu maupun bayi. Bahaya infeksi setelah operasi persalinan masih tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian (Manuaba 2010, h.450). Pada ibu pasca operasi suhu dan derajat nyeri ibu juga dicatat. Observasi adanya perdarahan pada luka ibu dan periksa pembalut untuk mengkaji lokhea serta terpasang infus (Baston dan Hall 2012.h.71).
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarga secara fisiologis, emosional, dan social. Baik di negara maju maupun berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena itu resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2009.h.357).
Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia atau Giant Baby (bayi raksasa) adalah bayi dengan berat badan diatas 4000gram. Kejadian sangat bervariasi antara 8 sampai10% total kelahiran. Kasus bayi besar dengan berat badan dibawah 5000gram masih sangat jarang terjadi, akan tetapi bayi yang lahir dengan berat badan ekstrim antara 6000gram masih sangat jarang terjadi ( Yeyeh, 2010). Pada penilitian Darlis (2010) ditemukan bahwa prevalensi bayi macrosomia di Yogyakarta pada tahun 2008 adalah 1,08% dan 1,98%. Proporsi terbanyak ibu melahirkan bayi macrosomia adalah pada usia 25-35 tahun, umur kehamilan aterm (37-42minggu), pada paritas 1-2, pada wanita yang belum pernah mengalami abortus (keguguran), pendidikan ibu, pada ibu yang tidak bekerja, dan tidak menderita diabetes mellitus (DM).
Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas Dinas kabupaten pekalongan tahun 2016-2017 diketahui dari 27 puskesmas menunjukaan jumlah ibu hamil 17,300 orang. Sedangkan jumlah ibu hamil di wilayah kerja puskesmas kedungwuni II sebanyak 910 orang, ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas kedungwuni II melahirkan di Rumah sakit sebanyak 478 orang. Terdapat ibu bersalin secara sectio caesarea di RSIA Aisyiyah Pekajangan sebanyak 75 orang pada bulan Januari 2018.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di Desa Karangdowo Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan Tahun 2018”.
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2018 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |