Asuhan Keperawatan Efusi Pleura Pasca Water Seal Drainage (WSD) Pada Ny. J Di Ruang Kenanga RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Pengarang : Miftakhul Fatma, Tri Sakti Wirotomo, Nuniek Nizmah Fajriy
Kata Kunci   :Karya Tulis ilmiah
BAB IrnPENDAHULUANrnrnA. Latar belakangrn Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam rongga pleura. Selain itu juga dapat terjadi penumpukan pus atau darah (Wijaya &Yessie 2013, h. 170). Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernafasan. Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 20% penduduk kota pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak penduduk yang beresiko tinggi mengalami penyakit paru dan saluran pernapasan seperti “Efusi Pleuraâ€. Selain itu efusi pleura juga merupakan manifestasi dari banyak penyakit, mulai dari penyakit paru sampai inflamasi sistemik atau malignasi (Tobing & Widirahardjo, 2013).rnAda tiga tipe penyebab utama dari efusi pleura, yaitu transudat, eksudat, dan hemoragi. Efusi pleura transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior, tumor, dan sindroms Meigs. Eksudat sendiri disebabkan oleh infeksi, tuberkulosis (TB), pneumonia, tumor, infark paru, radiasi, dan penyakit kolagen. Kemudian Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, dan tuberkulosis. Oleh karena efusi pleura merupakan manifestasi dari penyakit lain yang mendasari, maka angka kejadiannya sulit untuk ditentukan (Muttaqin 2008, h. 126). rnDiperkirakan sedikitnya 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Sementara pada populasi umum secara internasional menuliskan bahwa estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 dari 100.000 kasus di negara industri dimana persebaran etiologi tergantung dari prevalensi penyakit yang mendasarinya. Secara keseluruhan, insidensi efusi pleura sama antara laki-laki dan perempuan. Namun, terdapat perbedaan pada kasus-kasus tertentu dimana penyakit dasarnya dipengaruhi oleh jenis kelamin. Misalnya, hampir dua pertiga kasus efusi pleura maligna terjadi pada wanita. Dalam hal ini efusi pleura maligna paling sering disebabkan oleh kanker payudara dan keganasan ginekologi. Sama halnya dengan efusi pleura yang berhubungan dengan sistemic lupus erytematosus, dimana hal ini lebih sering dijumpai pada wanita (Rubbins, 2016)rnBelum ada data nasional yang menggambarkan prevalensi efusi pleura di Negara Indonesia. Namun, beberapa studi telah dilakukan oleh beberapa rumah sakit. Hasil catatan medis di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang jumlah prevalensi penderita efusi pleura untuk wanita 66,7% dan laki-laki 33,3%. Studi lain di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 dengan 136 kasus menunjukkan prevalensi wanita 34,6% dan laki-laki 65,4%. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura. Karena merupakan tanda dari suatu penyakit maka dari segi data kasus tidak ada angka pasti yang spesifik untuk kasus efusi pleura tetapi yang ada hanyalah angka dari angka kejadian dari kasus-kasus tertentu seperti sekitar 20-25% efusi pleura disebabkan karena tuberkulosis khususnya pada negara berkembang termasuk Indonesia. Dari berbagai penyebab ini keganasan merupakan sebab yang terpenting ditinjau dari kegawatan paru dan angka ini berkisar antara 43-52%. Namun dipihak lain ada yang mengatakan insidens terjadinya efusi pleura karena pneumoni sekitar 36-57%. Distribusi seks untuk efusi pleura pada umumnya wanita lebih banyak dari pria, sebaliknya yang disebabkan oleh tuberkulosis paru pria lebih banyak dari wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura karena TB adalah 21-30 tahun (30,26%) (Dwianggita 2016, h. 58). rnData prevalensi penyakit efusi pleura pasca water seal drainage di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan didapatkan data dari tahun 2015 sebanyak 6 penderita, dan tahun 2016 sebanyak 12 penderita. Hal ini menunjukkan prevalensi mengalami kenaikan (RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, 2017).rnSehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan Keperawatan Efusi Pleura Pasca Water Seal Drainage (WSD) Pada Ny. J Di Ruang Kenanga RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalonganâ€, dikarenakan melihat dari prevalensi penderita efusi pleura pasca water seal drainage yang mengalami peningkatan di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan yaitu dari tahun 2015 sebanyak 6 penderita, dan tahun 2016 sebanyak 12 penderita. Untuk itu penulis ingin berperan untuk membantu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien efusi pleura dengan pemasangan WSD karena penyakit ini merupakan suatu penyakit yang membutuhkan penanganan serius karena apabila penderita efusi pleura tidak ditangani dengan Water Seal Drainage (WSD) akan terjadi atelektasis pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura, fibrosis paru dimana keadaan patologis terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan, epiema dimana terdapat kumpulan nanah dalam rongga antar paru-paru (rongga pleura), dan kolaps paru. Sehingga diperlukan tindakan pemasangan WSD pada penderita efusi pleura untuk mengembalikan kondisi di dalam cavum pleura kembali normal (Rubbins, 2016). Meski demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pada setiap terapi selalu memiliki resiko tersendiri untuk munculnya komplikasi akibat terapi, pada terapi pemasangan WSD terdapat komplikasi yang dapat muncul diantaranya berupa komplikasi mekanik, sistemik dan lain-lain. Pada komplikasi mekanik antara lain terlepasnya selang drainage dari dada pasien, terjadinya pneumothorax sekunder dan lain-lain. Komplikasi sistemik dapat menyebabkan infeksi sekunder pada cavum pleura sehingga menyebabkan penimbunan pus pada cavum pleura yang disebut juga dengan epiema dan yang terakhir yakni terjadinya pulmonum reekspansi (Re-expansion Pulmonary Edema/REPE) (Adipratiwi 2015, h. 3).rnrnB. Tujuan Penulisanrn1. Tujuan UmumrnTujuan umum yang ingin dicapai dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita efusi pleura dengan pemasangan WSD.rn2. Tujuan KhususrnTujuan khusus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu:rna. Melakukan pengkajian baik dengan anamnesa maupun melakukan pemeriksaan fisik pada klien efusi pleura dengan pemasangan WSD.rnb. Menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan pada klien efusi pleura dengan pemasangan WSD .rnc. Menyusun rencana keperawatan pada klien efusi pleura dengan pemasangan WSD.rnd. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul pada klien efusi pleura dengan pemasangan WSD.rne. Melakukan evaluasi keperawatan yang telah dilaksanakan pada pada klien efusi pleura dengan pemasangan WSD.rnf. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura dengan pemasangan WSD.rnrnrnrnrnrnrnC. Manfaat Penulisanrn1. Manfaat bagi profesi keperawatanrnKarya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada klien efusi pleura dengan pemasangan WSD sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian pada klien dengan efusi pleura.rn2. Manfaat bagi institusi pendidikanrnKarya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur atau sebagai evaluasi sejauh mana mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan pasien efusi pleura dengan pemasangan WSD.rn3. Manfaat bagi lahan praktik/Rumah SakitrnKarya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan lahan praktik dalam upaya peningkatkan mutu pelayanan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan masalah efusi pleura dengan pemasangan WSD.rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2017 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |