Publikasi

Detail Record

Kembali Ke sebelumnya

Analisis Kadar Cd (II) dan Pb (II) pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Terdapat di Tambak Kota Pekalongan dengan Menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

Pengarang : Arista Safitri, Khusna Santika Rahmasari

Kata Kunci   :AAS, ikan mujair, kadmium, timbal, Pekalongan

Kota Pekalongan terkenal akan sentra industri batik dan dilaporkan bahwa limbah industri batik mengandung logam berat. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan organisme perairan yang sangat tahan terhadap tekanan lingkungan dan mudah ditemukan walaupun dekat dengan kawasan industri. Apabila ikan mujair terpapar logam berat dan dikonsumsi oleh manusia akan menimbulkan efek toksik pada manusia bila terakumulasi dalam kadar yang tinggi serta dapat bersifat neurotoksik, karsinogenik, mutagenik atau teratogenik bahkan sampai menimbulkan kematian bila kadar yang terakumulasi terlalu tinggi. Kadmium (Cd (II)) dan timbal (Pb (II)) merupakan logam berat berbahaya, yang dapat berasal dari aktivitas antropogenik dan limbah industrial, bersifat toksik serta dapat mencemari organisme perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Cd (II) dan Pb (II) pada ikan mujair yang berkembang biak pada tambak di Kota Pekalongan. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif menggunakan uji pengendapan dengan NaOH untuk Cd (II) dan HCl untuk Pb (II) serta secara kuantitatif menggunakan instrument AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Berdasarkan hasil penelitian secara kualitatif, sampel dikatakan negatif karena tidak menghasilkan endapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan mujair di tambak Jeruksari, Panjang dan Slamaran mempunyai kadar Cd (II) secara berurutan sebesar 0,07 mg/Kg, 17,38 mg/Kg dan 0,02 mg/Kg, dan kadar Pb (II) sebesar 10,26 mg/Kg, 6,08 mg/Kg dan 8,62 mg/Kg. Kadar Cd (II) pada ikan mujair di tambak Panjang melebihi ambang batas yang telah ditetapkan dalam SNI 2009 dan BPOM 2018 yaitu sebesar 0,1 mg/Kg, sedangkan kadar Pb (II) pada ketiga tambak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan dalam BPOM 2018 yaitu sebesar 0,2 mg/Kg.

Referensi

-