ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. M DI DESA PAKIS PUTIH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN
Pengarang : Dina Yugi Kusumawati, Sandi Ary Susiatmi
Kata Kunci   :ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny. M DI DESA PAKIS PUTIH WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN
BAB 1rnPENDAHULUANrnrnA. Latar BelakangrnKeberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan ditentukan berdasarkan indikator AKI dan AKB. Hal ini juga menggambarkan kualitas ibu dan anak di Indonesia (Kemenkes RI 2016, h. 2). Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB, salah satunya yaitu dengan adanya komitmen nasional dan global mengenai pembagunan berkelanjutan SDGs (Sustainable Development Goals). Salah satu program pembangunan SDGs dibidang kesehatan adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang disegala usia. Berdasarkan kesepakatan global SDG’s pada tahun 2030 ditargetkan angka kematian ibu (AKI) adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, h.55).rnBerdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa angka kematian ibu dan bayi di Indonesia tahun 2015 adalah 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan 22,23 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini berarti masih empat kali lipat dari target 2030 (Kemenkes RI 2017, h.102). Angka kematian ibu di Jawa Tengah 2016 109,65 per 1000 kehidupan dan angka kematian bayi di Jawa Tengah adalah 9,99 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provensi Jawa Tengah, 2016).rnPenyebab kematian ibu dapat digolongkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab kematian langsung adalah kematian yang disebabkan akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas dan semua penanganan yang tidak tepat pada komplikasi tersebut. Penyebab kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau timbul saat kehamilan yang mempengaruhi kehamilan, seperti malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskular (Saifuddin 2014, h.54). Selain itu penyebab kematian ibu juga tidak terlepas dari kondisi ibu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 terlalu yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun). Terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kehamilan/paritas (<2 tahun) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 216, h.14).rnBerdasarkan penjelasan di atas, penyebab kematian ibu adalah karena kehamilan terlalu tua, faktor risiko ibu hamil dikategorikan terlalu tua hamil jika usianya pada saat hamil lebih dari 35 tahun. Pada saat hamil tua sering terjadi anemia, preeklamsia, dan eklamsia. Pada ibu hamil yang terlalu tua, fungsi organ reproduksinya mulai menurun akibat penurunan kadar hormone kewanitaan, yaitu estrogen yang cenderung memberi risiko terhadap kehamilannya seperti abortus, kehamilan tidak berkembang, dan kehamilan lewat waktu (Mandriwati 2017, h.13)rnPada ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menyebabkan risiko pada ibu antara lain anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal. Pengaruh kekurangan gizi terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya, perdarahan setelah persalinan (Sukarni dan Margaretha 2013, h.123). LILA dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, ibu hamil dengan risiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR, bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan pertumbuhan anak.rn(Pramono 2013, h. 73).rnAnemia selama kehamilan, terjadi peningkatan yang tidak proporsional dalam hasil volume plasma menyebabkan hemodilusi, selama kehamilan anemia didefinisikan sebagai Hb 10 g </ dL, jika Hb <11,5 g/ dL pada awal kehamilan, wanita perlu diberikan obat profilaktin karena hemodilusi mengurangi kadar Hb untuk <10 g/ dL. (Proverawati 2011, h.127).rnAnemia memiliki banyak komplikasi terhadap kehamilan dan janin adalah selama kehamilan dapat terjadi abortus. Terhadap janin prematuritas tinggi, BBLR, dapat terjadi cacat bawaan. Terhadap persalinan antara lain: gangguan his, kala pertama dapat berlangsung lama, kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Terhadap nifas yaitu: terjadinya subinvolunsi uteri yang menimbulkan perdarahan, memudahkan ibu terkena infeksi perineum, pengeluaran ASI berkurang, anemia kala nifas (Manuaba 2010, h.240).rnPada saat persalinan sering terjadi permasalahan seperti kala 1 Fase laten berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara (Saifuddin 2014, h.571). Menurut Kristiyanasari (2010, h.68) ibu yang mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah anemia, kemudian pada persalinannya mengakibatkan persalinan sulit dan lama, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat, bayi lahir mati, anemia pada bayi, dan BBLR. rn(Kristiyanasari 2010, h.68)rnSeorang ibu akan memasuki masa nifas setelah melalui proses persalinan. Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu dan bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosial dan sosial. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.rn(Saifuddin 2011, hh.356-357). rnSelain berfokus pada ibu, asuhan pada bayi baru lahir sangat diperlukan karena bayi yang dilahirkan berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir merupakan hal yang paling penting dalam asuhan bayi baru lahir. Hal ini disebabkan bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir (JNPK-KR 2008, h.119).rnData Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2017 diketahui dari 27 Puskesmas menunjukan jumlah ibu hamil sebanyak 17.300. ibu hamil mengalami risiko tinggi 24,84% (4297 orang), dengan anemia 8-11gr% sebanyak 56,15% (9751 orang), dan dengan KEK sebanyak 11,2% (1943 orang). Di Puskesmas Kedungwuni 1 ibu hamil dengan anemia 8-11gr% sebanyak 60,5%, dengan KEK sebanyak 8,6% (80 orang) dan dengan risiko tinggi sebanyak 24,41% (226 orang) dari total ibu hamil sebanyak 926 ibu hamil. Sedangkan data yang diperoleh dari RSUD Kajen dari bulan Januari sampai Desember 2017 jumlah keseluruhan persalinan mencapai 2776 orang. Kejadian persalinan dengan kala satu lama di RSUD Kajen sebanyak 16,10% (447 orang).rnBerdasarkan keterangan tersebut penulis megambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. M di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni 1 Kabupaten Pekalongan Tahun 2018â€. rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2018 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |