ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. P DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN 2015
Pengarang : Nosita Sari, Suparni, Sandi Ary Susiat
Kata Kunci   :Asuhan Kebidanan Komprehensif
A. Latar BelakangrnBerdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga (Profil Kesehatan Indonesia 2013, h.71). Data AKI tersebut membuat Indonesia memiliki AKI tertinggi dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia 62/100.000 kelahiran hidup, Srilanka 58/100.000 kelahiran hidup, dan Philipina 230/100.000 kelahiran hidup (Emillia, 2013). Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan JATENG 2012, h.13). rnPenyebab kematian ibu sejak dahulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, eklampsia, komplikasi absorsi, partus macet dan sepsis. Perdarahan yang bertanggung jawab atas sekitar 28% kematian ibu, sering tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba – tiba. Risiko kematian ibu dapat ditambah dengan adanya anemia, penyakit infeksi seperti malaria, TBC ( Tuberculosis), hepatitis, atau HIV (Human Imune Virus) World Health Organizion (WHO) memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan pascapersalinan. Komplikasi paling sering dari perdarahan pascapersalinan adalah anemia. Jika kehamilan terjadi pada seorang ibu yang telah menderita anemia, maka perdarahan pascapersalinan dapat memperberat keadaan anemia dan dapat berakibat fatal (Saifuddin 2009, hh.54-61).rnAnemia dalam kehamilan menurut WHO didefinisikan sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl. Anemia menjadi masalah kesehatan utama pada negara berkembang dan berhubungan dengan meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, persalinan premature, bayi dengan berat badan lahir rendah dan efek merugikan lainnya. Meskipun hanya 15% dari ibu hamil di negara maju yang mengalami anemia, namun prevalensi anemia di negara berkembang relatif tinggi yaitu 33% sampai 75% penyebab paling besar anemia adalah anemia karena kekurangan zat besi (Irianti et al. 2014, h.5).rnAnemia adalah masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia (Arief 2008, hh.109 – 112). Kehamilan dengan anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit dibawah nilai yang normal yaitu 11gr%. Yang dapat menyebabkan perdarahan saat persalinan sehingga membahayakan jiwa ibu, mengganggu pertumbuhan bayi dalam kandungan, berat badan bayi dibawah berat normal (Pudiastuti 2012, hh.199 – 200).rnSuplemen zat besi sebaiknya diberikan jika terdapat anemia defisiensi zat besi dengan Hb 9-10 g/dl. Meskipun derajat anemia ini tidak cukup parah untuk menimbulkan efek yang merugikan bagi ibu atau janin, pengobatan yang dilakukan terhadapnya akan memberikan manfaat jangka panjang. Suplemen zat besi yang adekuat bagi ibu yang akan ia butuhkan jika ia menjalani persalinan dengan operasi atau mengalami perdarahan pascapartum dan ibu akan memulai kehamilan berikutnya dengan cadangan zat besi yang lebih baik. Pada saat menyusui, jumlah zat besi yang dapat disimpan oleh bayi bergantung pada cadangan zat besi ibu (Fraser et al. 2009, h.330). WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literature menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan (Saifuddin 2009, h.778).rnMenurut Manuaba (2010, h:240) pengaruh anemia saat persalinan dapat terjadi gangguan his (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri. rnPada masa nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae. Pada janin dapat menimbulkan abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah. (Manuaba 2010, h.240). Sehingga proses persalinan, nifas dan bayi baru lahir dapat meminimalisir masalah yang mungkin terjadi pada Ny. P. Untuk itu sebagai bidan dapat menetapkan sikap yang akan diambil dalam menghadapi kehamilan baik kehamilan dengan risiko rendah yang dapat ditolong setempat, kehamilan dengan risiko meragukan yang perlu pengawasan intensif atau kehamilan dengan risiko tinggi yang dilakukan dengan sistem rujukan (Manuaba 2010, h.241).rnAKI di Kabupaten Pekalongan tahun 2014 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, sebesar 39 per 100.000 kelahiran hidup. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan pada Bulan Desember 2014 terdapat 13,70% ibu hamil dengan anemia dan sebanyak 4,25% dari 420 orang di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni 1 (Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, 2014). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. P di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni 1 Kabupaten Pekalongan Tahun 2015â€.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2015 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |