ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.Z DI DESA PAKIS PUTIH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN
Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.Z DI DESA PAKIS PUTIH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN
Kematian ibu umumnya dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara. Kematian ibu adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 24 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun , terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Prawiroharjo 2009, h.7).rnHasil Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012 melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup dan 19/1000 kelahiran hidup Maryunani( 2015,h.3) dan Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan penurunan AKI menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2015).rnPenyebab kematian ibu dibedakan menjadi dua yaitu kematian ibu langsung dan kematian ibu tidak langsung. Kematian ibu lansung adalah sebagai akibat kompikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segalan intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV atau AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Saiffudin 2009, h.54). rnIbu hamil dengan kondisi kurang energi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dankematian tinggi, terlebih lagi bila menderita anemia. Ibu hamil dengan KEK pada batas LILA 23 cm mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu hamil yang batas lilanya lebih dari 23 cm (Kristiyanasari 2010, h.252). rnDi Indonesia batas ambang LILA dengan risiko Kekurangan Energi Krons (KEK) adalah 23.5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan risiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR, bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan ,dan gangguan perkembangan anak ,untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil (Pramono 2013, h.73). rnMenurut Departemen Gizi (2012, h.252) penyebab Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah disebabkan oleh pola kebiasaan makan ibu yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi sehingga asupan gizi ibu kurang. Terjadinya KEK dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan, ibu tidak bertambah normal, dan terkena penyakit infeksi (Kristiyanasari 2010, h.65). Menurut Noerpramana (2013, h.71), akibat yang ditimbulkan pada ibu yang KEK yaitu terhadap persalinan mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan cenderung operasi meningkat serta terhadap janin mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anmenia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dlam kandungan), dan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). rnAnemia mempunyai pengaruh pada kehamilan meskipun hanya 15 % dari ibu hamil dinegara maju yang mengalami anemia, namun prevelansi anemia di Negara berkembang relatif tinggi yaitu 33 %sampai 75%. Anemia memiliki banyak komplikasi terhadap ibu, yaitu gejala kardiovaskuler, menurunnya kinerja fisik dan mental, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan kelelahan, Dampak terhadap janin yaitu gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, prematuritas, kematian janin dalam rahim, pecahnya ketuban, cacat persyarafan dan berat badan lahir rendah (irianti 2014, h. 158). World Health Organization (WHO) memperkirakan kejadian anemia kehamilan berkisar 20% hingga 89% dengan menetapkan Hb 11% (gr/dl) sebagai dasarnya. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia . Anemia kehamilan disebutâ€potensial danger to mother and child†(potensial membahayakan ibu dan janin) (Manuaba 2010, h.237). rn Penegakan diagnosa anemia berdasarkan Keputusan Menteri anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl. Kesehatan RI No. 736a/XI/1989 , yang menyatakan bahwa nilai batas hemoglobin normal untuk ibu hamil adalah lebih dari 11 g/dl.Berdasarkan keputusan tersebut, ibu hamil dinyatakan mengalami hemoglobin kurang dari 11 g/dl. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) atau Riset Kesehatan Dasar(Riskedes) di Indonesia tahun 2007 menunjukkan presentasi anemia pada ibu hamil sebsesar 24,5% (Pratami 2016,h.77).rn Pada seorang ibu hamil, faktor risiko yang menyertakan baik rendah, sedang dan tinggi dalam suatu kehamilan dapat ditanggap sebagai masalah kesehatan. Berdasarkan kapan ditemukan, cara penegenalan, dan sifat risikonya dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok faktor 7 terlalu dan 3 pernah. 7 terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur >35 tanun, grande multi, anak terkecil umur <2 tahun, tinggi badan rendah <145 cm (Saifuddin 2009, hh.29-30). rnPersalinan dengan KEK dapat menyebabkan perdarahan setelah persalinan dan persalinan sulit serta lama yang merupakan penyebab kematian langsung pada ibu Selain itu, ibu yang mengalami KEK saat kehamilan mempunyai risiko kali untuk melahirkan BBLR. Bila bayi BBLR maka akan mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhandan gangguan perkembangan anak (Pramono 2013, h.73).rnBahaya lain dari anemia saat persalinan yaitu gangguan his (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus lama, kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri (Saifuddin 2011, h.334).rnPada masa nifas sangat berisiko terjadi anemia, terutama pada ibu yang saat kehamilannya mengalami anemia. Dimasa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi, ini karena darah tak cukup memberikan oksigen kerahim. Ibu yang mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apabila mengalami perdarahan post partum, maka harus segera diberi transfusi darah (Hutahean 2009, h.118). rnSedangkan untuk bahaya saat masa nifas sendiri mungkin terjadi subinvolusi yang akan menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae. Bahaya anemia terhadap janin yaitu kematian intra uteri, persalian prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensi rendah (Manuaba 2010, h.240). rnPeriode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Baik negara maju maupun berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yangsebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi disamping ketidaksediaan pelayanan atau rendahnya penanganan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan yang cukup berkualitas (Saifudin 2009, h.357). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Sehingga kunjungan masa nifas dilakukan sedikitnya 4 kali kunjungan. Hal ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menagani masalah-masalah yang terjadi (Anggraini 2010, h.5).rnMasa neonatus merupakan masa yang sangat penting dan memerlukan perhatiandan perawatan khusus. Hal ini dapat dipahami karaena pada periode neonatal terjadi transisi dari kehidupan didalam kandungan ke kehidupan diluar kandungan yang merupakan perubahan drastis. Transisi ini membutuhkan pemantuan yang ketat, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Penanganan bayi baru lahir yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian (Saputra 2014, h.16). rn Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten Pekalongan tahun 2017 terdapat 17.300 sasaran ibu hamil dengan anemia 8-11 gr% sebanyak 56,15% (9751 orang), mengalami KEK sebanyak 11,2% (1943 orang). Dari total ibu hamil yang berada diwilayah kerja puskesmas kedungwuni I yaitu sebanyak 926 ibu hamil. Dari 926 ibu hami diwilayah kerja puskesmas kedungwuni I terdapat ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 24,41% (226 orang), dan faktor risiko tinggi sebanyak 24,41 % (226 orang) dan mengalami KEK sebanyak 8,6% (80 orang). Sedangkan data yang diperoleh dari RSUD Kajen dari bulan januari-desember 2017 jumlah keseluruhan persalinan mencapai 2776 orang. Kejadian persalinan dengan kalasatu lama di RSUD Kajen sebanyak 16,10 % (447 orang) . rn Berdasarkan keterangan tersebut penulis mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Z di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan Tahun 2018â€. Sehingga dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan, KEK, sesuai dengan wewenang dan kompetensi bidan. rn
Kematian ibu umumnya dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara. Kematian ibu adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 24 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun , terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Prawiroharjo 2009, h.7).rnHasil Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012 melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup dan 19/1000 kelahiran hidup Maryunani( 2015,h.3) dan Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan penurunan AKI menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2015).rnPenyebab kematian ibu dibedakan menjadi dua yaitu kematian ibu langsung dan kematian ibu tidak langsung. Kematian ibu lansung adalah sebagai akibat kompikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segalan intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV atau AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Saiffudin 2009, h.54). rnIbu hamil dengan kondisi kurang energi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dankematian tinggi, terlebih lagi bila menderita anemia. Ibu hamil dengan KEK pada batas LILA 23 cm mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu hamil yang batas lilanya lebih dari 23 cm (Kristiyanasari 2010, h.252). rnDi Indonesia batas ambang LILA dengan risiko Kekurangan Energi Krons (KEK) adalah 23.5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan risiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR, bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan ,dan gangguan perkembangan anak ,untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil (Pramono 2013, h.73). rnMenurut Departemen Gizi (2012, h.252) penyebab Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah disebabkan oleh pola kebiasaan makan ibu yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi sehingga asupan gizi ibu kurang. Terjadinya KEK dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan, ibu tidak bertambah normal, dan terkena penyakit infeksi (Kristiyanasari 2010, h.65). Menurut Noerpramana (2013, h.71), akibat yang ditimbulkan pada ibu yang KEK yaitu terhadap persalinan mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan cenderung operasi meningkat serta terhadap janin mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anmenia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dlam kandungan), dan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). rnAnemia mempunyai pengaruh pada kehamilan meskipun hanya 15 % dari ibu hamil dinegara maju yang mengalami anemia, namun prevelansi anemia di Negara berkembang relatif tinggi yaitu 33 %sampai 75%. Anemia memiliki banyak komplikasi terhadap ibu, yaitu gejala kardiovaskuler, menurunnya kinerja fisik dan mental, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan kelelahan, Dampak terhadap janin yaitu gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, prematuritas, kematian janin dalam rahim, pecahnya ketuban, cacat persyarafan dan berat badan lahir rendah (irianti 2014, h. 158). World Health Organization (WHO) memperkirakan kejadian anemia kehamilan berkisar 20% hingga 89% dengan menetapkan Hb 11% (gr/dl) sebagai dasarnya. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia . Anemia kehamilan disebutâ€potensial danger to mother and child†(potensial membahayakan ibu dan janin) (Manuaba 2010, h.237). rn Penegakan diagnosa anemia berdasarkan Keputusan Menteri anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl. Kesehatan RI No. 736a/XI/1989 , yang menyatakan bahwa nilai batas hemoglobin normal untuk ibu hamil adalah lebih dari 11 g/dl.Berdasarkan keputusan tersebut, ibu hamil dinyatakan mengalami hemoglobin kurang dari 11 g/dl. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) atau Riset Kesehatan Dasar(Riskedes) di Indonesia tahun 2007 menunjukkan presentasi anemia pada ibu hamil sebsesar 24,5% (Pratami 2016,h.77).rn Pada seorang ibu hamil, faktor risiko yang menyertakan baik rendah, sedang dan tinggi dalam suatu kehamilan dapat ditanggap sebagai masalah kesehatan. Berdasarkan kapan ditemukan, cara penegenalan, dan sifat risikonya dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok faktor 7 terlalu dan 3 pernah. 7 terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur >35 tanun, grande multi, anak terkecil umur <2 tahun, tinggi badan rendah <145 cm (Saifuddin 2009, hh.29-30). rnPersalinan dengan KEK dapat menyebabkan perdarahan setelah persalinan dan persalinan sulit serta lama yang merupakan penyebab kematian langsung pada ibu Selain itu, ibu yang mengalami KEK saat kehamilan mempunyai risiko kali untuk melahirkan BBLR. Bila bayi BBLR maka akan mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhandan gangguan perkembangan anak (Pramono 2013, h.73).rnBahaya lain dari anemia saat persalinan yaitu gangguan his (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus lama, kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri (Saifuddin 2011, h.334).rnPada masa nifas sangat berisiko terjadi anemia, terutama pada ibu yang saat kehamilannya mengalami anemia. Dimasa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi, ini karena darah tak cukup memberikan oksigen kerahim. Ibu yang mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apabila mengalami perdarahan post partum, maka harus segera diberi transfusi darah (Hutahean 2009, h.118). rnSedangkan untuk bahaya saat masa nifas sendiri mungkin terjadi subinvolusi yang akan menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae. Bahaya anemia terhadap janin yaitu kematian intra uteri, persalian prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensi rendah (Manuaba 2010, h.240). rnPeriode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Baik negara maju maupun berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yangsebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi disamping ketidaksediaan pelayanan atau rendahnya penanganan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan yang cukup berkualitas (Saifudin 2009, h.357). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Sehingga kunjungan masa nifas dilakukan sedikitnya 4 kali kunjungan. Hal ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menagani masalah-masalah yang terjadi (Anggraini 2010, h.5).rnMasa neonatus merupakan masa yang sangat penting dan memerlukan perhatiandan perawatan khusus. Hal ini dapat dipahami karaena pada periode neonatal terjadi transisi dari kehidupan didalam kandungan ke kehidupan diluar kandungan yang merupakan perubahan drastis. Transisi ini membutuhkan pemantuan yang ketat, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Penanganan bayi baru lahir yang sehat yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian (Saputra 2014, h.16). rn Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten Pekalongan tahun 2017 terdapat 17.300 sasaran ibu hamil dengan anemia 8-11 gr% sebanyak 56,15% (9751 orang), mengalami KEK sebanyak 11,2% (1943 orang). Dari total ibu hamil yang berada diwilayah kerja puskesmas kedungwuni I yaitu sebanyak 926 ibu hamil. Dari 926 ibu hami diwilayah kerja puskesmas kedungwuni I terdapat ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 24,41% (226 orang), dan faktor risiko tinggi sebanyak 24,41 % (226 orang) dan mengalami KEK sebanyak 8,6% (80 orang). Sedangkan data yang diperoleh dari RSUD Kajen dari bulan januari-desember 2017 jumlah keseluruhan persalinan mencapai 2776 orang. Kejadian persalinan dengan kalasatu lama di RSUD Kajen sebanyak 16,10 % (447 orang) . rn Berdasarkan keterangan tersebut penulis mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Z di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan Tahun 2018â€. Sehingga dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan, KEK, sesuai dengan wewenang dan kompetensi bidan. rn
Referensi
-
| Properti | Nilai Properti |
|---|---|
| Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
| umpp.pekalongan@yahoo.com | |
| Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
| Telepon | (0285) 7832294 |
| Tahun | 2018 |
| Kota | Pekalongan |
| Provinsi | Jawa Tengah |
| Negara | Indonesia |