ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S DI DESA LANGKAP WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2020
Kata Kunci   :KEBIDANAN
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia, bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2012 menunjukkan 395 per 100.000 kelahiran hidup yang mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Namun angka ini masih jauh dari yang telah ditargetkan oleh Sustainable Development Goasl (SDGs) tahun 2030 yaitu dengan menurunkan AKI sebanyak 70 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunkan angka kematian bayi atau neonatus hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes RI 2018, h.111). AKI di Jawa Tengah pada tahun 2016 menunjukkan 109,65 per 100.00 kelahiran hidup yang mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 88,05 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017, h.36). Penyebab kematian ibu di Jawa Tengah disebabkan oleh penyebab langsung seperti hipertensi 32,9%. Perdarahan 30,37%, infeksi 4,34%, gangguan metabolisme 0,87% dan sebab-sebab lainnya 19,09% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017, h.35-37). Penyebab tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang timbul sewaktu kehamilan, seperti Kurang Energi Kronis (KEK) 37%, Anemia (Hb kurang dari 11 g/dL) 40% (Maryunani 2016, h.4). Kekurangan Energi Kronis (KEK) dapat disebabkan karena kondisi ibu hamil yang kurang energi kronik dapat terjadi apabila kebutuhan gizi tidak mencukupi. Kekurangan energi kronik pada ibu dapat dimonitoring dengan cara mengukur lingkar lengan atas non dominan pada ibu hamil dengan batas normal 23,5 cm. Kebutuhan gizi tersebut penting untuk ibu selama masa kehamilan dan memenuhi gizi janin didalam kandungannya (Kementrian Kesehatan RI 2016, h.24). Kekurangan Energi Kronis (KEK) menjadi salah satu penyebab utama terjadinya perdarahan (Prawirohardjo 2014, h.493). Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 (h.13) menunjukkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil di Indonesia (usia 15-49 tahun) sebesar 17,3 %. Ibu hamil yang memiliki berat badan <80 % dari berat ideal dapat berpengaruh terhadap kehamilannya, risiko yang ditimbulkan adalah melahirkan bayi dengan berat lahir rendah maupun gangguan pertumbuhan janin dalam uterus (Astuti et al.2017, h. 106). Pentingnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK sangat diperlukan, karena pada ibu hamil yang mengalami KEK akan memiliki risiko yang lebih besar pada saat kehamilan akan mempengaruhi proses pertumbuhan janin didalam kandungannya seperti keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gizi pada ibu hamil yang kekurangan energi kronik yaitu dengan pemberian makanan tambahan (Kemenkes RI 2018, h.169). Selain itu dapat dilakukan konseling atau edukasi mengenai gizi ibu hamil, serta melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektor termasuk pada saat persalinan (Simbolon 2018, h.28). Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN 2014, h.39). Asuhan persalinan secara umum bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya (Hidayat dan Sujiyatini 2015, h.2). Ibu yang mengalami gizi kurang pada saat kehamilan dapat mempengaruhi pada saat proses persalinan antara lain persalinan sulit dan lama, premature, perdarahan saat persalinan, serta persalinan dengan bedah cenderung meningkat (Noerpramana et al.2013, h.71). Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo 2014, h.122). Pada ibu yang mengalami masalah gizi kurang selama masa nifas dapat mengakibatkan produksi ASI berkurang atau kualitas ASI menurun, anemia, involusi yang terganggu, infeksi dan juga luka persalinan tidak cepat kering sehingga diperlukan asuhan pada masa nifas (Pitriani 2014.h.87). Asuhan masa nifas ini bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, secara fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, menangani atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya (Walyani & Purwoastuti 201, hh.5-6) Asuhan tidak hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir (BBL) untuk mencegah terjadinya komplikasi. Sebagai indikator dari salah satu tujuan sustainable development goals (SDGs) yang ketiga yaitu menurunkan angka kematian neonatus menjadi 12 per 1000 kelahiran di tahun 2030 (Kemenkes RI, 2018). Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus kepada ibu, tetapi karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal (Marmi 2012, h.2). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2019 menunjukkan jumlah ibu hamil sebanyak 1025 orang, sedangkan jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 931 orang. Dari data Dinas Kesehatan ini, dapat dilihat bahwa ibu hamil dengan KEK di kabupaten pekalongan sebanyak 3202 orang, sedangkan jumlah ibu hamil dengan KEK di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 153 orang yaitu 4,8% dari jumlah total ibu hamil yang mengalami KEK yaitu 3202 orang, dan jumlah ibu hamil yang mengalami KEK di Desa Langkap sebanyak 5 orang yaitu 13,9% dari jumlah ibu hamil yaitu 35 orang. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah persalinan normal yang dilakukan di Puskesmas Kedungwuni I serta di tolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 154 orang. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S di Desa Langkap Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan tahun 2020”.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia, bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2012 menunjukkan 395 per 100.000 kelahiran hidup yang mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Namun angka ini masih jauh dari yang telah ditargetkan oleh Sustainable Development Goasl (SDGs) tahun 2030 yaitu dengan menurunkan AKI sebanyak 70 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunkan angka kematian bayi atau neonatus hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes RI 2018, h.111). AKI di Jawa Tengah pada tahun 2016 menunjukkan 109,65 per 100.00 kelahiran hidup yang mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 88,05 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017, h.36). Penyebab kematian ibu di Jawa Tengah disebabkan oleh penyebab langsung seperti hipertensi 32,9%. Perdarahan 30,37%, infeksi 4,34%, gangguan metabolisme 0,87% dan sebab-sebab lainnya 19,09% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017, h.35-37). Penyebab tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang timbul sewaktu kehamilan, seperti Kurang Energi Kronis (KEK) 37%, Anemia (Hb kurang dari 11 g/dL) 40% (Maryunani 2016, h.4). Kekurangan Energi Kronis (KEK) dapat disebabkan karena kondisi ibu hamil yang kurang energi kronik dapat terjadi apabila kebutuhan gizi tidak mencukupi. Kekurangan energi kronik pada ibu dapat dimonitoring dengan cara mengukur lingkar lengan atas non dominan pada ibu hamil dengan batas normal 23,5 cm. Kebutuhan gizi tersebut penting untuk ibu selama masa kehamilan dan memenuhi gizi janin didalam kandungannya (Kementrian Kesehatan RI 2016, h.24). Kekurangan Energi Kronis (KEK) menjadi salah satu penyebab utama terjadinya perdarahan (Prawirohardjo 2014, h.493). Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 (h.13) menunjukkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil di Indonesia (usia 15-49 tahun) sebesar 17,3 %. Ibu hamil yang memiliki berat badan <80 % dari berat ideal dapat berpengaruh terhadap kehamilannya, risiko yang ditimbulkan adalah melahirkan bayi dengan berat lahir rendah maupun gangguan pertumbuhan janin dalam uterus (Astuti et al.2017, h. 106). Pentingnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK sangat diperlukan, karena pada ibu hamil yang mengalami KEK akan memiliki risiko yang lebih besar pada saat kehamilan akan mempengaruhi proses pertumbuhan janin didalam kandungannya seperti keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gizi pada ibu hamil yang kekurangan energi kronik yaitu dengan pemberian makanan tambahan (Kemenkes RI 2018, h.169). Selain itu dapat dilakukan konseling atau edukasi mengenai gizi ibu hamil, serta melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektor termasuk pada saat persalinan (Simbolon 2018, h.28). Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN 2014, h.39). Asuhan persalinan secara umum bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya (Hidayat dan Sujiyatini 2015, h.2). Ibu yang mengalami gizi kurang pada saat kehamilan dapat mempengaruhi pada saat proses persalinan antara lain persalinan sulit dan lama, premature, perdarahan saat persalinan, serta persalinan dengan bedah cenderung meningkat (Noerpramana et al.2013, h.71). Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo 2014, h.122). Pada ibu yang mengalami masalah gizi kurang selama masa nifas dapat mengakibatkan produksi ASI berkurang atau kualitas ASI menurun, anemia, involusi yang terganggu, infeksi dan juga luka persalinan tidak cepat kering sehingga diperlukan asuhan pada masa nifas (Pitriani 2014.h.87). Asuhan masa nifas ini bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, secara fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, menangani atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya (Walyani & Purwoastuti 201, hh.5-6) Asuhan tidak hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir (BBL) untuk mencegah terjadinya komplikasi. Sebagai indikator dari salah satu tujuan sustainable development goals (SDGs) yang ketiga yaitu menurunkan angka kematian neonatus menjadi 12 per 1000 kelahiran di tahun 2030 (Kemenkes RI, 2018). Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus kepada ibu, tetapi karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal (Marmi 2012, h.2). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2019 menunjukkan jumlah ibu hamil sebanyak 1025 orang, sedangkan jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 931 orang. Dari data Dinas Kesehatan ini, dapat dilihat bahwa ibu hamil dengan KEK di kabupaten pekalongan sebanyak 3202 orang, sedangkan jumlah ibu hamil dengan KEK di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I sebanyak 153 orang yaitu 4,8% dari jumlah total ibu hamil yang mengalami KEK yaitu 3202 orang, dan jumlah ibu hamil yang mengalami KEK di Desa Langkap sebanyak 5 orang yaitu 13,9% dari jumlah ibu hamil yaitu 35 orang. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah persalinan normal yang dilakukan di Puskesmas Kedungwuni I serta di tolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 154 orang. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S di Desa Langkap Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan tahun 2020”.
Referensi
-
| Properti | Nilai Properti |
|---|---|
| Organisasi | Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan |
| umpp.pekalongan@yahoo.com | |
| Alamat | Jl. Raya Pekajangan No. 1A Kedungwuni Pekalongan |
| Telepon | (0285) 7832294 |
| Tahun | 2020 |
| Kota | Pekalongan |
| Provinsi | Jawa Tengah |
| Negara | Indonesia |