ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA DI RUANG DAHLIA RSUD BATANG KABUPATEN BATANG
Pengarang : Hera Noviar, Nur Izzah Priyogo, Neti Mustikawa
Kata Kunci   :ASUHAN KEPERAWATAN, BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan kesehatan, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata serta mencapai derajat kesehatan yang optimal (Dep Kes, 2002).rn Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang dilakukan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan pembangunan kesehatan. Untuk mendukung hal tersebut maka tujuan utama pembangunan dibidang kesehatan dalam rangka menuju Indonesia sehat 2015 adalah mencegah meningkatnya masalah kesehatan, baik penyakit menular ataupun penyakit tidak menular , salah satunya adalah Benigna Prostat Hiperplasia (BPH), (Dinas Kesehatan, 2003).rnrn Hasil penelitian di Amerika 20% penderita BPH terjadi pada usia 41-50 tahun, 50% terjadi pada usia 51-60 tahun dan 90% terjadi pada usia 80 tahun. Pasien biasanya datang ke rumah sakit setelah keadaan BPH semakin berat, pasien yang mengalami hambatan pada saluran air seni atau uretra didekat pintu masuk kandung kemih seolah-olah tercekik, karena itu secara otomatis pengeluaran air seni terganggu. Pasien sering kencing, terutama pada malam hari, bahkan ada kalanyaa tidak dapat ditahan. Bila jepitan pada uretra meningkat, keluarnya air seni akan makin sulit dan pancaran air seni melemah, bahkan dapat mendadak berhenti. Akibatnya, timbul rasa nyeri hebat pada perut. Keadaan ini selanjutnya dapat menimbulkan infeksi pada kandung kemih. Jika sudah terjadi infeksi,aliran air seni berhenti, untuk mengeluarkan air kencing harus menggunakan keteter, yang akibatnya pasien akan mengalami rasa sakit atau dengan kasus yang parah sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan rencana operasi atau prosedur bedah. Hal ini kemungkinan disebabkan ketidaktahuan masyarakat terhadap penyakit BPH yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan yang menyatakan bahwa bermacam pasien yang datang ke dokter, dalam keadaan darurat atau terlalu parah dan harus dilakukan tindakan pembedahan (Johan, 2005). rnAngka kejadian di Indonesia, bervariasi 24-30% dari kasus urologi yang dirawat di beberapa rumah sakit. Tahun 1994-1997, jumlah penderita BPH di RS Cipto Mangunkusumo sebanyak 462. Hasan Sadikin Bandung tahun 1976-1985 sebanyak 1.185 kasus, 1993-2002 sebanyak 1.038 kasus. Di RS Dr. Soetomo Surabaya terdapat 1.948 kasus BPH pada periode tahun 1993-2002 dan di RS Sumber Waras sebanyak 602 kasus pada tahun 1993-2002. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang, pada tahun 2009 bulan Agustus ada sebanyak 17 pasien dan bulan September sebanyak 22 pasien yang menjalani operasi prostatektomi. Di RSUD Batang kasus BPH pada periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2010 sebanyak 94 kasus dan pada periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 84 kasus (Amalia,2011).rn
Referensi
-
Properti | Nilai Properti |
---|---|
Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
[email protected] | |
Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
Telepon | (0285) 7832294 |
Tahun | 2012 |
Kota | Pekalongan |
Provinsi | Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |